Prolog
Sore itu langit sangat cerah, menampilkan warna jingga yang sangat gadis itu sukai. Hari ini seharusnya menjadi hari paling membahagiakan di dalam hidupnya, hari dimana hubungannya naik level menuju jenjang keseriusan. Bersama pria yang ia cintai dan telah menjadi kekasihnya selama enam tahun lamanya.
Namun kini, hingga hari semakin gelap... semuanya masih tetap sama. Dekorasi taman yang telah disiapkan terlihat begitu cantik meski tak ada makanan dan minuman yang tersaji layaknya sebuah perayaan pertunangan. Tak juga ada tamu yang meramaikan suasana, apalagi pasangan yang seharusnya menjadi bintang utama di sore ini.
Khansa tersenyum getir menyaksikan semua ke sia-siaan di depannya. Catering pun sudah dibatalkannya dan diputuskan untuk dibagikan ke panti asuhan atas perintahnya. Tak ada tamu pun karena ia sudah mengatakan pada semua orang jika... Pertunangannya batal.
Hati Khansa ingin sekali menjerit, memaki semua yang menyebabkan kegagalan hari ini. Terutama kekasih yang begitu dipercayanya yang memilih pergi dengan gadis lain, tepat satu hari sebelum pesta pertunangan mereka.
Lantas, apa arti hubungan mereka selama enam tahun ini?
Kini, Khansa hanya bisa menangis di antara kerlap kerlip lampu yang menghiasi taman di dekatnya. Hatinya sakit sampai hampir mati rasa. Memikirkan segala rasa malu dan terkhianati.
Tiba- tiba ponsel Khansa berdering, ada panggilan dari nomor tak dikenal. Ia sama sekali tak berharap jika panggilan itu dari Sakha yang mungkin meminta maaf padanya. Tidak mungkin. Pria itu sudah pergi ke luar negri bersama kekasih barunya. Lantas, siapa yang menghubunginya?
" Selamat siang. Kami dari pihak UGD rumah sakit Andiara. Kami ingin mengabarkan terkait kondisi Kheysa yang ditemukan dalam kondisi pendarahan di halaman rumahnya oleh salah satu security komplek perumahan. Sekarang kami harus melakukan operasi caesar demi menyelamatkan bayinya. Kami membutuhkan persetujuan dari wali sesegera mungkin. Jadi, bisakah anda datang ke sini sekaligus kami menjelaskan kondisi Kheysa lebih detail?"
Tubuh Khansa hampir saja luruh dengan sempurna jika ia tidak bisa menguatkan dirinya sendiri. Cobaan apalagi ini? " Baiklah."
Khansa menutup teleponnya dengan perasaan tak karuan, meremas ponselnya dengan kencang. " Memang tidak ada pria yang bisa dipercaya di dunia ini."