Delapan belas

1533 Kata

Abimana Pradigta Bahar sudah sangat hapal dengan pandangan tidak suka, kasihan, iba, ataupun tatapan aneh dari orang-orang yang tahu dirinya bisu. Ia juga tidak merasa keberatan orang-orang mengatainya bisu atau yang lebih kasar seperti gagu walaupun jika Bara yang mendengarnya, Ayahnya itu akan menghujat orang yang mengasari anaknya dengan senang hati. Karena bagi Bara, Abi adalah pusat hidupnya. Menyakiti Abi sama saja dengan mengajak Bara meruntuhkan dunia. Abi juga tahu bahwa dilikungan hidupnya, hampir semua orang enggan mendekat ke arah Abi karena mereka tidak menyukainya. Atau hanya karena mereka tidak ingin repot-repot harus menggunakan bahasa isyarat atau membaca ketikan Abi di tabnya. Bagi mereka itu hal yang merepotkan. Tapi yang tidak pernah terpikirkan oleh Abi adalah, bahwa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN