“Udah di bawah naungan Yayasan N.C itu, Ma. Yang ada di German loh, katanya lulusan dari sana nantinya gampang buat kerja kemanapun. Mumpung sekarang gampang pindah, ya, Ma, ya?”
Membujuk kedua orangtuanya jelas bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi, Rose adalah anak satu satunya mereka. namun Haris sang Papah kembali mengingatkan istrinya kalau mereka tidak boleh mengekang sang anak dan membiarkannya untuk pergi kemanapun selama itu untuk kebaikan. “Udah, Ma, sampai kapan kita mau ngekang Rose? Apalagi ada rencana taun depan Papah dipindahkan tugas lagi. Kasian dia kalau ngikut ngikut terus. Sekarang dia udah dewasa, biarin ya. Lagian ini Cuma Jakarta, Rose besar di sana jadi gak masalah kan?”
Hal itu yang membuat Rose merasa mendapatkan jackpot, dia diizinkan pindah ke Jakarta dan kuliah di Universitas Kalingga tempat pacarnya berada.
Papahnya seorang pegawai negri sipil sering kali dipindah-pindahkan, saat masih SMA Rose dan keluarga masih tinggal di Jakarta Timur. Di sanalah Rose dan Derry bertemu, mereka berpacaran dari kelas XI sampai sekarang tingkat tiga kuliah. Rose harus pindah ke Bandung karena pekerjaan sang Papah sejak lulus SMA, dan sekarang dia akan kembali ke Jakarta supaya bisa sering bertemu dengan sang Kekasih.
“Pokoknya Mama anterin kamu, Mama yang pilihin apartemennya buat kamu.”
Mamanya Rose itu orang Australia asli, Namanya Esme. Seorang penyunting majalah kecantikan dan juga Ibu rumah tangga yang penyayang. Esme bahkan turun tangan secara langsung untuk mencari apartemen terdekat untuk anaknya. Bahkan dia tidak mau pulang ketika besoknya Rose harus mulai kuliah.
“Sayang ayo pulang, biarin Rose istirahat.”
“Ih, gak mau pulang,” ucap Esme sambil memeluk erat anaknya, dia menangis di sana.
“Besok aku ada kerjaan, kita kan masih tetep bisa nengokin dia. Jakarta bandung gak jauh jauh amat.” Begitu ucap Haris sampai akhirnya Esme mau dibawa pulang.
Untuk pertama kalinya, Rose memekik senang karena merasakan kebebasan. Ruang untuk dirinya sendiri, tempatnya bisa melakukan apapun, bangun kapanpun dan menjadi dirinya sendiri dengan memutar music K-pop dengan begitu kencang.
“Pasti besok Derry bakalan kaget aku tiba tiba masuk Universitas ini,” ucapnya mengulum senyum sambil melihat fotonya dan sang kekasih. Paling sering, mereka bertemu sebulan sekali. Itupun jarang untuk sekarang karena Derry menjabat sebagai wakil presiden mahasiswa di Universitas Kalingga.
Rose bangga, tapi dia juga kehilangan waktu bersama Derry. Tidak ada video call malam, tidak ada chat tiap waktu, yang membuatnya memilih pindah ke tempat ini. meskipun keduanya berbeda jurusan, dengan Derry jurusan Teknik dan Rose jurusan Hukum, tapi setidaknya mereka berada di lingkungan yang sama hingga bisa lebih sering bertemu.
Mimpi Rose sejak lama adalah menikah dengan cinta pertamanya itu, dan sekarang Rose merasa ini adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu lebih sering meskipun keduanya sama sama sibuk.
“Gak sabar buat besok, mau ketemu sama Derry.”
**
Hari pertama Rose kuliah, dia mendapatkan jadwal siang hari pada hari senin. Namun, Rose datang pagi untuk mengejutkan Derry. Rose sudah tau dimana Derry berada sepagi ini, kekasihnya itu selalu datang ke secretariat BEM Universitas di pagi seperti ini untuk mengurus beberapa hal. Dibuktikan dengan pesan yang baru saja masuk pada Rose.
Sayangku Derry: Aku lagi di sekre BEM, Yang. Biasa ini lagi ngecek beberapa hal. Nanti juga pulang lagi kok, soalnya hari ini aku bagian kuliah sore.
Bahkan saking luasnya kampus ini, Rose harus menggunakan google maps untuk menemukan gedung secretariat Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Kalingga.
“Oh yaampun, capek banget. Ini tempatnya?” gumam Rose kemudian melangkah mendekat. Pintunya tertutup, tapi tidak rapat. Samar samar Rose mendengar suara tawa kekasihnya, membuat hatinya menghangat saat itu juga.
Namun, niatnya untuk masuk ke dalam itu terhentikan saat melihat Derry sedang mengelus pipi seorang perempuan berambut pendek. “Makasih ya, Sayang, pengertian banget sih bawain aku sarapan ke sini.”
“Gak papa, sekalian aku bagian pagi hari ini. Kakak sibuk ya minggu ini?”
“Iya, mau ada seminar nasional. Kenapa?”
“Orangtua aku ngajak kakak makan malam di rumah.”
“Kapan?”
“Malam minggu nanti.”
“Bilangin sama mereka, Kakak pasti datang.”
“Serius, Kak?”
“Iya dong, apasih yang enggak buat pacar kesayangan kakak ini.”
Remuk, hati Rose terasa sakit melihat adegan itu. Dia bergegas pergi dari sana setelah membuang bekal untuk sarapan Derry. Dia berlari ke gedung apartemennya yang tidak jauh dari sana. menutup pintu kemudian menangis di dalam kamar seorang diri.
Rose melihatnya dengan matanya, bagaimana mereka saling menyayangi satu sama lain. Untuk pembuktian, Rose menghubungi salah satu kenalan barunya di Universitas Kalingga. Mereka berkenalan lewat group chat prodi hukum. Keduanya menjadi dekat karena sama sama penyuka K-pop.
Rose: seline?
Seline: waee? Istri sahnya kim taehyung di sini.
Rose: Tadi gue ke kampus, ke ruang prodi tepatnya.
Seline: Kok gak minta anter sama gue? Ih, padahal bilang, gue juga ada urusan ke sana.
Rose: hehehe, gue pulang lagi ke apart mau tidur lagi kok. Mau nanya nih.
Seline: napa?
Rose: tadi gue ketemu sama cowok ganteng banget, Namanya Derry. Keliatannya sih dia anak BEM Univ.
Seline : jangan macam macam lu, udah punya tunangan itu.
Rose: Serius?
Seline: [Seline send a picture] tuh liat, romantic banget. Pas anaknya baru masuk kampus juga diintilin mulu.
Rose: adik tingkat kita?
Seline: iya, dia baru tingkat dua sekarang. udah ya, lu harus setia sama park jimin, jangan macem macem sama cowok orang.
Tertawa hambar, dengan air mata yang menetes. Beginikah prilaku sang kekasih di belakangnya? Diam diam memiliki Wanita lain?
**
Derry jelas kaget saat Rose mengajaknya bertemu di sebuah cafee yang tidak jauh dari kampus. di sore hari dimana Rose sudah menenangkan diri, dia keluar dari apartemen untuk kembali memastikan kalau apa yang dilihatnya itu salah.
“Yang, kok kamu gak bilang ada di Jakarta sih? Papah kamu ada kerjaan lagi jadi harus ke sini?” tanya Derry begitu datang.
Rose hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. “Sengaja ke sini.”
“Iya? Ih, kenapa gak bilang sih. Naik apa? Nginep di mana?”
“Dianterin sama Mama sama Papah, nginepnya di apartemen.”
“Oh….” Sampai Derry menyadari sesuatu. “Kamu habis nangis, Yang? Kenapa?”
Tangan Derry yang hendak mengusap pipi Rose itu ditepis pelan. “Sayang, kenapa?”
Rose kemudian mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan sebuah foto dimana Derry bersama dengan seorang perempuan sedang memamerkan jari mereka. “Ini bener?”
Jika Derry memberikan alasan yang masuk akal, Rose akan memaafkannya. Namun, pria itu mengangguk. “Iya, kami tunangan.”
“For real? Lalu aku apa?” tanya Rose dengan suara yang tersendat, menahan tangisannya.
“Maaf.”
“Sejak kapan?”
“Satu tahun ini, sejak aku mulai sibuk di BEM fakultas kemudian pindah ke BEM Universitas.”
“Kenapa?”
“Aku butuh seseorang di sisi aku, yang bisa dengerin cerita aku. kita sama sama sibuk sekarang, jarak jauh dan aku gak tau harus berkeluh kesah sama siapa. Kamu tau orangtuaku udah gak ada.”
“Dan selingkuh adalah jawabannya?”
“Maaf,” ucapnya lagi sambil menunduk.
Rose mamalingkan wajahnya sejenak. “Kalian bener bener udah tunangan?”
Derry mengangguk tanpa menatap wajah perempuan di depannya ini.
“Lalu aku? kamu anggap aku apa, Derry?”
“Maaf, Rose. Aku bener bener minta maaf, aku niat mutusin kamu sejak lama, tapi gak bisa karena aku gak tega. Tiap hari kamu selalu ngirim kata kata sayang sama aku, aku tau secinta apa kamu sama aku.”
“Dan kamu tega ngelakuin ini sama aku?”
“Maaf,” ucapnya lagi membuat telinga Rose terasa sangat panas mendengarnya.
“Dia tau? Kalau kamu masih punya aku?”
Derry mengangguk. “Iya, dia sendiri yang nahan aku buat mutusin kamu lewat ponsel, dia maunya ketemu langsung kayak gini. Jadi…, ayo kita putus. Aku sayang sama kamu, tapi aku lebih sayang sama Hani.”
Rose tertawa hambar, air matanya yang menetes segera dia seka. “Kamu tau? Aku pindah ke Kampus ini demi kamu, demi bisa bertemu dengan kamu. Tapi karena semuanya udah berubah, apa boleh buat?” Rose tertawa. “Jangan ngerasa aneh kalau kamu bakalan sering liat aku di kampus ini, b******n,” ucapnya kemudian melangkah pergi dari sana dengan tangan mengepal dan hati dan berdenyut sakit.