Mas Ari meletakkan sendok di atas piringnya cukup keras hingga membuat istrinya, mbak Vivi kaget mendengarnya. Wajah mas Ari yang menegang itu membuatku berani dan tak segan menatap mata elangnya. Dulu, aku selalu segan padanya tapi sekarang tidak lagi. Dulu aku segan karena dia tidak banyak bicara dan selalu bicara fakta meski pahit. Tapi sekarang? Ia turut menyembunyikan kenyataan pahit bahwa mas Bima telah menikah lagi. "Aku sudah selesai makan. Di mana kamarnya?" tanya mas Ari seraya berdiri dari kursinya. Aku menatap mas Bima sejenak dan ia dengan bahasa isyarat dagunya itu memintaku menunjukkan kamar untuk mas Ari. Ketika mbak Vivi juga akan berdiri, mas Ari memintanya untuk tetap duduk dan menyuruhnya untuk menyuapi Dion dan Dafa. Mbak Vivi menurut, seperti biasanya. Aku mengantar