Sempat tertegun sambil meneguk salivanya saat ia masuk ke dalam kamar. Tangan kanannya memegang handle pintu, tatapan mata lurus membentang jarak antara Amara yang baru saja akan keluar dari kamar. Auranya begitu segar dengan rambut basah setelah keramas wajahnya bersih dan cantik bibir tipis merah muda menghiasi meski ia kini tampa mengenakan riasan apa-apa. Arkha mengernyitkan dahi terus saja menatap dari atas kepala sampai keujung kaki, Amara yang sedang memakai piyama celana pendek di atas lutut berkain satin polos berwarna merah muda itu. “Minggir,” ucapnya tepat berada di hadapan Arkha yang kini berdiri di tengah-tengah pintu. “Mau ke mana?” Amara tidak menjawab justru semakin menaikkan pandangannya menatap Arkha sambil menggenggam ponsel pipihnya erat. “Mau duduk di depan