Bab 22. Kebencian Dan Cinta

1048 Kata
Rexy meninggalkan Desta dan memilih membawa Melodi ke keluar dari hotel. Pestanya sudah batal dan kacau. Lebih baik ia mencari tempat lain yang lebih tenang untuk bicara. Melodi menolak dibawa ke klinik agar bisa diperiksa. Ia masih memegangi kepalanya beberapa kali tapi menggeleng jika hendak diperiksa. Rexy pun akhirnya membawa Melodi ke sebuah kafe yang cukup sepi dan privat. Ia sudah melepaskan jas dan duduk dengan nyaman di salah satu sudut kafe. Melodi pun ikut duduk dengan kepala tertunduk tidak mau memandang Rexy. “Kenapa kamu datang ke pesta itu? siapa yang udang kamu?” tanya Rexy mulai membuka pembicaraan mereka. Melodi baru menaikkan pandangannya setelah beberapa saat. “Sebenarnya Mel gak mau datang ke sana, tapi Nita datang ke rumah dan ngasih undangan. Dia bilang kalo Mel gak datang, itu artinya Mel memang pengecut.” Rexy menarik napas dan menghelanya dengan panjang. Melodi tampak kesal padanya dan ia bisa mengerti itu. “Dia sedang memancing kemarahan kamu. Kan aku bilang kalau ini cuma pernikahan sementara ....” “Tapi Mas Rexy bilang, kalau akan tanggung jawab sama Mel. Sekarang Mas Rexy malah nikah sama dia!” sahut Melodi sedikit menaikkan nada bicaranya. “Trus kenapa kamu bisa bilang sama semua orang tentang kehamilan dan keguguran kamu?” Rexy masih bicara dengan nada rendah meski Melodi terlihat masih kesal. Melodi pun menunduk sejenak sebelum menjawab kembali. “Habisnya Nita datang dan terus mengejek Mel. Dia bilang Mel perempuan murahan karena merebut pacar dia. Dia juga bilang kalau Mas Rexy cuma mau senang-senang sama Mel aja trus ninggalin Mel kalo udah puas,” ujar Melodi memberi penjelasan. Rexy langsung mencebik dan membuang muka ke samping. Ia jadi kesal karena Nita tidak berhenti membuat masalah. “Lain kali jangan dengerin kata-kata Nita. Kamu kan tau gimana sifat dia. Dia kakak kamu.” Rexy menyahut dengan kekesalan. Melodi hanya bisa cemberut dimarahi seperti itu. ia memang sudah salah dengan datang membuat kericuhan di pesta orang lain. “Mel cuma gak tahan dikatain seperti itu terus, Mas. Selama ini Mba Nita selalu mendapatkan yang dia mau dan Mel hanya bisa diam aja. Waktu dia menghina Mel, dia juga menghina Papa, itu sebabnya kenapa Mel kelepasan ngomong kayak gitu.” Rexy tidak menjawab dan hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. “Maafin Mel, Mas. Mel gak bermaksud membuat semuanya jadi kacau kayak tadi,” tambah Melodi meminta maaf. Rexy hanya tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya memegang tangan Melodi. “Mas Rexy gak marah?” Rexy hanya tersenyum seraya menggenggam tangan Melodi. “Aku hanya kesal sedikit, tapi ya aku gak menyesal. Aku juga ingin minta maaf sama kamu karena perlakuan Nita yang kasar dan bar-bar kayak tadi. Aku malu banget lihatnya.” Melodi berbalik tersenyum melihat perhatian Rexy padanya. “Trus pernikahannya gimana?” Rexy menghela nafas. “Ya, mau gimana lagi? Semua gagal. Lagipula aku gak kecewa kok, toh aku gak cinta sama dia dan bakalan ceraiin dia secepatnya juga,” jawab Rexy dengan santai. “Tadi Kakek sempat bilang kalau aku harus bertanggungjawab dengan yang sudah aku lakukan sama kamu. Jadi mungkin kita harus menikah. Tapi karena kamu masih sekolah, kita hanya bisa bertunangan dulu, gimana?” tawar Rexy sedikit tersenyum. Melodi pun langsung mengangguk bahagia dengan tawaran itu. Ia tidak menyangka bisa berdampingan dengan Rexy pada akhirnya. “Ya sudah, kalau kamu sudah setuju, besok, kita cari cincin pertunangan sama-sama. Aku juga akan ke rumah kamu untuk melamar kamu.” Melodi mengangguk lagi dengan antusias. Keduanya saling berpegangan tangan dan saling tersenyum. Sementara di mobilnya, Ariel belum bicara apa pun pada Median yang menyetir. Median sempat menoleh beberapa kali tapi Ariel hanya menyandarkan kepala sambil melihat ke arah luar seperti sedang melamun. “Lo kenal cewek tadi gak? Kok gue gak pernah lihat?” tanya Median pada Ariel yang masih melamun. Ia hanya ingin membuat suasana jadi tidak sepi seperti kuburan. “Sugarbaby-nya Rexy,” jawab Ariel singkat tanpa menoleh pada Median. Alis Median terangkat dan mengangguk sambil sedikit membuka mulutnya. “Really? Wow, Rexy memang paling tau menjerat cewek cantik!” Entah itu pujian atau sindiran, tapi Ariel tidak menyukainya sama sekali. Ia menoleh dan memberi Median delikan kesal. “Lho, yang gue bilang kenyataan!” protes Median makin membuat Ariel makin kesal. Ariel mengeraskan rahangnya sambil mengepalkan tangan. “Kenapa lo marah?” tegur Median membuat Ariel kembali mendelik padanya. “Lo bakalan terus belain dia!” sahut Ariel begitu kesal. “Ya, gak gitu. Gue tahu lo kesel sama dia. Tapi kan cewek itu memang cantik dan Rexy selama ini selalu mencari yang paling cantik untuk bisa ia kencani. Iya kan?” Ariel hanya diam saja dan membuang mukanya lagi. Median menghela napas lalu menggeleng. “Trus darimana lo bisa ikut kenal cewek itu?” tanya Median lagi masih belum kapok. “Gue akan bikin cewek itu suka sama gue,” ujar Ariel tiba-tiba. Median sampai kaget dan menoleh pada Ariel. “Maksudnya lo mau negerebut dia dari Rexy? Lo yakin mau ngelakuin rencana kayak gitu?” Ariel mengangguk tanpa menoleh pada Median. “Lo gak takut karma?” barulah Ariel menoleh pada Median. “Maksud lo?” Median berdecak dan tersenyum tipis. “Riel, lo itu udah kan uda gede masa lo gak bisa mikir sih! Yang ada elo malah suka sama cewek itu nanti.” Ariel mendengus dengan senyuman sinis. “Lo pikir gue cowok apaan bakal suka sama cewek kampung kayak gitu. Selera gue gak serendah Rexy!” Median langsung tertawa. Ariel jadi mengernyitkan kening mendengar tertawaan itu. “Bilang aja lo iri sama Rexy karena bisa dapetin cewek cantik dan muda kayak gitu!” “Mimpi lo!” “Lo tau persis gue, Riel. Gue selalu ngomong blak-blakan dan apa adanya.” Ariel memilih diam dan tak mau menangggapi Median lagi. “Gue kasih tau sama lo. Benci dan cinta itu perbedaannya tipis banget. Gue gak heran kalo akhirnya lo bakalan jatuh cinta sama cewek itu entar. Kalo lo bersikeras mau ngelanjutin rencana lo, silahkan aja. Jangan cari gue kalo lo nanti kena karma.” “Karma apaan?” Median lalu menoleh dengan senyuman liciknya. “Cinta mati sama ... siapa namanya?” ujar Median lalu tertawa kemudian. Ariel menggeleng keras dan membuang mukanya. Selama ini ia menahan mati-matian rasa tidak sukanya pada Melodi karena penampilan sederhana gadis itu yang menurutnya adalah norak dan kampungan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN