Memphis, Persepolis, Babel dan Atlantis. Gambaran keindahan dan kemajuan dunia kuno yang menjadi mahkota peradaban bangsa-bangsa. Bangsa yang mampu menginjakkan kakinya di pusara dunia dan menjunjung tinggi telunjuknya ke arah langit. Simbol kedigdayaan dalam rupa dan wujud sebuah kota.
***
Nurin dengan langkah santai nampak berjalan keluar kelas. Ia hendak langsung bergegas pulang dan mengistirahatkan tubuh lelahnya, namun sebelum itu, Nurin berniat hendak ke musholla kampus terlebih dahulu untuk menunaikan sholat Asharnya yang tertunda. Kediaman Ahmad Nurin memang berlokasi agak jauh dari kampus tempat ia mengajar yang berlokasi di kawasan sentral dari kota New Malaka—megapolitan terbesar, terpadat dan termaju di dunia, sedangkan rumah Nurin berada di distrik Rempang, masih dalam kawasan distrik Batam Island.
Ketika Nurin keluar dari musholla setelah menunaikan sholat Asharnya, ia dijegat dan langsung dirangkul oleh salah seorang teman dari belakang, "apa kau saat ini sedang memikirkan keinginan mendiang ayahmu, Profesor? Kau bilang itu keinginan terbesar mendiang Syeikh Alisyah bukan? Ingin kau mengikuti seleksi pemilu." Ucapnya, pemuda itu adalah Salim Noor, seorang dosen Tarbiyah Islam sekaligus teman akrab Nurin. Berperawakan sedang, rambut klimis dan berkulit coklat legam karena Salim Noor beretnis Rohingya.
"Salim, rupanya kau! Sudah kubilang berkali-kali aku tidak tertarik untuk terjun ke dunia politik dan menjadi bagian dari pemerintahan. Aku sudah cukup puas dengan kehidupanku, menulis dan mengajar sekarang ini." Jawab Nurin tersenyum seraya berjalan menyusuri selasar kampus.
"Tapi itu keinginan terbesar ayahmu. Tidakkah kau ingin mewujudkan itu untuknya? Karena lusa adalah kesempatannya. Tunjukan takzimmu untuk ayahmu dengan mengikuti pemilu itu. Kau pasti bisa menduduki salah satu kursi di pemerintahan, aku sangat yakin! Ya ... setidaknya menjadi salah satu menteri dalam kabinet. Siapa tahu, kan? Ikutilah pemilu tahun ini, ayolah!" Desak Salim kembali merangkul hangat Nurin.
"Aku tidak tertarik Salim, dan berhenti mengatakan itu pemilu ketika negara ini sudah tidak lagi memakai sistem pemilihan umum." Nurin menggelengkan kepalanya, bereaksi terhadap istilah yang sudah tidak lagi relevan.
"Ya, ya. Dalam hal yang satu ini kau memang benar. Aneh juga ya, selama puluhan tahun negara kita tidak lagi memakai metode pemilihan umum konvensional, tetapi masih menyebutnya pemilu." Celetuk Salim berpikir keras. "Anyway ... ini tetap sebuah negara yang demokratis. Kita semua sebagai rakyat memiliki hak, peluang dan potensi yang sama untuk maju dan terpilih. Dan esensi demokrasi sejati, yang paling fundamental ... adalah sebuah kejujuran."
"Berhenti mengutip Matthew Arnold. Dan berhenti mendorongku untuk sesuatu yang tidak kuinginkan." Tegas Nurin mulai beranjak keluar meninggalkan bangunan kampus.
"Tapi memang benar kan. Apa yang dikatakan Matthew Arnold tersebut adalah sesuatu yang kita butuhkan saat ini. Korupsi memang hampir tidak pernah terjadi lagi karena kita telah memiliki teknologi penilaian yang luar biasa hebat. Pemilihan wakil rakyat telah menjadi sangat efesien dan efektif saat ini. Akan tetapi politik bersih dan demokrasi yang berkeadilan hanya bisa dicapai dengan kejujuran dan oleh orang-orang yang jujur pula. Oleh karena itu, orang jujur sepertimu, kontribusinya sangat dibutuhkan oleh negeri ini, Profesor. Jangan dipendam. Sebuah berlian tidak patut disimpan dalam kotak kayu yang menyesakkan." Salim masih saja mendesak Nurin.
"Siapa berlian dan siapa kotak kayu?" tanya Nurin.
"Kau! Dalam passion sederhanamu itu."
"Bisa kau berhenti...? Apa kau masih ada kelas? Kalau tidak ada kita bisa jalan-jalan. Lama aku tidak mendengar bacotmu ini." Ajak Nurin.
"Itu karena kau telah sangat begitu sibuk akhir-akhir ini. Mengajar dan merampungkan buku kelimamu, iya kan. Aku mau saja tapi sayang sekali Nurin, hari ini aku masih ada kelas dan setelah itu harus segera pulang. Biasalah, istri bisa mengomel lagi kalau aku terlambat pulang. Makanya cari istri sana, biar tahu rasanya punya pembatasan jam malam." Ledek Salim yang telah menikah diusianya saat ini, berbeda sekali dengan Nurin yang masih lajang.
"Sialan kau! Iya iya ...." Sahut Nurin tersenyum, kembali menggelengkan kepala.
"Ya sudah. Kau mau langsung pulang Profesor?"
Nurin mengangguk. "Sudah sangat lelah tubuhku rasanya,"
"Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan Profesor. Kapan-kapan kita pasti akan menghabiskan waktu bersama lagi atau nanti aku akan ke rumahmu,"
"Tentu ... itu pasti menyenangkan. Aku akan menantikan itu."
"Tapi ingat! Penuhilah keinginan mendiang Syeikh Alisyah. Jujur kukatakan aku benar-benar ingin melihatmu melangkah lebih jauh lagi Profesor daripada hanya sekedar menjadi seorang pengajar, pemikir dan penulis. Aku sangat ingin melihat orang sepertimu dapat melakukan perubahan pada negeri ini. Goreskan keajaibanmu tidak hanya pada tulisan, tetapi juga pada pemikiran yang berbuah tindakan. Dan itu hanya bisa kau lakukan dengan maksimal jika kau menduduki salah satu kursi di pemerintahan." Tegas Salim.
"Baik, baik. Akan kupertimbangkan," sahut Nurin, mulai letih dengan dorongan teman akrabnya tersebut, "ya sudah, aku pulang dulu. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam Warahmatullaahi Wabarrokatuh." Nurin dan Salim saling merangkul. "Hati-hati di Profesor," Pesan Salim.
"Insha Allah!"
Nurin lalu bergegas pulang meninggalkan kampus. Ia menaiki sebuah ferry penyebrangan yang akan mengantarkannya dari daerah Nongsa ke Batam Center, wilayah utama New Malaka untuk kemudian menaiki kereta subway super cepat menuju ke distrik Rempang.
Selama perjalanan menuju dermaga ferry penyebrangan dengan menggunakan taksi otonom tanpa supir, Nurin rupanya memikirkan dengan serius kata-kata dan ucapan dari Salim tersebut. Pragmatisme politik instan. Bagaimanapun Nurin telah berusaha mengabaikan dan menyingkirkan pikiran itu, akan tetapi tetap saja ia kembali memikirkannya.
Nurin memang terpikir kembali akan keinginan terbesar dari mendiang almarhum sang ayah sebelum meninggal, yakni terjun dan berpartisipasi dalam kancah politik praktis. Dan lusa adalah harinya, kesempatan untuk mengikuti pemilu tahun ini. Keikutsertaan Nurin sebagai kandidat pemilu telah lama diingini oleh banyak pihak. Tidak hanya oleh Salim Noor tetapi juga oleh sahabat-sahabat Nurin yang lain. Setelah mendengar kabar keinginan terbesar Syeikh Muammar Alisyah untuk Nurin dari mulut Salim, para dosen di kampus juga sering mencekcoki Nurin dengan gagasan ini sejak beberapa bulan lalu bahkan sejak satu tahun yang lalu. Mereka semua ... seperti Salim, juga beranggapan bahwa Nurin teramat layak untuk mengikuti pemilu berbasis JST karena mereka semua yakin dengan kualitas yang dimiliki Nurin. Setidaknya penilaian JST akan meletakan Nurin pada kursi penting di pemerintahan, mungkin satu kursi menteri di kabinet atau parlemen. Begitu pikir mereka yang mengetahui kemampuan Nurin.
Di era serba digital saat ini, di tahun 2055, Indonesia telah menganut system pemilihan umum mandiri berbasis algoritma super canggih yang terkoneksi dengan induk komputer JST (Jaringan System Terpadu) selama lebih dari 25 tahun. JST merupakan komputer induk artifsial super canggih yang mengoperasikan seluruh jaringan global termasuk internet. JST juga berfungsi sebagai algoritma jaringan evaluasi dan assessment yang di zaman sekarang jamak dipakai tidak hanya untuk pemilu tetapi juga untuk penilaian calon PNS, ASN, penempatan klasifikasi pekerja berdasar kompetensi, penempatan murid pada jurusan di bidang sekolah, akademik dan lain-lain. Sejak 25 tahun lalu, JST mulai dikembangkan dan mendapatkan peran vital dalam setiap bentuk kehidupan dan stratifikasi sosial masyarakat di Indonesia lalu menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini. Dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia dengan pusat databasenya berada di kota New Malaka, Indonesia.
JST sendiri digagas oleh sang "Cahaya Bangsa" Nurun Maulidan. Sejak naiknya Nurun Maulidan menjadi presiden di tahun 2024 silam, negara ini berubah menjadi negara adidaya dan adikuasa dunia yang menggeser hegemoni Amerika. Indonesia bukan hanya disebut sebagai macan Asia melainkan sebuah super power baru dunia yang terlahir dari gugusan jamrud khatulistiwa. Indonesia secara cepat melesat menjadi episentrum dan poros kemajuan bagi dunia dalam segala bidang. Selama masa jabatannya yang lebih dari 25 tahun itu, Presiden Nurun telah mewariskan berbagai macam bentuk pencapaian, fondasi, gagasan dan kebijakan yang menjadikan Indonesia sebagai negara hebat seperti sekarang. Sebuah negara yang berjuluk "Mercusuar Dunia"
Nurun Maulidan secara postmous memiliki banyak sebutan. Ia merupakan The Second Founding Fathernya Indonesia setelah Ir. Soekarno. Presiden Nurun juga disebut-sebut sebagai bapak pembangunan kedua bagi Indonesia selain Soeharto. Laju perekonomian dan kesejahteraan negara naik pesat selama masa pemerintahannya. Tidak kurang 3,5% kenaikan nilai PDB setiap tahunnya, melebihi laju pesat pertumbuhan ekonomi India, China dan Amerika.
Selama pemerintahannya kemakmuran merata terjadi hampir di semua sektor di semua pulau dan daerah. Begitu banyak pencapaian sang Presiden yang begitu impresif sehingga rakyat terus menerus menginginkannya untuk menduduki tahta Presiden. Walaupun begitu, presiden Nurun tetap menerapkan system demokratis yang adil dan fair dengan penilaian dari JST. Akan tetapi secara berulang-ulang setiap lima tahun sekali—JST selalu menunjukkan sosok Nurun sebagai Presiden ideal bagi negeri ini. Semua rakyat senang dan tidak mempermasalahkan berapa kali pun Nurun menjabat, ini karena Nurun Maulidan adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya oleh karena keadilan dan kepemimpinannya sebagai nakhoda kemajuan Indonesia.
Sejak terpilihnya Nurun Maulidan untuk yang kedua kalinya, sejak itu pula peraturan yang menyebut Presiden hanya boleh menjabat dua kali masa periode pun dihapuskan. Siapapun bisa menjabat berkali-kali asalkan penilaian dari komputer JST menganggapnya layak. Nurun Maulidan sangat dihormati dan dianggap sebagai sebuah simbol baru bagi pencerahan negara dan bangsa. Nurin Maulidan memerintah Negara ini hampir 3 dekade lamanya.
Nurun Maulidan dianggap sebagai mitos yang hidup. Sebuah legenda dan pahlawan besar dalam epos negeri ini. Dari sekian banyak pencapaiannya, kota New Malaka merupakan satu diantara maha karya besar sang Presiden yang ia prakarsai pada periode kedua masa jabatannya. Sebuah kota Megapolitan terbaik dan termaju di dunia dengan populasi sekarang yang mencapai hampir 18 juta jiwa. Kota New Malaka mengalahkan tetangganya yakni Singapura dalam hal kemajuan serta mengambil alih peran sebagai kota pelabuhan dan perdagangan dunia. Mengalahkan Hongkong, Shanghai ataupun Dubai sebagai pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia.
New Malaka layaknya sebuah belantara pencakar langit dengan ratusan gedung-gedung tinggi menjulang menghiasi lanskap kota. New Malaka berada di gugusan kepulauan Batam dan Bintan dulunya. Batam Island bahkan telah sejak lama disebut sebagai manhattannya Asia dengan New Malaka dianggap sebagai New York-nya Asia. Ini karena New Malaka sendiri secara karakteristik memiliki banyak kesamaan dan kemiripan dengan kota New York di Amerika. Sebut saja masifnya gedung-gedung tinggi pencakar langit serta komposisi demografi masyarakat kotanya yang heterogen dan multi etnis. Kota New Malaka dihuni oleh berbagai macam etnis dari banyak negara yang berbondong-bondong menjadi imigran setelah Indonesia berevolusi menjadi pusat kemajuan dunia. Banyak yang hendak mengadu nasibnya disini.
Banyak warga dunia terutama penduduk dari negara-negara dunia ketiga, beramai-ramai memasuki Indonesia terutama ke kota New Malaka. Oleh karenanya Presiden Nurun membuat sebuah terobosan dalam langkah kebijakan terkait masalah pelik imigran. Presiden Nurun menggagas program yang disebutnya "Exodus" gelombang pertama, kedua dan ketiga selama 20 tahun terakhir. Program Exodus adalah sebuah program ramah imigran pemerintah Indonesia dalam menyambut para migran internasional, menjadikannya warga negara dengan syarat harus ikut berkontribusi penuh pada pembangunan negara, cinta tanah air, dan memiliki nasionalisme tinggi pada Indonesia, negara baru mereka. Selain itu Program Exodus juga dijadikan sebagai langkah revolusioner Presiden Nurun untuk menciptakan citra Indonesia sebagai kawasan suaka internasional yang menampung para pengungsi dari negara-negara konflik seperti etnis rohingya, para pengungsi timur tengah, dan warga negara kecil di pasifik dan samudra hindia yang negaranya terdampak naiknya volume air laut dunia disebabkan mencairnya es di kutub utara akibat pemanasan global. Salim Noor adalah salah satu contoh generasi kedua dari Program Exodus ayah ibunya. Inilah yang menyebabkan komposisi penduduk di New Malaka beragam layaknya New York. Kesamaan lain adalah patung ikonik kota ini yang disejajarkan dengan patung liberty di New York, akan tetapi patung raksasa yang disebut Nusantara Union ini dua kali lebih tinggi dari patung liberty yaitu memiliki tinggi 190 meter dan merupakan patung tertinggi di dunia mengalahkan patung persatuan di Gujarat, India.
***
Dari atas ferry, Nurin dengan nanar menatap fokus dari kejauhan pada kemegahan patung itu—Nusantara Union, yang berdiri tegap, gagah dan kokoh penuh keangkuhan sebagai manifestasi kemajuan dan kedigdayaan bangsa.
Nusantara Union berbentuk seorang dewi Atlantis, ini melambangkan pandangan masyarakat global modern yang menganggap Indonesia sebagai negeri Atlantis yang hilang dan kini kembali telah ditemukan. Pandangan yang berdasar pada karya kontemporer klasik karangan Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D yang secara definitif menyatakan kawasan nusantara sebagai negeri Atlantis yang hilang dulunya.
Patung Nusantara Union yang tampil futuristik dengan lilitan kabel-kabel raksasa di tubuhnya itu juga nampak mengangkat tangan kanannya dengan membuka kelima jarinya secara rapat. Ini melambangkan pancasila sebagai ideologi negara. Nusantara Union memakai tiara di kepalanya dengan 45 perhiasan dan 17 bentuk runcing yang berbeda. Melambangkan tahun dan tanggal kemerdekaan negara Indonesia. Semua komponen kebudayaan bangsa juga melekat sebagai atributnya seperti tangan kirinya yang memegang tameng khas suku dayak. Bagian bawah yang memakai sarung khas Jawa dengan ukiran motif batik berpadu songket Sumatra. Tiara atau mahkota besar di kepalanya yang melambangkan etnis melayu dan bagian atas yang memakai pakaian sedada khas orang-orang timur Indonesia. Nusantara Union juga memakai selendang bertuliskan Ortodoksi, Ortopraksi, dan Ortopathi yang bermakna jalan yang benar, perbuatan yang benar dan tekad yang benar.
Patung Nusantara Union adalah sebuah simbol masyarakat utopia terunggul pertengahan abad 21 yang mendeskripsikan Indonesia di mata dunia. Patung ini juga digagas di masa-masa awal pemerintahan Presiden Nurun Maulidan berbarengan dengan dikembangkannya kawasan Batam Island dan kota New Malaka. Kota ini seperti magnet yang tak tertahankan. Menggoda, penuh kemajemukan, kemajuan, kilauan peluang yang dipenuhi hasrat dan ambisi bagi siapapun yang menginginkannya. Walaupun ibukota negara berada di Kalimantan dan pusat hiburan berada di Jakarta, akan tetapi New Malaka merupakan wajah sejati dari Indonesia sekarang ini.
Banyak yang mengira bahwa nama kota ini merujuk pada istilah Melaka atau selat malaka yang menjadi simbol jalur perdagangan mahsyur melayu abad pertengahan di Asia tenggara. Tetapi dalam faktanya, nama kota ini sepenuhnya diambil dan merujuk pada satu sosok pahlawan nasional bangsa. Didedikasikan untuk seorang konseptor awal dari Republik Indonesia. Dia adalah Tan Malaka. Salah satu tokoh pergerakan nasional di masa kolonial yang sebenarnya memiliki pengaruh dan jasa yang cukup besar. Jika rakyat mengenal tokoh-tokoh atau para bapak pendiri bangsa seperti Soekarno, Hatta, dan Syahrir, maka Tan Malaka merupakan salah satu diantaranya yang tidak kalah besar perannya dalam perjuangan dan perumusan negara ini. Hanya saja nasibnya tidak seberuntung mereka semua. Sejarah bangsa ini sempat menghapus jejak-jejaknya. Tan Malaka adalah seorang jenius dibalik layar dalam momentum berdirinya negara Republik Indonesia. Segala gagasan, cita-cita dan langkah pertama kaki bangsa ini, tertuang dalam magnum opus karya besarnya berjudul "Naar De Republiek Indonesia". Tokoh yang bahkan konon dipercaya oleh Soekarno untuk menggantikannya sebagai pembaca naskah teks proklamasi. Sosok pejuang, pahlawan dan legenda negeri yang tersembunyi, kurang dikenal dan terhapus dalam pentas sejarah namun dihormati oleh mereka-mereka yang menciptakan kembali negara ini. Batu-batu yang tersusun merangkai fondasi negara Indonesia, juga dicetak dan disusun lewat tangannya. Inilah kenapa bapak bangsa era selanjutnya seperti Nurun Maulidan, memilih namanya untuk sebuah masterplan kota baru yang secara simbolik akan menggambarkan kegagahan dari sebuah bangsa. Kota New Malaka!
Nurin terlihat masih termenung, menatap tajam patung Nusantara Union yang menjulang tinggi nan jauh disana. Sebuah simbolisasi nyata akan kebesaran dan kedigdayaan dari negaranya.
Tiba-tiba saja Nurin merasakan sakit kepala yang sangat. Ada sesuatu yang memicu kontraksi hebat dalam ingatan Nurin. Dia nampak sangat kesakitan sambil memegangi bagian kepalanya.
Sebuah refleksi ingatan dan seberkas memori samar-samar—tergambar jelas dalam pikirannya saat ini. Sebuah flash ingatan lewat dalam kepalanya bak arus air yang tak terbendung, seperti bukan miliknya, ingatan milik orang lain, tetapi juga serasa itu adalah memori dari dirinya sendiri, layaknya pengalaman yang ia rasakan dan alami sendiri. Sebuah bentuk tragic motoric dalam neurofisiologi yang tidak bisa Nurin pahami.
Ada ingatan jelas yang melintas ketika ia memandang patung itu. Semacam pemantik yang menyeruakan sebuah endapan ingatan, menggambarkan dengan eksplisit ketika sosok tersebut membuka sebuah peresmian acara. Menggunting pita, riuh tepuk tangan dan seremonial pembukaan pertama dari patung Nusantara Union, teringat jelas dalam kepala Nurin. Seakan-akan itu adalah pengalaman dan ingatan miliknya padahal bukan. Kilasan ingatan yang aneh! Sebuah fake memory. Jangankan untuk hadir dalam peresmian pertama monumen Nusantara Union itu, bahkan ketika patung itu diresmikan ke publik saja, Nurin belumlah lahir.
Nurin terus meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya dan sedikit lunglai karenanya. Beberapa penumpang ferry juga nampak panik dan terkejut melihat apa yang Nurin alami. Pria gendut berjenggot dan berkacamata yang berada disamping Nurin mengkhawatirkannya, "kau kenapa anak muda? Nak, Kau tidak apa-apa?"
"Tidak, tidak apa-apa Pak!" Nurin masih meringis menahan sakit.
Para penumpang ferry yang lain menatap Nurin dengan tatapan heran dan bingung. Tidak tahu harus bereaksi apa. Sebagian dari mereka juga mengkhawatirkan kondisi dan keadaannya. "Hey apa kau sakit? Sebaiknya kau pergi ke dokter," ucap salah seorang penumpang.
"Insha Allah aku tidak apa-apa. Hanya kecapean saja mungkin,"
Astaghfirullah, ini terjadi lagi. Pikir Nurin yang tidak tahu menahu apa yang sebenarnya sedang dialami olehnya. Gejala yang aneh. Penyakit yang aneh.
Hal ini rupanya sering terjadi pada Nurin, terlebih akhir-akhir ini. Terkadang Nurin melihat sesuatu yang tidak pernah ia alami. Seperti ia berada dalam tubuh orang lain. Nurin masih menerka-nerka, mengidap penyakit psikologis apakah ia. Nurin bahkan sempat tergoda untuk memeriksakan psikis dan keadaan mentalnya kepada seorang psikiater.
***
Setelah turun dari pelabuhan penyebrangan ferry dengan sedikit tertatih, Nurin langsung menuju stasiun MRT di kawasan sentral Batam. Ia langsung menaiki kereta kapsul subway super cepat. Kereta kapsul yang bernama Hang Saruah itu merupakan kereta kapsul pertama dan tercepat di dunia melebihi yang ada di Dubai, Seoul dan Istanbul. Hanya butuh waktu sekitar 10 menit maka seseorang sudah bisa menjelajahi seluruh distrik di Batam Island. Jarak tempuh dari New Malaka ke pulau Sumatra pun hanya memakan waktu sekitar 20 menitan saja. Rute kereta kapsul Hang Saruah juga merupakan salah satu rute yang terunik di dunia karena rute lintasannya sebagian besar berada di bawah air laut.
Nurin pun akhirnya sampai di distrik Rempang, sebuah kawasan yang juga dipadati hunian dan gedung-gedung tinggi pencakar langit. Nurin hanya perlu berjalan kaki sekitar 6 blok dari stasiun menuju rumahnya. Rumah flat bertingkat dua minimalis di jalan Matuang Raya street yang ia warisi dari ayahnya, Syeikh Muammar Alisyah.
Hubungan Nurin sejak kecil sangat dekat dengan mendiang ayahnya itu, walau kadang sang ayah tidak memiliki banyak waktu luang sejak diangkat menjadi Mufti besar negara kawasan New Malaka. Tetapi komunikasi mereka masih berjalan baik. Syeikh Ali lah yang mengajarkan segalanya kepada Nurin hingga ia menjadi seperti sekarang sejak Nurin kehilangan ibunya ketika ia masih berumur dua tahun dikarenakan sebuah insiden kecelakaan pesawat. Tidak hanya sebagai ayah, Syeikh Ali juga merupakan sosok guru yang mendidik Nurin dengan sangat baik. Nurin sangat menghormati dan mengagumi sosok sang ayah.
Sudah genap lima tahun sejak kematian ayahnya dan tidak pernah satu malam pun Nurin lewatkan dengan tidak mengirimkan doa dan ayat-ayat suci Al-Qur'an kepada mendiang ibu dan ayahnya tersebut. Syeikh Ali meninggal dikarenakan sakit yang tidak terdiagnosis tetapi catatan medis menyebutkan bahwa meninggalnya diakibatkan oleh keracunan makanan yang tanpa sengaja dicampur oleh beliau dan mengakibatkan efek fatal yakni kegagalan jantung. Tragedi itu disebut bukan sebuah kesengajaan melainkan sebuah kelalaian. Begitulah laporan resmi yang dikeluarkan tim forensik kepolisian kala itu.
Syeikh Muammar Alisyah sendiri dikenal memiliki kedekatan yang intens dengan Presiden Nurun Maulidan, bahkan pengangkatan Syeikh Alisyah sebagai Mufti kawasan New Malaka dan termasuk ke dalam 36 Mufti Nasional Negara adalah hasil tunjukan langsung Presiden Nurun. Negara Indonesia saat ini menganut system Mufti yang dimiliki oleh tiap provinsi dan daerah otonom. System Mufti ini juga digagas dan diciptakan oleh Presiden Nurun Maulidan. Tugas seorang Mufti adalah sebagai pemangku keagamaan tertinggi dan yang paling berotoritas di daerah yang ia pimpin. Segala fatwa, ijtihadi dan semua urusan keagamaan daerah provinsi mutlak berada di tangan sang Mufti.
Syeikh Muammar Alisyah merupakan sosok Mufti paling terkenal dan paling berpengaruh di dewan Majelis Mufti Nasional dikarenakan beliau merupakan Mufti dari kota sebesar New Malaka. Ketika Syeikh Muammar Alisyah dinyatakan meninggal, Presiden Nurun bahkan langsung menyatakan hari itu sebagai hari berkabung nasional. Sang Presiden sangat terpukul dan merasa sangat kehilangan sang Mufti. Dalam eulogi yang ia sampaikan secara nasional di depan publik, Presiden Nurun bahkan sempat menangis. Beredar kabar, konon sebelum menjadi Presiden, Nurun Maulidan adalah teman akrab dari Syeikh Muammar Alisyah. Tidak ada bukti akan pernyataan tersebut. Desas desus lain menyebut hal itu tidak benar. Syeikh Ali kecil lahir di Aceh, tepatnya di daerah Meulaboh, sementara Nurun Maulidan lahir di suatu daerah kecil di Anjir, kabupaten Batola, Kalimantan Selatan. Apapun latar belakang kedekatan diantara keduanya—faktanya hubungan mereka memang sangatlah dekat.
Setahun pasca meninggalnya Muammar Alisyah, Presiden Nurun pun juga akhirnya meninggal dunia karena sebuah insiden, sebuah peluru bersarang di kepalanya. Ditembakan oleh seorang sniper misterius yang identitasnya masih dirahasiakan oleh kepolisian dan negara. Sang pemimpin besar akhirnya meninggal setelah dirawat koma selama lima hari di rumah sakit di ibukota. Peristiwa itu merupakan sebuah bencana dan kehilangan besar bagi rakyat. Nasib Nurun Maulidan sang pahlawan negara, cahaya bangsa dalam epos modern Indonesia, sama persis sebagaimana tokoh besar lainnya yang juga tewas dengan tembakan tepat di kepala, sebut saja Abraham Lincoln—presiden ke 16 Amerika. Dan juga John F Kennedy.