Crown prince

941 Kata
Pagi pagi sekali Quel sudah bangun, rupanya ia tertidur dibawah lantai karena kelelahan semalaman ia menangis. Quel mencoba untuk bangun dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar kamar menatap tubuh Alexander yang masih tertidur dengan sangat pulas. "Ini kesempatanku untuk melarikan diri, ku harus pergi dari sini..harus.." ucap Quel menatap jendela lalu mendekatinya, dengan sangat perlahan ia membuka jendela supaya tidak terdengar oleh Aexander. Quel meraih sprei yang sudah diikatkan ujungnya kemarin, lalu melemparkannya ke bawah jendela. "Sepertinya cukup, dari atas balkon itu aku tinggal meloncat kebawah," ucap Quel ter senyim ia merasa sudah menyusun strategi, dengan mengikat ujung sprei lainnya ke lubang besi pentilasi jendela, ia menaikkan satu kakinya ke jendela sementara kedua tangannya berpegangan pada kedua sisi jendela. Namun tiba tiba tubuh Quel dipeluk dari arah belakang. "Kau mau kemana!" seru Alexander sudah berada dibelakang dan memeluk tubuh Quel erat, menyeretnya turun lalu menghempaskan tubuh Quel ke atas ranjang. "Lepaskan aku!" seru Quel memalingkan wajahnya tak ingin melihat Alexander. "kau akan kelelahan jika seperti ini terus," ucap Alexander menatap tajam Quel "Apa masalahmu Raja gila!" seru Queel menatap Alexander benci. "Masalahku..karena aku menginginkan seorang putra..dan itu tidak bisa diberikan istriku Amora" jawabnya menunduk. "Itu bukan urusanku, tidak seharusnya kau tidak menghormati seorang wanita!" pekik Quel semakin geram. "Memang itu bukan urusanmu, tapi masalahnya sekarang..aku sangat menginginkan seorang putra darimu." Alexander tak lagi marah ketika Quel berucap kasar, tapi tersenyum dengan lembut mengusap rambut Quel. Hal yang tidak pernah Alexander lakukan pada istrinya sendiri sekalipun. Dan hal itu dirasakan Alexander pada Quel, setiap kali melihat tubuh Quel, Alexander menjadi sangat agresif. "Aku mohon, biarkan aku pergi..aku bukan burung yang harus kau kurung," ucap Quel lirih. "Aku tahu, tapi aku tidak pernah menganggapmu burung." "Terus apa?" Quel terisak. "Hei, kau jangan menangis.." Melihat Quel menangis, kembali Alexander melakukannya pada Quel. Kali ini ia dia tidak menolak seperti sebumnya. Bukan karena Quel sudah menerima takdirnya. Tapi rasa putus asa yang mendera jiwa Quel. "Kau cantik sekali..dan aku menyukaimu," ucap Alexander tersenyum lalu menyentuh perut rata Quel. Alexander bangun dan membersihkan dirinya lalu bergegas keluar, meminta pelayan untuk memberikan Quel makanan bergizi supaya secepatnya bisa hamil. Sementara ia sendiri melangkah pergi karena ada banyak pekerjaan yang tertinggal. "Kapan Amora pulang," tanya Alexander pada penasehatnya sekaligus paman dari Amora. "Dia akan pulang dalam seminggu kedepan," jawab salmandor. "Rahasiakan tentang wanita itu dari Amora, aku tidak ingin dia berbuat ulah sebelum putraku lahir." Alexander tersenyum mengingat wajah Quel "Baik, kau tidak perlu khawatir..serahkan saja padaku," jawab salmamdor. "Ah aku lupa bertanya siapa namanya," ucap Alexander dalam hati. *** Beberapa hari ini Alexander tidak menemui Quel dikamarnya karena banyak pekerjaan. Ada rasa rindu hadir dihatinya, sedikitpun ia tidak bisa menghilangkan wajah Quel dari benaknya. Rasa rindu yang semakin besar membuat Alexander meninggalkan pekerjaannya sebagai Raja, Ia pun menemui Quel dikamarnya hari itu juga. Namun betapa terkejutnya dia ketika membuka pintu, mendapati tubuh Quel tergeletak denga darah yang tercecer dilantai. Rupanya Quel melakukan percobaan bunuh diri. Alexander berlari mendekati tubuh Quel lalu mengangkatnya ke atas ranjang. Dia pun bergegas memanggil tabib untuk menyembuhkan luka ditubuh Quel. Alexander nampak khawatir, entah berapa lama dia berdiri mondar mandir diluar kamar menunggu tabib itu selesai. Dua jam berlalu, tabib itu pun keluar dengan tersenyum menatap Alexander. "Bagaiman tabib lu..? tanya Alexander menatap cemas. "Nona sudah melewati masa kritisnya Yang Mulia," jawab tabib lu membungkuk hormat. '"Syukurlah," Alexander bernafas lega. "Yang Mulia, selamat atas kehamilan nona," uucap tabib lu tersenyum. " Apa?! Alexander membulatkan matanya. "Benar yang mulia, nona hamil," jawab tabib lu. Alexander tersenyum bahagia mendengar Quel hamil. Dia langsung masuk kedalam kamar, mendekati Quel yang sedang beristirahat. " Kau menangis?" tanya Alexander menatap Quel yang memalingkan wajahnya. "Pergi dari sini,pergiii !!! Quel berteriak histeris. "Harusnya kau senang, sebentar lagi kau akan menjadi seorang ibu," ucap Alexander terlihat sangat egois. "Kau pikir aku bahagia? setelah kau merenggut semua nya dariku Alexander! kau telah menghancurkan hidupku!! apalagi yang tersisa sekarang? tidak ada ! apa kau paham!" teriak Quel lantang menatap benci Alexander. "Kau marah padaku?" Alexander tetap bersikap lebih intens terhadap Quel. "Pergi dari hadapanku, aku tidak ingin melihat wajahmu ! pergi !!" Quel bangun dan melemparkan semua barang yang ada di atas meja ke arah Alexander. Quel menangis menangkup wajahnya, dia merasa sangat jijik terhadap dirinya. Perasaan marah dan benci menyeruak di dalam hatinya menggantikan rasa takut mencekik kuat perasaannya, ia tak berhenti merutuki kebodohannya. Melihat Quel marah dan membencinya, Alexander paham apa yang dirasakan Quel. Ia hanya terdiam, perlahan Alexander mundur melangkah mendekati pintu. Ada rasa sayang hadir di hati Alexander, membuat rasa penyesalan hadir tiba tiba dihatinya. Alexander berfikir sepanjang jalan bagaimana caranya supaya Quel bisa menerimanya secara utuh, karena ia ingin menjadikan Quel ratunya. "Aku harus menikahinha hari ini juga," gumam Alexander. Ia tersenyum dan memerintahkan prajurit untuk memanggil Salmandor ke aula. Tak lama kemudian Salmandor menghadap. "Yang Mulia!" Salmandor membungkuk hormat. "Ada apa Yang Mulia memanggilku." "Paman, aku hendak menikahi Quel." Alexander berdiri mendekati Salmandor. Mendengar pernyataan Alexander hendak menikahi Quel, ia terdiam cukup lama. "Jika Alexander menikahi gadis itu, posisi Amora alan tergantikan..aku harus mencegahnya," ucap Salmandor. "Paman! seru Alexander. " Maaf Yang Mulia, sebaiknya keinginan Yang Mulai di tunda dulu, kita tidak tahu apakah gadis itu mau? sebaiknya biarkan dia tenang dulu, perlahan kita lakukan pernikahan setelah semua kondusif, bagaimana Yang Mulia?" Alexander menganggukkan kepala, ia kembali teringat akan reaksi Quel yang membencinya. "Baiklah paman..aku setuju dengan semua saranmu..tapi..usahakan semua di lakukan dengan cepat." "Baik Yang Mulia, kau jangan khawatir..selama aku ada di sini..semua aman terkendali," jawab Salmandor. Alexander selalu puas dengan jawaban Salmandor. Tapi ia tidak pernah bisa melihat kelicikan Salmandor dan Amora, istrinya sendiri. "Kalau begitu, aku permisi dulu Yang Mulia," Salmandor membungkuk hormat. Ia berjalan mundur lalu balik badan meninggalkan Alexander di aula. "Aku mencintaimu Quel, kau harus menjadi milikku untuk selamanya.." ucap Alexander pelan. "Secepatnya, aku akan menikahimu dan menjadikan kau Ratu di Kerajaan Planedian." Alexander melangkahkan kakinya kembali menuju kamar Quel. Tidak sedetikpun ia tak inhin jauh dari Quel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN