Bab 10. Saat Pertama

1100 Kata
Di ujung ruangan, Ariel baru saja tiba sendirian. Ia melihat ke seluruh ballroom dan sedikit mengernyitkan kening. Beberapa tamu mulai keluar padahal ia baru saja sampai. Ariel kemudian mencegat salah satu dari mereka. “Ada apa, ya? Pestanya sudah selesai?” tanya Ariel. “Belum mulai malah tapi Rexy malah gak dateng-dateng. Gak tahu dia ke mana.” Salah satu tamu menjawab. Kening Ariel makin mengernyit. Ia mengangguk dan membiarkan tamu tersebut pergi. Ariel melangkah masuk ke dalam untuk mencari tahu yang terjadi. Keluarga Basupati terlihat lebih tegang terutama Baron. Sedangkan di sudut berbeda, Alex Jodie bersikap cuek pada anak sambungnya Fernita yang sedang merengek dan seperti tengah menangis. “Rexy, rupanya lo bikin ulah ya? Di mana lo sekarang,” gumam Ariel mengeraskan rahangnya. Sementara itu, hubungan intim Melodi dan Rexy kali ini tidak berakhir begitu saja seperti sebelumnya. Rexy tetap berada di ranjang memandang wajah imut Melodi sambil memindahkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya. Wajah tampan Rexy juga terlihat jelas di mata Melodi. Perlahan Melodi seperti merasakan hal yang lain pada Rexy. Ciuman lembut dan pandangan mata yang berbeda diberikan Rexy pada Melodi kini. “You’re mine!” bisik Rexy di depan bibir Melodi. Melodi yang mendengar tersenyum perlahan dan ikut membalas ciuman Rexy. “Oh ya, bagaimana dengan pertunangannya? Mas Rexy gak jadi pergi?” tanya Melodi setengah menyindir. Padahal ia tahu jika waktu yang dihabiskan Rexy untuknya telah membuat si calon pengantin melewatkan pertunangan. Rexy hanya menaikkan alis dan terkekeh santai. “Biarin saja, paling-paling Nita bakalan ngambek,” jawab Rexy lalu mendekat untuk mencium Melodi lagi. Melodi tersenyum kala membalas ciuman itu. “Kenapa?” desah Melodi dalam ciumannya. “Karena aku gak mencintai Fernita.” Melodi tersenyum lagi. “Lalu siapa yang Mas Rexy cintai?” Rexy terdiam dan hanya memandang mata Melodi tanpa menjawab. Ia hanya menggeleng pelan dan itu membuat hati Melodi merasakan sedikit sakit. Melodi sudah bertekad tak akan jatuh cinta pada Rexy. Ia dan Rexy memiliki perjanjian yang tak berdasarkan cinta melainkan kepentingan semata. Tapi mengapa ada rasa sakit saat Rexy menggelengkan kepalanya saat pertanyaan itu terlontar. Seperti ada harapan yang dihempaskan dari hati kecilnya. “Kamu sendiri, apa pernah jatuh cinta?” tanya Rexy mengalihkan pembicaraan. Ia dan Melodi kini saling berbicara seperti pasangan normal di atas ranjang. “Belum. Mel belum pernah punya pacar, Mas.” Rexy mengangguk. “Jadi aku pacar pertama kamu?” Melodi tersipu dan mengangguk. Rexy pun ikut tersenyum. “Aku tersanjung,” sahutnya sambil tergelak. Rexy kemudian melingkarkan lengannya untuk memeluk Melodi. “Malam ini kamu nginap disini aja. Aku pengen tidur sama kamu,” gumam Rexy sambil membelai rambut Melodi. Melodi pun mengangguk dan ikut memeluk Rexy. Pagi hari, Melodi keluar dari kamar hotel dengan selamat. Rexy pun memilih tidak kembali ke rumah orang tuanya. Ia tahu masalah pasti akan terjadi. Ayahnya akan mencarinya dan meminta pertanggung jawabannya. Namun Rexy adalah rubah, dia tidak perlu mencari masalah dengan ayahnya, Baron. Dia hanya perlu menghindarinya. Usai malam itu, hubungan Melodi dan Rexy begitu manis terjalin. Keduanya semakin dekat. Tidak seperti kekasih Rexy yang lain, Melodi pintar membuat pria itu betah dengannya. Melodi adalah gadis penurut, tidak banyak tingkah, lucu, cantik serta selalu ceria. Rexy bahkan rela menjemput Melodi pulang