Bab 5

1236 Kata
“Barons?” beo Kalio dengan kerutan di keningnya ketika saat ini tengah mendengar cerita dari Kaniya. Kini mereka tengah makan malam bersama dan Kaniya begitu semangat menceritakan tentang apa yang terjadi hari ini pada Kalio. Kalio sendiri hanya melanjutkan makan dengan tenang sembari mendengar dengan baik cerita yang disampaikan gadis itu. Sesekali pria itu akan menanggapi ucapan Kaniya. Kalio sempat terkejut ketika dirinya pulang dan melihat Kaniya sudah lebih dulu pulang ke ruma dibanding dirinya. Itu merupakan hal yang tidak biasa dan membuat Kalio sempat khawatir, berpikir bahwa telah terjadi sesuatu pada gadis itu. Beruntung Kaniya bisa meyakinkan pria itu bahwa semuanya masih baik-baik saja. Dan di sinilah mereka berdua, makan bersama sembari menceritakan detail kejadian hari ini. Kalio cukup merasa curiga ketika Kaniya menceritakan tentang pertemuannya dengan seorang pria bernama Barons ini. “Benar, Barons namanya. Dia bilang, aku bisa datang ke perusahaan ini untuk melamar kerja sebagai OB,” jelas Kaniya. Gadis itu memberikan secarik kertas yang disimpannya atas pemberian pria bernama Barons tadi pada Kalio. Kalio menerima kertas itu dan memerhatikan isi yang tertulis di sana dengan cermat. “Alamatnya memang benar. Aku pernah melihat perusahaan ini, dan ini merupakan perusahaan yang benar-benar ternama.” Kalio membenarkan. Mendengar hal itu membuat Kaniya menjadi semakin antusias dan penuh harap, berpikir bahwa pria yang ditemuinya siang tadi memang mengatakan hal yang sebenarnya. “Tapi apa kakak yakin bahwa perusahaan sebesar ini akan mau menerima riwayat pendidikan seperti kakak?” Ucapan Kalio berhasil membuat Kaniya berubah melemas kembali. Jelas Kalio akan berpikir seperti itu mengingat jaman sekarang ijasah setingkat yang Kaniya miliki tidak cukup untuk mengalahkan mereka yang tingkatnya lebih tinggi. Terlebih perusahaan sebesar ini pasti akan memiliki banyak pelamar kerja yang berlomba untuk bisa masuk ke dalamnya, walau itu hanya sebatas pekerjaan paling rendah di sana sekali pun. Kesempatan untuk Kaniya bisa diterima kerja di tempat itu sangat rendah dalam sudut pandang Kalio, kecuali jika memang ada faktor lain. Apa lagi jika bukan sesuatu pemikiran yang buruk. Kalio pantas mencurigai Baron yang menawarkan pekerjaan itu pada Kaniya. Bisa saja dia akan meloloskan Kaniya dengan syarat m***m yang harus gadis itu lakukan demi memuaskan p****************g di luar sana. Memikirkan hal itu seketika membuat Kalio merasa geram sendiri. Kalio tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kalio sudah siap melarang Kaniya untuk menerima tawaran tersebut saat ini. Senyum cerah gadis itu kembali luntur dengan bibir mengerut lucu. Bukan hanya Kalio yang bisa berpikir seperti itu, tapi dirinya juga tidak bisa menghindari pikiran buruk tersebut mengingat Kaniya sendiri yang pernah mengalami hal seperti itu di masa lalu. “Aku tahu. Aku juga sempat memikirkan hal itu, Lio,” ucap Kaniya dengan wajah sendu. Namun wajah sendu itu tidak bertahan lama karena Kaniya kembali terlihat antusias menatap Kalio. “Tapi kau tahu? Ketika aku mengatakan hal itu, Tuan Baron langsung menjelaskan bahwa perusahaan mereka lebih mengutamakan tentang Kemampuan pekerjanya dibanding dengan Ijasah mereka. Dia juga memastikan kalau aku hanya perlu memikirkan tentang tesnya nanti. Jadi semua itu tergantung kemampuanku pada ujian nanti karena dia juga tidak bisa memasukkan orang sesuka hati.” “Benar begitu? Hmm ...” Kalio nampak memperhitungkan penjelasan tersebut. Jika memang semua bergantung pada Kemampuan, maka bukan tidak mungkin jika Kaniya bisa lulus ujiannya nanti. Itu bisa diterima akal. Setidaknya Kaniya memiliki pedang bahwa dia telah melewati tes wawancara atas kemampuannya sendiri, bukan karena bantuan orang lain. “Baiklah. Sepertinya kau bisa mencobanya, Kak.” Seketika raut wajah Kaniya menjadi lebih cerah setelah mendapat persetujuan dari adiknya itu. “Tapi ingat untuk tetap berhati-hati! Jika kau merasa ada sesuatu yang tidak pada tempatnya, lebih baik segera keluar dari tempat itu. Keselamatan adalah yang paling utama. Kau mengerti