Kilas Kuantum 09 : Simbol Omega

3456 Kata
Ketika semua orang terpaku pada hasil seleksi Nurin yang begitu mengejutkan. Hasil indeks legendaris yang membuat tidak percaya sebagian besar dari para staff dan peserta termasuk pihak istana. Tiba-tiba saja tidak lama berselang lepas kegemparan itu, terjadi kerusakan system jaringan pada seluruh komputer virtual. Semua layar hologram dari virtual komputer baik yang berada di ruang keamanan maupun di ruangan seleksi ujian berlangsung—bahkan pada layar besar di setiap ruangan di Nusantara Union, serempak menampilkan mode merah alert menyala dengan lambang tunggal di tengahnya. Sebuah simbol untuk abjad terakhir dalam aksara huruf yunani, simbol berbentuk tapal setengah lingkar, simbol Omega! Semua peserta seleksi dan staff KPS terkejut dengan perubahan tampilan layar di desktop komputer mereka. Semua layar berubah merah menyala dengan tampilan sebuah simbol Omega. Para peserta mulai bertanya-tanya apa yang saat ini sedang terjadi. Ahmad Nurin pun tak kalah bingungnya. Setelah dia dikejutkan dengan hasil indeks miliknya, sekarang malah terjadi sesuatu di ruang seleksi mereka. Simbol Omega? Apa lagi yang terjadi? Apa ada kerusakan dan malfungsi komputer? Tapi kenapa semua komputer disini mengalaminya. Kerusakan system serentak? Ahmad Nurin pun tidak mengetahui situasi macam apa yang sedang terjadi saat ini. Dia tidak tahu akan segawat apa situasinya nanti. Keadaan mulai menegang. Masing-masing peserta seleksi sudah mulai memikirkan sebuah pra-duga. Serangan siber. Di luar dari gedung Nusantara Union, para petugas keamanan seperti aparat TNI dan Polisi yang berjaga saling kebingungan dengan simbol Omega merah yang tampil memenuhi semua layar dari alat dan perangkat pengamanan yang mereka gunakan. "Cepat pulihkan segera!" bentak salah seorang komandan mereka. Begitu pun dengan para jurnalis, wartawan dan reporter yang memenuhi kawasan sekitar Nusantara Union untuk meliput jalannya seleksi pemilu. Peralatan-peralatan broadcast mereka—seperti kamera dan transponder—tidak luput dari gangguan simbol Omega yang mematikan fungsi seluruh teknologinya, mengingat semua teknologi siaran saat ini juga terhubung dengan JST dan satelite. "Apa yang terjadi?" tanya salah seorang teknisi—sambil menggebuk-gebuk tumpukan alat transponder canggih di sebuah mobil van milik salah satu stasiun televisi. "Semua sama saja," ucap salah seorang wartawan yang menyertainya. "Kamera DST-C milikku dan semua wartawan disini, simbol itu juga merusaknya." "Ini semacam Malware?" ucap seorang wartawan yang nampak sedang menelpon ke kantor pusat. "Tolong minta bagian pemeriksaan Recapture untuk memulihkannya. Kita harus segera kembali mengudara." "Sial! Semua alat siarannya mati dan tidak berfungsi!!!" Bentak salah seorang penyiar sedang mengumpat. Sementara itu di ruang kontrol keamanan tempat Kapten Irdan, Sersan Aya dan tim cyber A.B.B.Y.S berada. Semua komputer di ruangan mereka masih tampak berfungsi seperti biasa, namun dalam sesaat, komputer mereka semua dengan serentak menjadi merah menyala dan menampilkan simbol Omega yang sama. "Sudah terjadi? Ini kah waktunya...?" tanya Kapten Irdan Angkasa, mulai siaga. "Ternyata kemungkinan adanya serangan itu benar. Kita belum tahu pasti apa yang saat ini sedang terjadi sebenarnya, cepat cari fluxnya! Kembalikan system operasi kita." Perintah Kapten Irdan mulai nampak cemas. Sersan Aya hanya terpaku pada sosok Nurin yang tampil di layar sedari tadi, sampai Kapten Irdan menyadarkan lamunannya dengan satu hentakan suara, "Sersan! Apa yang kau pikirkan...? Cepat bergerak!" teriaknya. "Apa yang terjadi...? Ada apa ini?" tanya Sersan Aya, mulai menyadari kekacauan lain yang sedang terjadi. "Kegagalan system...?" Sebuah pembobolan jaringan skala besar yang telah diramalkan sebelumnya, telah terjadi. "Entahlah, sepertinya ada kontraksi maksimum data tak dikenal yang menyusup ke dalam seluruh system operasi JST, Sersan." Jawab salah seorang programmer A.B.B.Y.S di ruang kontrol keamanan. "Pemulihan skema data dan fragmentasi jaringan pusat telah dijalankan terutama pada semua jaringan di ruangan ini." Perlahan, komputer di ruang kontrol keamanan kembali pulih dan mulai menyala. "Kita telah mendapatkan kembali jaringan kita. Tapi kita harus segera mencari sumber ledakan flux di semua jaringan inti yang ada. Transistor tidak akan dapat bekerja lebih lama," "Biar aku ambil alih," kata Sersan Aya seketika duduk di salah satu kursi dan dengan cekatan mengetik manual diatas keyboard virtual di depannya. "Mustahil ada serangkaian flux tak terbaca dalam system operasi maha kompleks seperti JST," "Aku akan mengubah jejaring Eon-Plasta ke mode utama dengan bantuan system otomatis yang dimiliki JST. Coba melacak flux dalam coding server utama kita." Sahut salah seorang programmer A.B.B.Y.S juga mengetik dengan cepatnya. "Meminimalisir kebocoran server dan pengambil-alihan otomatis. Melakukan pembacaan ulang inspect element pada tiap jaringan." "Mustahil untuk merusak jaringan utama dari super komputer besar seperti JST. Tapi jika itu benar ... maka itu artinya ... negara kita dalam bahaya." Desis Kapten Irdan. Hanya bisa terpaku menatap para programmer dari tim A.B.B.Y.S mulai berkerja. "Semua denyut dan tumpuan jaringan digital global, ada di negeri ini." "Ya, itu benar." Sahut Sersan Aya, masih mengetik. "Salah satu kelemahan dari mempercayakan seluruh operasi system sebuah negara pada jejaring komputer super canggih tunggal. Bayangkan apa yang bisa dilakukan oleh peretas dan perusaknya? Mengontrol seluruh system keuangan, memanipulasi traffic lalu lintas, mengendalikan system vital kesehatan rumah sakit, merusak arus informasi dan komunikasi, mencuri ratusan juta informasi dari bank data. Kode Nuklir. Negara ini terbuka untuk diserang!" Tegas Aya. "Atau terbuka untuk menyerang ...." Gumam Kapten Irdan terpaku. Sersan Aya seketika menoleh pada Kapten Irdan. Sepertinya Sersan Aya memahami betul kecemasan Kapten Irdan saat ini terkait sistem keamanan negara. "Masalah ini telah dapat diprediksi oleh JST ... maka dari itu kita semua, terutama kalian para programmer terbaik kepolisian dibawa kesini. Sekarang, lakukan pekerjaan kalian sebaik-baiknya. Cari fluxnya secepat yang kalian bisa dan blokir segera!" "Kenapa JST tidak melakukan usaha preventif sebelumnya jika serangan terhadap systemnya sudah ia prediksi?" tanya Aya tiba-tiba. "JST bisa mengaktifkan keamanan berlapis Eon-Plasta di semua servernya di negara ini, kan?" "Itu karena ada ratusan kemungkinan pemantiknya," jawab Kapten Irdan. "Cepatlah! Cari sumber flux perusak tersebut dan stabilkan kembali jaringan kita." Pinta Kapten Irdan. "Tidak mungkin ...," ucap salah seorang programmer bergumam seraya terkejut. "Ada apa?" tanya Kapten Irdan. "Apa yang kau temukan?" "Kami tidak bisa memasuki system utama terlebih ke dalam sel-sel kode Eon, ada blocking satu arah di arus data tak dikenal sebagai proteksinya. Kami bahkan tidak dapat melacak sumber flux di dalam rangkaian anomali datanya." "Itu benar, aku telah melakukan reboot system berkali-kali tapi gagal." Timpal Sersan Aya. "Virusnya mengisolasi semua sumber data dari flux intinya." "Lantas apa kerja kalian disini!?" tanya Kapten Irdan menjadi agak kesal, "mengurus ini saja kalian tidak bisa. Ingat, kalian team cyber A.B.B.Y.S yang dipilih langsung oleh Mabes Polri di ibukota, bukan. Para programmer terbaik yang dimiliki oleh kepolisian. Masalah sebesar ini tidak bisa kalian tangani? Apa kalian bercanda?" Sebuah panggilan kemudian masuk, berdering dari Plasma-FLED milik Kapten Irdan. "Kalau begitu segera proteksi system keamanan militerasasi kita terlebih dahulu dan terus usahakan mencari sumbernya." Pinta Kapten Irdan sambil mengangkat telepon. "Halo? Sekretaris keamanan," "Kapten Irdan, apa yang sebenarnya terjadi disana? Menteri pertahanan ingin meminta jawaban segera. Staff departement pertahanan diberitahu bahwa system kontrol mereka membaca insekuritas system JST yang berpusat di New Malaka." "Kami juga sedang mengusahakan pemulihan Pak, sedari tadi kami sudah memindai jaringan untuk dapat mencari anomali flux dan masalah disini tapi ...." "Jangan beralasan! Segera atasi secepatnya! Presiden di istana juga sudah diberitahu akan hal ini. Ingat, ini tanggung jawab kalian, kepolisian dan BIN. Masalah disana, harus kalian atasi. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan." "Baik," sahut Kapten Irdan lalu teleponnya ditutup tiba-tiba. Kapten Irdan hanya mendengus kesal karena panggilan telepon tersebut. "Kalian dengar sendiri kan? Cepat lakukan pemulihan system. Istana mengharapkan usaha terbaik kita dalam mengatasi masalah ini." Sersan Aya menggelengkan kepala, "ini mustahil Kapten, semua flux dan data tak dikenal itu sudah mengisolasi hampir semua jaringan dan kode server dibawah JST. Polarisasi integral resource gagal dilakukan dan semua telah terinfeksi. Ratusan milyar jaringan terorganisasi, semuanya diluar kendali kita sekarang." "Bagaimana dengan system keamanan negara?" tanya Kapten Irdan nampak panik. Sersan Aya kembali menggelengkan kepala pelan, "yang pertama diambil alih." "SIAL ... SIAL!!!" teriak Kapten Irdan panik bukan kepalang, membuat keheningan sesaat pada semua yang ada di ruang kontrol keamaman. "Komputer tercanggih, huh?" gumam Aya menatap Kapten Irdan. "Tetap cari sumbernya, segera lacak dan cari sumber masalahnya," desis Kapten Irdan. "Kita harus segera terapkan protap keamanan pada para peserta disini dan semua yang ada di kota, lalu seluruh negara. Kita harus memikirkan segala skenario terburuk yang bisa terjadi." "Kami usahakan untuk melacak sumber fluxnya dan mengurai partisi data ke sumber asal." Kata salah seorang programmer serius menatap layar virtual komputernya. "Bagaimana dengan OSSR—One-Scale Security Ring-nya?" tanya Kapten Irdan, "kita bisa mengaktifkan itu kan?" "Sudah kami aktifkan dua jam lalu sebelum ledakan flux terbaca." Sahut Sersan Aya. "Data misterius itu seperti menduplikasi pertahanan system dari JST Kapten." Timpal seorang programmer. "Enkapsulasi otomasi berjalan dan mencoba melakukan abstraksi milyaran celah bit data. Ini jaringan paling kompleks. Struktur data dalam rangka Priority Queue memiliki kumpulan item dan arus data dengan level prioritas tersendiri. Terkotak dengan banyak enkripsi M.O.L-Litic bersandi. Karena disini komputerisasi pusat, maka dampak dari anomali system JST akan langsung terasa, terutama interkoneksi jaringan pertahanan di ibukota." "Apakah ini semacam serangan virus komputer tingkat tinggi? Tapi siapa? Amerika? Rusia? China?" tanya Kapten Irdan gelisah. "JST telah diakui, bahkan oleh nabi-nabi IT di Silicon Valley menyebutnya sebagai Galactic Net atau Eden Net dengan ratusan milyar arus data mandiri dan tercepat, begitu solid menyerupai kognitifikasi jaringan kompleks otak manusia, tak bisa diinterupsi, ditembus apalagi dihack," "Bagaimana jika si Omega ini, berasal dari rangkaian flux dari JST sendiri?" sahut Sersan Aya dengan enteng berspekulasi. "Kamuflase source bisa dilakukan dengan menyamarkan sumber asal. Aku sudah melakukan tracking ke pusat modular, terus memburu asal fluktuasi flux tetapi selalu saja berpindah. Mirip kotak digital Emanuel-Kosgrov dalam lintang busur kapasitas." "Jadi ini virus pertama JST? Si Omega kau bilang?" gumam seorang progammer menatap serius Sersan Aya. "Kita hanya bisa menunggu ... manuver apa yang akan diambil oleh Omega," "Apakah akan ada serangan massif di negara ini? Sekarang system telah diambil alih, negara kita terbuka sepenuhnya." Kata salah seorang programmer berekspresi cemas. Keringat mengucur dari sela-sela pelipis mata dan alisnya. Kapten Irdan dan Sersan Aya serempak kembali memperhatikan layar monitor yang menampilkan suasana di ruangan para peserta yang tak kalah panik. Para peserta seleksi masih begitu kebingungan dengan layar merah statis menyala yang serentak menampilkan simbol "Omega" di masing-masing layar hologram komputer mereka. Begitu pula dengan para staff KPS yang sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mereka mengira ada peretasan atau semacam aksi terorisme. Sebagian dari mereka mencoba keluar menghubungi para personil keamanan. Kapten Irdan selaku yang berwenang atas pengamanan di lantai utama menginstruksikan bawahannya agar menenangkan para staff KPS dan para peserta seleksi ujian. Para Staff KPS mulai gerah dengan ketidak-pastian kerusakan jaringan. "Apa yang terjadi?" "Apa ini semacam serangan teroris?" Nurin terlihat bingung dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi disana. Tadi hasil mengejutkan dirinya yang memiliki grafik rating seperti yang dimiliki oleh Presiden Nurun dan sekarang kekacauan ini? Sebuah layar bersimbah merah dengan lambang Omega. Nurin hanya bisa tersandar di kursinya tanpa memiliki satupun jawaban. Beberapa personil kepolisian bersetelan hitam bersama Kapten Irdan mulai memasuki ruangan seleksi. Mereka coba menenangkan para peserta dan staff KPS dan coba mengamankan situasi. Mereka menjelaskan memang terjadi serangan tetapi hanya pada system operasi JST dan sedang diusahakan untuk dipulihkan. Melihat Kapten Irdan masuk kembali ke ruangan, Nurin langsung menghampirinya dan bertanya. "Maaf Kapten, apa yang sebenarnya terjadi?" "Profesor," sapa Kapten Irdan, "sepertinya telah terjadi serangan. Ada ketidak-seimbangan (flux) pada jejaring utama JST." "Maksudnya ... JST di retas...?" tegas Nurin seakan tak percaya. "Bisa dikatakan seperti itu, Prof." Jawab Kapten Irdan dengan enggan. "Bukannya JST merupakan system operasi tercanggih di dunia yang diklaim menyerupai lajur kognitif manusia?" kata Nurin. "System yang sudah berjalan setidaknya 20 tahun." Kapten Irdan hanya dapat menghela nafas, tak memberi jawaban. "Siapa yang melakukannya Kapten?" tanya Nurin kembali. "Entahlah Prof, itulah yang masih kami cari tahu. Prioritas yang utama saat ini kami harus mengamankan kalian dulu-para peserta, semoga tidak ada serangan fisik." "Semua perangkat kemiliteran dan polisi pastinya memakai system operasi JST, bukan?" Kapten Irdan mengangguk pelan. "Semua nyawa teknologi selalu bertumpu pada JST," "Itu artinya sang peretas bisa dengan mudah mengontrolnya." Gumam Nurin. "Serangan fisik bisa saja terjadi mengingat semua mobil otonom polisi yang dilengkapi senjata praktis di bawah gedung ini; mobil baracuda, helikopter nirawak, dan drone otonom bersenjata di sekitar Nusantara Union, semuanya di luar kendali kalian." Tegas Nurin yang mengetahui betapa seriusnya masalah peretasan kali ini. "Ada yang lebih buruk yang kutakutkan Prof," gumam Kapten Irdan melamun sejenak. "Oh iya Profesor Nurin, kami semua tadi sangat terkejut dengan hasil ujiannya. Siapa yang sangka kau memiliki rating grafik semirip itu dengan mantan Presiden kita, Nurun Maulidan." Kata Kapten Irdan tersadar dengan fakta mengejutkan lain yang sebelumnya dia lihat. "Aku juga tidak tahu kenapa bisa seperti itu." Jawab Nurin bingung. "Aku hanya mengikuti seleksi dengan kemampuanku. Semua yang aku bisa. Hasil itu juga sangat mengejutkanku Kapten," "Itu artinya kau bisa langsung lolos tahapan 3 Profesor, dan bahkan incumbent seperti Presiden Arkan pun ... akan lengser." Bisik kapten Irdan pelan. "Kau tahu posisi yang akan kau raih kan?" Kapten Irdan tersenyum simpul, menatap tajam ke mata Nurin. Dengan pelan Nurin mengangguk. Tentu dia tahu apa yang akan ia raih dengan capaian rating indeks seperti itu. Kursi RI-1! Tiba-tiba dalam beberapa detik kemudian, sesuatu terjadi dan mengejutkan seluruh peserta seleksi termasuk Kapten Irdan dan Nurin. Laser persahabatan yang biasanya tidak pernah menyala pada siang hari melainkan selalu meluncur dan ditembakkan pada malam hari, kali ini malah keluar menyorot dan bahkan menembakan tiga mata sorot sekaligus ke tiga arah yang berbeda. Biasanya, laser persahabatan pada malam hari akan menyorot beberapa tempat berbeda secara bergantian, tidak pernah tiga sorotan sekaligus. Walau ini masih siang, tapi intensitas garis merah pada laser persahabatan tetap terlihat dengan jelas membelah cakrawala siang hari kota New Malaka. Memang sorotan merah tersebut tidak seterang dan sejelas pada malam hari tetapi siapapun akan dapat dengan jelas melihatnya. "Laser persahabatan?" gumam Nurin, "pada siang hari?" "Oo ... tidak! Apa yang kutakutkan akhirnya terjadi." Desis Kapten Irdan pelan, terpaku sejenak penuh ketegangan. "Apa yang terjadi Kapten?" tanya Nurin. "Apa laser persahabatannya rusak akibat peretasan ini?" "Tidak hanya itu, Profesor ...." Jawabnya. "Maaf Profesor harus kutinggal," Kapten Irdan bergegas kembali berlari menuju ruang kontrol keamanan. Pergi meninggalkan Nurin dengan sangat tergesa-gesa. Tindakan Kapten Irdan yang begitu panik melihat laser persahabatan menyala pada siang hari telah menyisakan tanda tanya besar pada benak Nurin, sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini. Kenapa Kapten Irdan nampak begitu panik ketika laser persahabatan keluar pada siang hari? Bisa segawat apa laser tersebut? Seberapa gentingkah situasinya? Semua orang di ruangan seleksi kembali dibuat kebingungan. Baik para peserta seleksi, staff KPS bahkan para personil keamanan di ruang kontrol pun nampak gelisah. Kenapa laser persahabatan menyala pada siang hari bahkan menembakkan tiga mata sorot sekaligus? Walau sebagian besar dari mereka yang berada di ruang kontrol keamanan mayoritas adalah anggota kepolisian, saat ini mereka sama sekali tidak tahu menahu, ancaman macam apa yang sebenarnya akan terjadi dibalik sorotan laser tidak biasa itu. Kemungkinan hanya petugas level S seperti Kapten Irdan saja yang mengetahui rahasia lain dari laser persahabatan. Sesuatu yang ditakutkan oleh Kapten Irdan akan terjadi, ternyata benar-benar terjadi. Kapten Irdan langsung bergegas kembali memasuki ruang kontrol dan seketika memerintahkan agar ruangan para peserta seleksi dijaga oleh beberapa personil polisi. Ia juga langsung dihubungi oleh pihak istana dan lewat panggilan telepon itu, departemen pertahanan telah mengkonfirmasi ketakutan Kapten Irdan. System operasi keamanan negeri ini yang kesemuanya mengandalkan JST, telah diambil alih sepenuhnya. "Apa benar-benar telah diambil alih?" tanya Kapten Irdan gelisah pada sebuah sambungan telepon. "Apa langkah departemen pertahanan selanjutnya? Apa kata Menhan?" "Istana telah mengambil keputusan." Jawab suara dibalik panggilan telepon yang dilakukan Kapten Irdan. "Minta tim A.B.B.Y.S disana untuk memulihkan systemnya segera. Cari peretas JST yang membawa Omega. Ini sudah masuk ancaman level satu. 20 menit, waktu kalian hanya 20 menit. Mengerti?" "Si-siaap, Pak!" Setelah sambungan teleponnya ditutup, Kapten Irdan tertunduk dan mendengus membuang nafas. Tidak ada yang begitu memahami betapa besar ancaman peretasan saat ini melebihi Kapten Irdan Angkasa. "Apa yang terjadi Kapten?" tanya Sersan Aya. "Kenapa anda begitu panik? Dan kenapa laser persahabatan menyala pada siang hari membuat pusat begitu panik? Entah kenapa Omega sepertinya juga merusak ritme operasional dari laser persahabatan," Kapten Irdan berekspresi muram durja, kepanikan terlihat jelas mewarnai wajahnya. Sepertinya ini memang sesuatu yang gawat. Bukan masalah kerusakan laser biasa. "Kalian ... secepatnya kuharap bisa mengembalikan kembali kendali pada system keamanan kita. System kontrol dan kendali keamanan negara juga terkena imbasnya. Seperti yang kuduga, Omega mengambil alih kendali keamanan Program Busur Tiga di ibukota." "Program apa? Busur Tiga? Apa itu...?" tanya Sersan Aya yang baru pertama kali mendengar kata itu. "Pokoknya kalian teruslah fokus mencari sumber fluxnya dan segera temukan Omega. Kita tidak punya banyak waktu lagi saat ini." Jawab Kapten Irdan. "Astaga, kita benar-benar dalam masalah besar." "Jadi Omega memang telah mengambil alih kendali keamanan negara kita? Itu artinya kita terbuka untuk diserang, begitu kan?" kata salah seorang programmer, sama persis dengan yang tadi dikatakan oleh Nurin. Dan bisa untuk menyerang! Sahut Kapten Irdan dalam hatinya. "Sangat sulit untuk melacak sumber data fluxnya yang selalu terurai tiap menitnya. Sengaja disebar dalam jaringan matriks meta-complex arus data. Kami telah berusaha bahkan dengan bantuan Nod-Voltex3 untuk mengurai elemen pelapis program tapi tahu sendiri kan, seberapa mustahil dan sulitnya mengobrak abrik jejaring JST yang begitu kompleks? Mencari flux di belantara kognitifikasi arus data JST seperti mencari semut yang tenggelam di dasar jurang samudra." Ucap Sersan Aya memberikan analoginya. Cukup membuat Kapten Irdan, semua personil keamanan serta para programmer A.B.B.Y.S di ruang kontrol berputus asa. Ini memang merupakan tugas yang berat dan misi yang hampir mustahil bagi Sersan Aya dan tim A.B.B.Y.S untuk dapat memulihkan kembali kontrol JST. Sekali diretas, maka mustahil mendapatkannya kembali. JST yang merupakan inti jaringan global—dianggap memiliki bentuk abstrak modeling kesadaran sendiri yang unik. "Lalu ... apa yang kalian bisa saat ini? Demi untuk menghentikan Omega?" tanya Kapten Irdan meminta solusi pada para punggawa IT. "Kalian para jenius IT kan? Rekrutmen kalian ketat. Sebagian besar diantara kalian bahkan adalah perancang sebuah jaringan perusahaan dan universitas. Apa aku salah?" "Kami masih bisa mengusahakan melacak sumber eksternal yang mengimplan masuk fluxnya ke dalam jejaring utama. Eksekutor yang menyuntikkan Omega!" Ucap salah seorang programmer yang dijawab anggukan oleh Sersan Aya. "Jika kita bisa menemukan sumber eksternalnya, maka kita bisa switch aliran datanya untuk mematikan Omega dan mengambil alih JST kembali." Sahut Sersan Aya. "Dengan catatan ... kita menemukan eksekutornya." "Eksekutor?" tanya Kapten Irdan. "JST sejatinya hampir mustahil untuk dibobol Kapten." Jawab Sersan Aya kembali. "Kecuali kasusnya jika flux dimasukkan secara manual. Entahlah, ini juga baru dugaanku saja." "Itu bisa saja," sahut seorang programmer. "Kalian pasti pernah mendengar kan bahwa ada gerakan keagamaan baru yang menganggap JST sebagai Tuhan abad 21? Agama sempalan dari ideologi dataisme. Walaupun minoritas tapi mereka punya basis. Apa mungkin ini ulah dari kaum radikal beragama yang anti dengan komunitas mereka? Salah satu dari peserta seleksi disini?" "Kau benar. Itu mungkin saja." Tandas Kapten Irdan, mulai serius memikirkannya. "Jadi peretas itu ada disini...?" "Mungkin saja Kapten," sahut Sersan Aya. "Aku lebih tertarik dengan fakta bahwa munculnya Omega terjadi sesaat setelah hasil ujian seleksi diumumkan." Gumamnya seraya kembali menatap Nurin dari layar monitor di ruangan mereka. "Profesor itu ... dosen keagamaan, kan?" celetuk Kapten Irdan. "Orang yang religius." "Apa kata istana Kapten?" tanya salah seorang personil kepolisian. "Apa mereka juga sudah mengetahui bahwa JST diretas?" "Tentu saja mereka sudah tahu." Jawab Kapten Irdan. "Istana mengetahui lebih dulu dari kita, bahwa pusat kendali keamanan negara diretas dan sudah diluar kendali mereka sekarang. Yang tadi menghubungiku adalah pihak kementerian pertahanan. Mereka mengatakan mengandalkan kita pihak New Malaka untuk mengatasi masalah ini segera. 20 menit, itu batas waktu yang diberikan pada kita." "20 menit...?" "Itu artinya pemerintah pusat tahu, bahwa kekacauan total benar-benar akan terjadi jika Omega lebih lama mengambil alih JST. Warga kota ini, tidak ... tapi seluruh pulau dan kota di Indonesia ini akan terancam bahaya." Sahut Sersan Aya. Semua yang di ruang keamanan tertegun dan terdiam. "Lalu ... apa yang buruk dari tiba-tiba menyalanya laser persahabatan di siang hari Kapten?" tanya Sersan Aya pada Kapten Irdan. "Dan apa itu Program Busur Tiga?" Kapten Irdan hanya bergeming tanpa menjawab pertanyaan Sersan Aya. Semua orang di ruangan itu menunggu jawaban Kapten Irdan. Tak lama kemudian akhirnya Kapten Irdan buka suara. Dia terpaksa memberitahu salah satu rahasia terpenting negara terkait sesuatu dibalik laser persahabatan yang diketahuinya dan tentang Program Busur Tiga. Dia merasa harus memberitahu mereka semua sudah seberapa buruk situasinya, agar para programmer lebih terpicu, intens dan cekatan dalam menghentikan Omega. Kapten Irdan lalu membeberkan terkait apa itu Program Busur Tiga kepada tim cyber A.B.B.Y.S dan semua yang berada di ruang kontrol keamanan. Sesuatu yang seharusnya hanya boleh diketahui oleh petugas BIN kelas satu seperti dirinya saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN