Ruma mengernyit merasakan seseorang tengah memeluknya dari belakang. Sedang menyentuh perutnya. Ia bisa saja panik, tapi memutuskan untuk tenang. Lagi pula seseorang yang tengah memeluknya itu memiliki aroma yang familier. Iya, aroma wangi sang suami. Yang Ruma bingungkan hanya lah, bagaimana Asa tiba - tiba ada di sini. Padahal malam ini bukan rutinitas Asa untuk menginap di sini. "Sa?" Ruma memanggil Asa masih dengan posisi miring. Tentu ia belum bisa berbalik karena Asa ada tepat di belakangnya. Mendengar suara Ruma, Asa segera menghapus bulir air mata yang entah sejak kapan sudah menetes dari kedua matanya. "Kamu bangun sayang?" Asa buru - buru merespons Ruma, tak ingin sang istri curiga. Ini bukan hal mudah untuk dirinya sendiri. Sehingga ia membutuhkan r