kan?!” pesan Kalio dengan tegas. Kaniya melempar cengiran kuda. Kadang gadis itu merasa bingung sendiri tentang siapa yang tertua di antara mereka. Kalio terlihat tumbuh jauh lebih dewasa dibanding dengan dirinya. Pria itu sangat bisa diandalkan. Baik dari masalah rumah tangga, sekolah, atau pun dunia luar, Kalio selalu mengetahui lebih jauh sebelum Kaniya mengetahuinya. Kaniya menjadi bangga sekaligus iri dibuatnya. Meski begitu, tentu saja Kaniya sangat bersyukur bahwa Kalio bisa tumbuh menjadi pria yang bisa diandalkan. Pasti kedua orang tua mereka juga sangat bangga melihat pertumbuhan Kalio yang luar biasa ini. Kaniya tersenyum lebar. “Iya aku tahu. Aku akan selalu mengingat pesanmu ini, Lio,” jawab Kaniya dengan penuh keyakinan. Kalio menghela napas lega sembari menatap Kaniya dengan lembut. “Itu harus. Dan aku juga akan mengantarmu besok pagi ke tempat itu,” tambah Kalio yang langsung membuat Kaniya menjadi heran. “Huh? Tapi kau harus berangkat sekolah, Lio.” “Terlambat sedikit tidak masalah, Kakak.” “Aku baik-baik saja. Lagi pula jarak perusahaan dan sekolahmu juga cukup jauh. Lebih baik kau langsung berangkat sekolah.” “Tidak. Aku juga perlu memastikan kebenarannya dengan kedua mata kepalaku sendiri, Kakak.” Kaniya menghela napas lelah. Jika Kalio sudah memutuskan sesuatu, maka akan sulit untuk dia mengubahnya. Bukan hal yang langka jika Kalio bersikap overprotective kepadanya. “Baiklah. Lakukan sesukamu,” jawab Kaniya pada akhirnya. Kalio tersenyum kecil. Pembicaraan mereka beralih pada topik lain yang lebih ringan kemudian. Berdua menghabiskan sisa hari dengan penuh canda dan tawa layaknya sebuah keluarga yang bahagia. Pagi hari Kaniya dan Kalio sudah berdiri di depan perusahaan yang akan dimasuki Kaniya itu. Kaniya sengaja mengajak Kalio datang lebih pagi agar Kalio tidak semakin lama pergi ke sekolahnya. Beruntung anak itu tidak melempar protes sedikit pun dan mengikuti langkah Kaniya. “Ayo,” ajak Kaniya untuk masuk ke dalam. Tidak banyak orang yang berlalu lalang saat itu dan itu membuat Kaniya merasa sedikit lebih lega. Beruntung bagian Frontliner sudah dibuka. “Permisi, Mbak,” sapa Kaniya memulai pembicaraan. Staff tersebut mendongakkan pandangan dan melempar senyum ramah pada Kaniya. “Ya, Nona?” “Saya ingin melakukan tes wawancara untuk melamar kerja.” “Oh apa anda Nona Kaniya?” Kaniya tertegun mendengar jawaban itu. Dia menoleh ke arah Kalio yang ada di sebelahnya, yang ternyata juga melempar pandang ke arahnya. Terlihat keduanya sama-sama heran dengan jawaban itu. “Benar, saya Kaniya,” jawab gadis itu dengan sopan. “Ya, Tuan Barons telah berpesan untuk menyambut kedatangan Nona Kaniya. Mari saya antar ke ruang pertemuan. Sebentar lagi Tuan Barons akan datang untuk menemui anda.” Mendengar penjelasan itu membuat Kaniya tersenyum lega. Pria bernama Barons itu memang salah satu pekerja di tempat ini, dan sepertinya dia juga memiliki posisi yang cukup tinggi sehingga bisa membantu Kaniya mengikuti tes lamaran kerja ini. Kaniya mengangguk kecil menjawab staff tersebut. Gadis itu lalu menoleh ke arah Kalio. “Nah kau sudah mendengar sendiri bukan? Sekarang kau bisa pergi, Lio,” ucap Kaniya dengan penuh percaya diri. Kalio mendengar dan menoleh kembali ke arah staff tersebut, lalu kembali mengarahkan pandang pada Kaniya. “Baiklah. Ingat, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku, Kak!” pesan Kalio dengan tegas. “Iya aku mengerti. Pergilah,” balas Kaniya sembari megangguk kecil. Gadis itu juga mendorong tubuh Kalio dengan pelan untuk menyuruhnya segera pergi. Sedetik pun tetap merupakan waktu yang berharga bagi Kaniya yang tidak ingin Kalio semakin terlambat pergi ke sekolahnya. Karena itu dirinya ingin Kalio secepatnya berangkat ke sekolah. Dengan pasrah Kalio akhirnya pergi meninggalkan tempat itu setelah melambaikan tangan pada Kaniya. Selepas kepergian pria itu, barulah Kaniya kembali menoleh ke arah Staff tadi. “Mari,” ajak staff tersebut kemudian. Kaniya mengikuti staff itu memasuki lift yang akan menuntun mereka semakin masuk ke dalam perusahaan besar itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN