Bab 2

1845 Kata
“Maaf Nak. Kami sudah tidak membutuhkan seorang pekerja lagi. Kau bisa pergi dari sini dan mencari tempat lain.” sekali lagi kalimat itu yang akhirnya diterima Kaniya setelah melewati perjalanan yang melelahkan hari ini. Kalima itu juga merupakan kalimat penutup bagi Kaniya untuk mencari pekerjaan hari ini. Gadis itu dengan wajah lesunya melangkah pergi meninggalkan tempat terakhir yang dikunjunginya hari ini. Di depan pintu restaurant itu, Kaniya berhenti sejenak. Gadis itu menghela napasnya dengan berat. Tubuhnya terasa begitu lelah. Pegal di sana-sini, terlebih dengan betis dan tumit kakinya yang sudah berjalan jauh seharian memakai sepatu dengan high heels mini. Sungguh, tidak selamanya kecantikan itu bisa membawakan keberuntungan. Tidak semua kecantikan itu bisa memberikan keuntungan. Buktinya saja sudah 20 kali dalam hampir dua minggu Kaniya mencari pekerjaan, dan semua orang bahkan menolak tanpa memberikan kesempatan pada Kaniya untuk unjuk kemampuan. Kaniya mengedarkan pandangannya ke sekitar di mana banyak orang yang berlalu lalang. Dn tentu saja pasti ada saja yang tengah memerhatikan dirinya. Beberapa dari mereka bahkan sampai menghentikan langkah hanya untuk menikmati keindahan wajahnya. Oh astaga, Kaniya bahkan bukan seorang aktris ataupun model, dan mereka semua memandangnya seperti sebuah maha karya yang besar. Kaniya tidak mau menjadi bahan tontonan lebih banyak orang lagi. Gadis itu mulai melangkah pergi menuju selatan dengan berjalan pelan. Gadis itu merenungi perjalanannya selama ini dalam mencari kitab suci, ah bukan. Maksudnya mencari sebuah pekerjaan. Jika dipikir kembali, semua respon yang didapatnya tidak jarang yang menimbulkan kesan yang sama. mereka semua terkesan buru-buru untuk menolak surat lamarannya. Bahkan melihat isinya saja mereka tidak. Setiap Kaniya memasuki pintu itu, secepat mungkin mereka akan mendatanginya dan langsung menolak lamarannya atau bahkan terkadang sampai mengusirnya. Untuk saat ini Kaniya berharap mereka bisa jatuh cinta dengan paras indahnya, sehingga meski Kaniya diterima hanya karena kecantikannya saja, itu tidak masalah bagi Kaniya saat ini. Dirinya benar-benar perlu mencari sebuah pekerjaan. Karena tabungannya sudah mulai menipis untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membayar biaya sekolah Kalio. Setidaknya, Kaniya bisa melihat adik kesayangannya itu bisa lulus sekolah sebentar lagi. Hanya itu harapan Kaniya. Di mana lagi dirinya harus mencari pekerjaan setelah ini? Semua tempat sudah didatanginya. Haruskah dirinya mencari pekerjaan lain. seperti seorang model misalnya? Tentu wajah cantiknya pasti akan sangat membantu. Terlalu fokus memikirkan hal itu membuat Kaniya tidak menyadari seseorang telah melangkah ke arahnya. Hingga kemudian tubrukan itu terjadi. Kaniya begitu terkejut dan tidak siap akan tubrukan yang cukup keras itu sehngga membuat tubuhnya menjadi oleng seketika. “Ack!” pekik gadis itu ketika dirasanya tubuhnya akan jatuh. Pasti akan menambah daftar pegal pada tubuhnya nanti. namun ternyata hal itu tidak kinjung terjadi. Seseorang yang ternyata seorang pria, yang baru saja menabraknya tadi dengan sigap menahan tubuh rampingnya. Kaniya bisa merasakan tangan besar pria itu memegang dengan erat pinggang rampingnya yang terasa begitu kecil di telapak tangan pria itu. di balik topi yang dikenakan pria itu, Kaniya seakan bisa melihat tatapan tajam dengan iris mata birunya yang begitu menakjubkan di mata coklat gelap milik Kaniya. Sesaat mereka saling berpandangan. Walau sebagian wajah pria itu hampir tidak terlihat, namun rasanya Kaniya tidak bisa melepaskan pandang pada mata tajam pria itu. bahkan entah benar atau tidak, sesaat Kaniya bisa merasakan pegangan pria itu mengerat begitu kencang pada pinggang kecilnya. Membuat gadis itu sempat meringis kecil karena merasa sakit. “Pakai matamu itu. Kau cantik, tapi cukup bodoh!” suara berat itu menyadarkan Kaniya dari lamunannya. Seperti baru saja terhipnotis, Kaniya melongo di tempat dengan mengerjap-kerjapkan kedua matanya beberapa kali menatap pria itu. “Huh?” Dan tanpa diduga, pria itu melepaskan pegangannya pada tubuh Kaniya dan sontak saja membuat tubuh gadis itu langsung jatuh cukup keras di atas tanah. “Akh! Aw sakit sekali!” rintih Kaniya sembari mengusap p****t dan siku lengannya. “Hei, apa yang kau-“ protes Kaniya terhenti ketika gadis itu bisa melihat tatapan yang begitu dingin dari balik topi yang dikenakan pria itu. bahkan pria itu juga sampai menepuk-nepuk tangan yang sempat digunakan untuk menahan tubuhnya. Seakan tengah membersihkan tangan itu dari sebuah kotoran. Sekali lagi Kaniya terperangah tidak percaya melihat hal itu. Tanpa kata lagi pria itu pergi meninggalkan dirinya yang masih terduduk di atas trotoar, menatap tidak percaya ke arahnya. Membiarkan Kaniya menjadi bahan tontonan orang-orag di sekitarnya. Beberapa terdengar suara cekikikan dari sekitar Kaniya. Namun gadis itu tidak memedulikan mereka yang tengah menertawainya. Kaniya lebih fokus pada pria itu. dia melangkah memaskui restaurant yang baru saja dikunjungi Kaniya tadi tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun. ini baru pertama kalinya Kaniya mendapatkan perlakuan seperti ini dari seorang pria. Biasanya mereka akan berlaku buruk karena ingin menggodanya. Namun pria itu benar-benar mengacuhkan dirinya. Meski begitu tetap saja Kaniya merasa tidak suka. Tubuhnya yang pegal menjadi semakin sakit sekarang. Dan semua itu karena ulah pria menyebalkan yang baru saja ditemuinya itu. lupakan tubuh tinggi kekar dengan vibe jantannya dalam balutan kaos panjang hitam dan celana jeans rumble yang dipadu dengan tekstur wajah tampan di balik topi hitam yang dikenakannya itu. Kaniya tetap merasa tidak senang dengan sikap tidak sopan pria itu. “Ugh sakit sekali,” keluh Kaniya sembari kembali mengusap sikunya yang sempat tergores dan sedikit memar karena dipakai untuk menahan laju tubuhnya yang jatuh. Kaniya mulai berdiri kembali dengan merapikan tas dan berkasnya. Gadis itu menepuk-nepuk baju dan rok yang dikenakannya untuk membersihkan dari debu yang menempel, sebelum kemudian kembali melangkah pergi. Dirinya ingin pulang dan beristirahat sejenak. Ah, sebelum itu Kaniya harus mampir ke market terdekat terlebih dahulu untuk membeli stok bahan makanan di rumah yang sudah hampir habis. Kaniya membuka pintu rumah dengan cukup kesulitan karena barang-barang belanjaannya barusan sekaligus dengan tas dan berkas yang dibawanya itu memenuhi kedua tangannya. Gadis itu hendak menurunkan tas belanjaannya sebentar ke bawah, dan sedetik kemudian tas itu sudah berpindah tangan pada orang di sebelahnya. Kaniya tentu langsung terkejut. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan lalu melihat wajah Kailo yang ternyata tengah menatapnya dengan wajah datar. “Kailo! Kau sudah pulang?” seru Kaniya dengan wajah senang. “Tentu saja. kupikir kakak sudah pulang beberapa jam yang lalu.” Sindir pria itu. kaniya semakin melebarkan senyumnya. Gadis itu merogoh tasnya untuk mengambil kunci rumah mereka. “Hm ya seperti yang kau lihat. Aku mampir ke supermarket dulu untuk membeli semua ini.” Kaniya segera membuka pintu rumah dan masuk ke dalam. Diikuti dengan Kailo di belakangnya. “Kenapa tidak menungguku pulang lebih dulu?” protes Kailo. Pria itu langsung menaruh barang-barang belanjaan Kaniya di atas meja pantri. Dn lalu mulai membantu meletakkan barang-barang itu dan menatanya serapi mungki dalam lemari penyimpanan makanan. Kaniya memerhatikan tingkah manis Kailo itu dengan bibir yang mengulum senyuman. Gadis itu menghampiri meja pantri dan duduk di kursi sembari memerhatikan apa yang dilakukan Kailo saat ini. Semakin dewasa Kailo semakin menjadi pria yang tampan dengan tubuh tinggi kurusnya namun menyimpan beberapa otot yang tentu semakin tumbuh juga. Kaniya tahu bahwa sebenarnya Kailo merupakan salah satu pria populer di sekolahnya. Dan Kaniya cukup bangga dengan itu. adik tampannya sebentar lagi akan tumbuh menjadi pria dewasa. Siapa yang tidak senang dengan itu. Sayangnya, Kaniya tidak pernah melihat pria itu berdekatan dengan banyak wanita. Kalio juga tidak pernah memperkenalkan teman-teman gadisnya kepada Kaniya. Apa anak itu memang belum memiliki seorang kekasih ya? Batin Kaniya. Kaniya melipat kedua tangannya di atas meja pantri sembari tetap memerhatikan Kalio yang membereskan sisa-sisa belanjaannya. “Kakak pikir itu akan merepotkan kalau harus nunggu kamu pulang lebih dulu. karena itu, Kakak langsung ke sana saja sekalian. Lagipula semua ini tidak banyak kok.” “Tapi tetap saja. Itu bisa menjadi berbahaya kalau kakak pergi sendirian, apalagi sampai sore seperti ini.” Kailo membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Kaniya. Dan lalu tanpa sengaja melihat siku tangan Kaniya yang terlihat tergores mengeluarkan setitik darah. Mata Kailo sontak membulat. Pria itu segera menghampiri Kaniya dan menarik tangan gadis itu untuk melihatnya lebih jelas. “Kakak! Apa ini?!” “Aw aw, pelan Kailo, sakit!” protes Kaniya seketika. “Kenapa ada luka di sini? Apa yang terjadi?” selidik Kalio seketika. Pria itu kembali meletakkan tangan Kaniya dengan hati-hati lalu beralih pergi untuk mengambil P3K yang terletak tidak jauh dari sana. “Ini hanya kecelakaan kecil. Tadi aku sempat terjatuh karena menabrak seseorang.” “Menabrak? Kakak ditabrak?!” tanya Kalio dengan wajah cemasnya. Pria itu datang dengan kotak P3K di tangannya. Lalu mengambil tempat di depan Kaniya untuk memulai pengobatan pada siku gadis itu. “Kakak bilang, kakak menabrak seseorang Lio. Kami sama-sama jalan kaki.” “Tapi kenapa bisa sampi seperti ini? Memangnya kakak baru saja menabrak tembok ha?!” “Dia, dia laki-laki yang cukup besar-“ “Laki-laki?!” “I-iya, sudahlah. Kami hanya saling bertabrakan saja. dan tidak ada hal yang perlu ditakutkan Lio. Awh, lebih pelanlah sedikit!” “Tentu saja aku cemas. Kakak ingat kan kakak itu selalu bernasib buruk jika bertemu dengan pria di jalan! Mana mungkin aku bisa tenang, huh?!” “Iya, iya. Tapi sungguh aku tidak apa-apa. Dia ... pria yang terlihat berbeda dengan pria yang selama ini kakak temui. Dia bahkan terlihat tidak tertarik sedikit pun dengan kakak.” Tangan Kalio seketika berhenti mengoleskan obatnya mendengar hal itu. pria itu beralih memerhatikan wajah Kaniya dengan lekat. “Kakak jatuh cinta kepadanya?” tanya Kalio dengan wajah seriusnya. Melihat Kalio yang terlihat begitu serius itu membuat Kaniya sontak ikut terdiam. Sedetik kemudian gadis itu menjitak dengan pelan kening Kalio. Tuk! “Apa maksudmu itu? Kau pikir ini adegan dalam roman picisan huh? Aku justru merasa kesal kalau ingat kejadian itu lagi.” “Memang kenapa?” tanya Kalio lagi. Pria itu kembali melanjutkan pengobatannya pada siku Kaniya. Kaniya sendiri hendak membuka mulutnya lagi, lalu kemudian diurungkannya. Hilang sudah moodnya jika mengingat kejadian itu lagi. “Tidak apa-apa. Aku malas membalas pria itu lagi.” Jawab Kaniya kemudian. Kalio mengerutkan kedua alisnya merasa heran dengan jawaban gadis itu. “Sudah.” Lapor Kalio kemudian setelah selesai mengobati siku Kaniya. “Jadi bagaimana kegiatanmu hari ini?” Kalio menyandarkan sebelah tangannya pada meja pantri sembari memerhatikan wajah Kaniya. Nampak gadis itu menghela napas lelah. Lalu menggelengkan kepalanya dengan lesu. “Tidak ada kemajuan. Mereka langsung menolakku sesampainya aku memasuki tempat mereka.” “Tidak apa-apa. Lain kali pasti ada kesempatan.” Hibur Kalio kemudian. “Tapi jika dipikir-pikir kembali, bukankah ini terasa aneh Kalio? Semua tempat yang aku masuki, mereka langsung menolakku. Bahkan mereka tidak repot-repot membuka berkas lamaranku.” “Lalu menurutmu kenapa?” Kaniya terdiam sejenak. “Entahlah. Hei, bagaimana kalau aku melamar kerja menjadi super model, hm?” “Terakhir kali kau menerima tawaran kerja, dan kau berakhir di ranjang dengan pria –pria m***m itu. Apa kau tidak mengingat itu? Mereka hanya ingin menjadikanmu sebagai bintang film porno!” sengit Kalio sembari menatap tajam Kaniya di depannya. Kaniya sendiri hanya bisa megap-megap lalu kembali menutup mulutnya. Membenarkan ucapan adik lelakinya itu. dirinya telah lupa akan kejadian saat dirinya berusia 20 tahun dulu. seseorang menawarkan pekerjaan padnya dengan menajdi seorang model. Namun setelah berada di depan kamera, ternyata beberapa pria ikut datang mendekatinya dan hampir memperkosanya. Untung saja Kalio tiba tepat waktu dengan membawa petugas polisi setelah melaporkan penipuan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN