PROLOG
“Apa kamu udah gila, Rian?”
Rian memungut celana piyamanya yang tergeletak di lantai, kemudian memakainya dan melihat seorang wanita cantik yang sangat ia cintai tengah menatapnya horor dengan selimut menggulung tubuh wanita itu.
“Aku gak siap. Gak mungkin.” Sefira menggeleng, duduk dan menyenderkan punggung mulusnya pada kasur.
“Kamu tunggu apalagi, Ra?” Rian berjalan ke arah pacarnya, “Aku ingin menikahi kamu.”
“Rian...” Sefira tetap menggeleng, kali ini ia menghela napasnya. “Aku punya karir.”
“Aku tahu. Tapi memangnya karir kamu akan rusak kalau menikah dengan aku?”
“Aku belum siap jadi istri kamu,” ujar Sefira dengan jujur berharap kekasihnya mendengarkan. “Memangnya kenapa harus menikah sih, Yan? Kita bisa melakukan apa pun dan kapan pun kamu mau seperti beberapa saat lalu. Gak usah menikah.”
Rian duduk di pinggir kasur. “Ra, aku gak mau seperti ini terus,” katanya dengan suara pelan. “Aku tahu kamu adalah wanita modern, dan aku sangat menyukai itu. Tapi, aku berasal dari keluarga yang berpikir bahwa menikah adalah keharusan. Ibu meminta aku menikah dan aku mencintai kamu. aku ingin menikahi kamu, Ra.”
“Kalau masalahnya ada di ibu kamu, kamu tinggal menunjukkan bahwa kamu bahagia meskipun nggak menikah.”
“Nggak semudah itu, Ra. Ibu aku—“
“Selalu soal ibu kamu. Ibu, ibu, ibu. Ibu kamu terus.” Sefira membuang pandangannya dari Rian. “Coba kamu juga pikirin aku, Yan.”
“Tentu aku juga mikirin kamu, sayang.” Rian masih berbicara lembut pada Sefira, “Maksud ibu itu baik, Ra. Kalau kita menikah, aku bisa menjaga kamu dan kita akan tinggal sama-sama.”
“Aku punya karir.” Sefira tetap pada pendiriannya. “Karir yang aku bangun susah payah, Rian. Dan aku belum sampai pada goals yang aku mau.”
“Kamu tetap bisa mencapai goals kamu setelah menikah dengan aku, Ra.”
“Oh, ya? Kamu yakin?” Sefira menatap Rian lagi namun dengan ekspresi dingin. “Ingat pertama kali kamu mengenalkan aku ke ibu kamu? dia terang-terangan bilang bahwa seorang istri sebaiknya mengurus rumah aja. Ibu kamu nggak suka dengan pekerjaan aku!”
“Ibu bukan nggak suka, ibu hanya belum mengerti pekerjaan kamu.”
“Lihat, kamu membela ibu kamu!”
“Ra...” Rian menghela napas, diam beberapa detik untuk mencari kalimat yang tepat.
Sefira langsung berucap lagi, “Ibu kamu bukan nggak mengerti pekerjaan aku, tapi ibu kamu memang nggak merestui kita. Dia pasti nggak akan mau aku jadi menantunya.”
Mendengar suara kekasihnya berubah serak, Rian menangkup wajah Sefira pada kedua tangannya yang besar dan hangat. “Sayang, kamu luar biasa. Nggak ada alasan ibu nggak menerima kamu sebagai menantunya. Ibu pasti lihat aku sangat mencintai kamu.”
Sefira menggigit bibirnya agar tidak menangis. “Kamu mencintai aku sebesar itu, Rian?”
“Tentu aja, sayang. Hanya kamu yang aku cintai, Sefira Monic.” Rian bersungguh-sungguh dengan seluruh hatinya.
“Menikah dengan aku ya, Ra?” Rian bertanya sekali lagi. Dengan tatapan lembut penuh cinta. “Aku akan jadi suami yang baik untuk kamu. Aku akan menjadi suami yang bertanggung jawab. Sangat cinta kepada kamu, Ra.”
Sefira juga mencintai Rian. Pria tampan yang pertama kalinya membuatnya rela memberikan apa pun. Namun, Sefira tidak pernah berpikir akan menjadi istri Rian. Sebenarnya ia merasa cukup seperti ini, Rian tidak perlu menjanjikan masa depan.
Sebab, Sefira juga tidak bisa menjanjikan masa depan kepada Rian.
Sejak awal Sefira menginjakkan kaki di Jakarta, cita-citanya hanya menjadi model sukses. Tuhan terlalu baik karena mengirimkan Rian di dalam prosesnya mengejar karir.
Apakah Sefira pantas mendapatkan pria sebaik dan sesempurna Rian Maheswara?
Sefira mengambil kedua tangan Rian yang berada di pipinya untuk ia genggam. Matanya menatap manik milik Rian yang sangat teduh. Sefira benar-benar mencintai pria di hadapannya.
Tapi....
“Rian, mari berpisah.”
“Ra? Maksud kamu apa?”
“Aku mau kita putus.”
Malam itu, hati Rian patah untuk pertama kalinya. []
---------------------
all copyright belongs to kenny-ken.
COMING SOON 2022.
(love aja dulu ya supaya gak ketinggalan update-nya)