sekolah. Mereka sampai jalan-jalan ke beberapa tempat, mal-mal besar di Jakarta contohnya. Melodi juga membawa perubahan pada kepribadian Rexy yang dulunya selalu cuek menjadi lebih perhatian. Layaknya sepasang kekasih, Rexy juga mulai jadi pencemburu jika ada pria yang melirik Melodi meski itu teman sekolahnya sendiri. Ia bersedia memberi dan membelikan apa saja untuk membuat kekasih simpanannya itu bahagia. Melodi sendiri tak banyak menuntut apapun. Gadis itu terlalu polos untuk meminta barang-barang mewah, jadi ia hanya menggunakan uang seperlunya saja untuk kebutuhan sekolah dan mengobati Ayahnya. Melodi juga dibelikan ponsel terbaru yang selalu ia sembunyikan agar Ayahnya tidak curiga. Hubungannya dengan Rexy juga tak diketahui siapapun. Dengan ponsel barunya, orang yang pertama kali dihubungi Melodi adalah Ariel Danish yang beberapa minggu lalu menolongnya. “Halo,” ujar suara di seberang sana. “Mas Ariel, ini Melodi. Masih ingat?” jawab Melodi antusias. “Oh, Melodi. Tentu aja ingat. Mas nungguin kamu buat hubungi tapi kamu kayak menghilang. Kamu ke mana saja?” “Maaf ya, Mel baru bisa telepon Mas Ariel sekarang.” “Hmmm ... gak apa. Apa ini nomer kamu?” “Iya, makasih banyak ya mas Ariel udah nolongin Melodi dua minggu lalu. Mel ... ahh!” Melodi tiba-tiba meringis kesakitan di tengah telepon. Kepala Melodi sedikit pusing dan perutnya seperti bergejolak. “Mel ... Melodi, kamu kenapa?” tanya Ariel terdengar cemas. Melodi terdengar aneh di balik panggilan telepon itu. “Mel, jawab Mas!” Ariel makin meninggikan suaranya. Melodi baru kembali beberapa saat kemudian setelah muntah di kamar mandi. Ternyata ia meninggalkan ponselnya begitu saja di atas ranjang dan kabur ke kamar mandi. “Maaf ya, Mas. Tadi Mel kayaknya masuk angin.” Melodi mencoba memberi alasan agar Ariel tidak cemas. “Kamu gak papa? Kamu sakit ya? Mas anterin ke rumah sakit ya,” tawar Ariel setelah kembali berbicara dengan Melodi. “Gak usah Mas. Mel, baik baik saja kok,” balas Melodi masih menolak. “Gini aja, kamu ke klinik sekarang. Nanti kasih lokasinya biar Mas Ariel yang jemput di sana. Aku akan selesaikan meeting ini sebentar lagi.” “Jangan Mas, Mel gak mau ngerepotin Mas Ariel.” “Gak Mel. Mas khawatir sama kamu. Kamu ke klinik sekarang ya, nanti semuanya biar Mas yang urus, oke?” Ariel masih terus memaksa dan Melodi terpaksa mengiyakan. “Iya, Mas.” Melodi akhirnya menjawab. “Anak pintar. Nanti share lokasinya. Mas pasti langsung datang.” “Iya, Mas.” Melodi menutup panggilan dan mulai memegang lagi perutnya. “Ada apa ya sama aku? Kenapa aku muntah-munta terus dua hari ini. Apa aku salah makan?” gumam Melodi pada dirinya sendiri. tak lama kemudian, Melodi bangun dari kursinya dan keluar rumah mencari klinik terdekat. Melodi memeriksakan dirinya sendirian dan hasil tesnya yang ia terima menyatakan jika ia positif hamil dua minggu. Melodi hanya memandang saja pada kertas hasil tes yang baru saja ia peroleh. Ia menelan ludah berkali-kali dan terlihat kebingungan. Dalam keadaan seperti itu, Ariel baru datang tak lama kemudian. Senyuman Ariel yang mengembang dari jauh perlahan pudar saat ia tak sengaja melihat ada kertas yang dipegang oleh Melodi. Ia segera merebut hasil itu dan tersentak kaget. “Mas?” Melodi ikut kaget hendak menarik hasil tes itu tapi Ariel menghalanginya. Ia membaca dengan baik sebelum menghela nafas dengan wajah kecewa. “Siapa yang menghamili kamu?” tanya Ariel dengan wajah serius. Melodi sempat tertunduk sebelum menjawab.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN