Airyn duduk di ruang tamu dengan gelisah. Hari sudah malam, dan Arvyn belum pulang juga. Dia tau, Arvyn sangat sibuk dan mungkin pertemuannya dengan klien akan menghabiskan waktu yang lama. Tetapi, untuk pulang selarut ini, rasanya tidak mungkin untuk seorang Arvyno yang tak mau diperbudak oleh pekerjaan. Ceklek! Akhirnya, yang Airyn tunggu-tunggu tiba. Arvyn datang walaupun dengan tampilan kusut dan wajahnya yang lelah. Airyn bangkit dari duduknya. Diia berniat menghampiri Arvyn tetapi, begitu Arvyn melihatnya, Arvyn mempercepat langkahnya dan pergi begitu saja tanpa sapaan seperti biasa. Aneh. Kenapa Arvyn seperti menghindarinya? Bik Lani yang melihat itu, segera menghampiri Airyn dan mengusap lengan Airyn yang menatap kepergian Arvyn dengan sorot mata kebingungan. “Mungkin Tua