Kau Seorang Pembunuh!

1157 Kata
Alviana membanting pintu apartemen dengan kasar, merasa sangat marah dengan apa yang disampaikan oleh Bintang tadi saat di kantor.Dan bukan hanya itu saja Alviana yang seorang perempuan sangat tahu pasti arti tatapan pria itu pada Cahaya, meski hanya dalih menjadikan wanita itu seorang pelayan saja. "Kau benar-benar menyakitiku Bintang, sangat menyakitiku."Kata wanita itu dengan napas terengah-engah. Sementara itu. Keadaan kantor sudah tampak sepi dengan lampu-lampu yang sudah dipadamkan, karena semua karyawan sudah pulang sejak tadi.Sementara itu ada satu ruangan yang lampunya masih menyala, dan itu adalah ruangan Bintang. Pria itu masih sibuk dengan semua berkas-berkas yang berserakan dimeja, tanpa ia sadari jika Cahaya berada tak jauh dari mejanya, menunggu perintah darinya untuk pulang. ''Apa aku harus tetap menunggunya seperti ini?" tanya Cahaya dengan lirih, ia memegangi perutnya yang sejak tadi sudah melilit karena lapar,ingin makan bekalnya rasanya tidak enak jika Bintang melihatnya. Biasanya Cahaya akan memanfaatkan waktu untuk makan saat pria itu sedang tidak ada di tempat, ia akan makan makanan yang ia bekal dari rumah, atau memasak mie rebus, yang pastinya akan mengundang bau gurih dari bumbunya. Namun hari ini ketika ia akan makan tertunda karena kedatangan Alviana dan Deri, serta keributan yang terjadi selanjutnya. Tiba-tiba saja terdengar rintihan seseorang dan Cahaya amat terkejut saat melihat ternyata Bintang yang sepertinya sedang memegangi perutnya. "Tuan, anda kenapa?" tanya Cahaya dengan cemas. Namun pria itu tak menjawab, ia sibuk memegangi perutnya yang seprtinya sedang sakit. ''Tuan Bintang, anda kenapa? jangan buat saya kahwatir?" Tanya Cahaya lagi dengan cemas. "Diam! ambilkan air minum, maagku sepertinya kambuh!"Balas Bintang sedikit lemah. "Baik-baik tuan." Cahaya kembali ke pantry mengambil air hangat dan memberikan pada pria itu. "Ini tuan, minum anda."Ucap Cahaya. Bintang mengambil air hangat itu dan langsung meneguknya. "Tolong bawa aku ke sofa,aku ingin berbaring dulu!" perintah pria itu lagi. "Baik,Tuan." Cahaya memampah tubuh atasnya itu meski sedikit terseok-seok karena berat, ia tidak bisa minta pertolongan orang lain karena memang sudah tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua. Dimas dari sore tadi sedang keluar untuk suatu keperluan.Sedangkan security ada di lantai bawah dan memakan waktu untuk keatas. "Apakah tuan,masih merasakan sakit?" tanya Cahaya lagi, ketika pria itu sudah berbaring di sofa . "Hmmmm." Cahaya hanya bisa mencibir dengan jawaban pria itu beruntung Bintang tak melihatnya karena wajahnya di tutup oleh lengannya sendiri.Cahaya mencoba memikirkan sesuatu agar rasa sakit itu sedikit berkurang, hingga senyumnya sedikit mengembang ketika teringat bekal yang belum sempat ia makan tadi. "Tuan tunggu disini dulu." Kata Cahaya. Wanita itu langsung kembali ke area pantry, mengambil kotak bekal yang ia simpan dari dalam paper bag. Di buka secara perlahan paperbag tersebut, wangi gurih ayam goreng langsung tercium jelas di sana, ingin sekali ia memasukan makanan tersebut kedalam mulutnya sendiri, tapi teringat dengan bosnya yang saat ini sedang lapar. "Cepat -cepat ia memasukan semua bekalnya kedalam microwave, agar hangat kembali, setelah itu ia kembali ke sofa dimana Bintang berada saat ini. "Tuan, anda bisa bangun? cobalah makan ini dulu lalu minum obat." ucap Cahaya dengan lembut. BIntang melirik kearah kotak makanan yang ada di meja.Ia hanya mencibir. "Kau mau meracuniku dengan makanan itu, hah?" tanya Bintang. "Tidak tuan, mana saya berani. Ini sebenarnya adalah bekal makan siang saya, hanya saja saya belum sempat menyantapnya , anda jangan khawatir makanan ini saya yang buat dan dijamin higienis." kata Cahaya lagi. "Aku tidak mau,kau makan saja sendiri.'Kata Bintang lagi. Cahaya hanya menghela napasnya, ia menyerah dengan penolakan pria itu.Entah apa salahnya sejak pertama kali bertemu pria itu sudah memasang muka permusuhan padanya. "Baiklah jika tuan tidak mau, aku makan sendiri saja bekal ini.Lagipula kerja macam apa saya disini, Di larang berbaur dengan teman sekantor, pergerakan saya terbatas,dan satu hal lagi saya ini OB atau pengawal yang tiap hari harus berdiri di dekat anda tanpa bergerak sedikitpun,Saya capek." Sambil marah-marah tidak jelas,Cahaya mulai menggigit paha ayam yang berminyak gurih itu,membuat Bintang menelan ludah, membayangkan lezatnya ayam goreng rumahan yang selalu ia rindukan, ditambah lagi Cahaya mencocolkanya kedalam sambal terasi, menyebarkan aroma khas, bahkan perut pria itu sampai menari-nari saking laparnya. "Kau kurang ajar sekali, makanan yang kau berikan untuk bosmu kenapa di makan sendiri?'' Bintang langsung merebut kotak makan itu,dan mengambil paha ayam yang sedang Cahaya makan, lalu melahapnya dengan rakus.Cahaya hanya bisa melongo dibuatnya.Apalagi tak butuh waktu lama semua makanan dalam kotak itu langsung habis tak bersisa.Ia hanya bisa menelan ludanya melihat Bintang yang sedang menggingit tulang paha favoritnya itu. "Ya habiskan saja tuan,makanan itu sudah aku racuni."Ucap Cahaya sambil berdiri. "Uhuk...uhuk..." BIntang yang sedang menelan makanan terakhir langsung terbatuk-batuk dibuatnya. Cahaya sedikit panik, buru-buru dia memberikan tumbler miliknya dan membrikanya pada pria itu dan langsung di habiskan Bintang hingga tandas. "Kau benar-benar akan membunuhku?Dasar wanita si4l4n!" Bintang langsung marah-marah setelah menghabiskan satu tumbler minuman milik Cahaya. Dan ditanggapi wanita itu dengan santai. "Ya ampun tuan, anda ternyata orangnya gak asik banget ya.Santai saja tuan, kalau makanan itu sudah aku beri racun, pasti saat ini anda sudah mati kan?"Jawabnya. "Kau bisa saja melakukan itu, karena dulu saja kau sudah membunuh seorang wanita hingga mati, apa kau tidak sadar kalau kau itu seorang pembunuh?" Cahaya tercengang, ia melangkah mundur dengan wajah yang memerah dan air mata yang tiba-tiba saja menggenang. Sementara Bintang, pria itu langsung terdiam saat sadar sudah keceplosan, tapi meski sudah melihat raut wajah sedih serta air mata yang terus saja berjatuhan di wajah Cahaya, Bintang tidak merasa bersalah sama sekali, ia sudah puas dengan apa yang ia katakan sekarang. "Maaf tuan, mungkin saya lancang.Saya hanya ingin membuat anda tidak tegang saja.Ini obat maag anda, sebaiknya cepat dminum agar pencernaan anda segera pulih.Karena ini sudah sangat larut malam, saya izin pulang dulu.Maaf tidak menunggu anda selesai, karena ini sudah di luar jam kerja seorang karyawwan." Setelah mengatakan itu,Cahaya membereskan kotak bekal yang sudah kosong dan juga tumblernya juga, lalu segera bergegas keluar. Katika ia membuka pintu,terdengar suara Bintang yang membuatnya diam sebentar. "Aku tidak akan minta maaf untuk yang aku katakan tadi Cahaya, karena itu adalah fakta, jika kau seorang..." "Ya benar,tuan.Saya memang pernah di penjara karena sudah dituduh membunuh seseorang.Tapi itu ketidaksengajaan, jika harus memilih sayapun tidak ingin berada dalam posisi tertuduh seperti ini, tapi ini takdir yang harus saya jalani. Apakah setelah tuan tahu status saya,anda akan memecat saya?" Tanya Cahaya. "Yang pasti hukumanmu kemarin tidak akan cukup ,apalagi orang yang kau bunuh juga sedang mengandung seorang bayi, kau bisa bayangkan perasaan keluarganya seperti apa? harus kehilanganya dan juga bayinya?" Cahaya memejamkan matanya dengan deraian air mata, ia mengeratkan peganganya pada paperbag yang sedang ia pegang itu. "Akupun tidak ingin ada di posisi ini, seanadainya bisa aku akan menukar lebih baik diriku saja yang mati waktu itu daripada aku yang selamat." "Kau matipun tidak akan membuat dia yang telah mati bisa hidup Cahaya, dan itu terlalu mudah untukmu." Cahaya memutuskan benar-benar meninggalkan BIntang,karena ia sudah tidak sanggup lagi mendengarkan perkataan tajam dari pria itu. "Aku juga kehilangan bayiku, andai kau tahu."Bisik Cahaya lirih,disertai isak tangis yang makin lama makin menyayat hati, dan itupun bisa di dengar Bintang secara langsung. "Siallllll....."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN