Kekasih yang terhianati

1050 Kata
Bintang terbangun dari tempat tidurnya ketika waktu sudah menunjukan pukul satu siang, ia sampai melompat dari atas ranjang, teringat jika hari ini akan ada rapat yang harus ia pimpin. "Sial, Dimas kenapa tidak membangunkan aku sih?" Umpatnya kesal. Pria itu kemudian mencari ponselnya untuk melihat notifikasi apa saja yang telah sampai, tapi keningnya mengerut saat tidak ada satupun pesan yang sampai padanya. "Apa mungkin habis kuota? tidak mungkin kan?" Tanya BIntang lirih, tak ingin membuang waktu berharganya, pria itu memilih mandi,karena akan segera berangkat ke kantor. Begitu selesai mandi dan berpakaian, Bintang mencari kunci mobilnya.Biasanya Dimas akan menyimpannya diatas nakas.Tapi kali ini ia tak melihat apapun di sana. "Apa mobil dibawa dia?'" Tanya Bintang lagi pada diri sendiri. Akhirnya pria itu mencoba menghubungi sang asisten untuk menanyakan keberadaan dirinya yang tidak datang untuk membangunkan atau menjemput. Panggilan tersambung. "Halo... Dim, kenapa kamu gak bangunin aku? rapat udah mulai atau batal? gimana sih kerja kamu!" umpat Bintang. Dari ujung telepon Dimas terlihat bingung cara menjawab pertanyaan Bintang, sampai akhirnya pria itu kembali bertanya. "Dim, kamu tuli? Dimana kunci mobilku? aku mau berangkat ke kantor?" tanya Bintang lagi. Di kantor, Dimas memang benar-benar tidak tahu cara menjawab pertanyaan tuan mudanya, apalagi sekarang di ruangannya ada Gunawan yang sedang berdiri sambil menatapnya. "Tuan muda itu..." Tak sabar, akhirnya Gunawan merebut ponsel yang sedang pegang oleh Dimas, kemudian menempelkan pada telinganya. "Dengar, Bintang Dwi Prasetya kau sudah aku pecat, semua fasilitas sudah aku cabut, termasuk kartu kredit, mobil dan apartemen yang sedang kamu tempati saat ini.Setelah ini kau bukan lagi bagian dari perusahaan maupun putra Gunawan Prasetya lagi!" Setelah mengatakan itu, Gunawan langsung memutuskan sambungan telepon dan memberikannya pada Dimas,sebelum dia meninggalkan ruangan itu,Gunawan kembali berkata. "Bujuk dia agar mau menikah dengan Alviana, jika ingin tuan muda itu tidak sengsara." "Baik tuan,"Dimas membungkukkan badan saat tuan Gunawan benar-benar meninggalkan ruangan itu. Sementara itu di apartemen, Bintang tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui dirinya yang telah di pecat dan di buang oleh papanya sendiri. "Baiklah jika itu mau papa, maka aku akan turuti." Bintang yang tadinya sudah rapi dengan setelan kemeja dan jas kerjanya, kini langsung mengendorkan dasi yang melilit di lehernya.Perasaan campur aduk kini sedang melandanya, hingga akhirnya untuk melampiaskan rasa kecewanya pria itu melempar jasnya dan menendang kakinya ke sofa membuat benda itu terpental jauh dan menabrak semua yang ada didepanya. "Brengsekkkkkk!" ** Di Tempat lain Cahaya sudah mulai menjalani kehidupan barunya sebagai seorang narapidana. Sesungguhnya jika keluarga korban mau menempuh jalan damai dirinya tak harus menjalani hukuman sampai seberat ini, tapi karena dari pihak korban yang tetap menginginkan Cahaya di hukum mau tidak mau wanita itu harus menjalaninya. Hari-harinya kini di sibukkan dengan semua kegiatan di dalam lapas, beruntung semua kegiatan itu sangat positif untuknya,Hingga ia tidak harus tenggelam dan larut dalam kesedihan memikirkan nenek dan kekasihnya. Cahaya di terima dengan baik oleh teman-teman satu sel nya karena sifatnya yang lemah lembut dan ramah, ia juga tidak segan-segan membantu para seniornya yang tengah keslitan. HIngga tak terasa wanita itu sudah menjalani hukuman selama satu bulan lamanya. Dan selama itu pula hanya sekali Deri menjengkuknya di lapas.Bukan tanpa alasan, pria itu tak datang,tapi karena Cahaya yang melarangnya untuk kesana. Di tempat lain, "Dengar, cintaku lebih besar dari cintanya.Jadi aku mohon padamu Delia,pilih aku! aku janji, hanya kamu yang aku bahagiakan!' ucap Seorang pria sambil memegangi lengan kekasihnya yang hendak pergi. "Tidak, kamu hanya pelarianku saja, kamu tidak perlu mati-matian seperti ini.Kamu berhak bersama yang lain."Jawab sang kekasih. Namun pria itu malah menarik tubuh kekasihnya untuk ia peluk,"Aku tidak peduli dan aku tetap akan menuju padamu,hanya padamu." Sang gadis terlihat terharu dan ia sampai mengeluarkan air matanya, kemudian si gadis melepaskan pelukannya dari pria itu, dan mereka akhirnya saling bertatapan. "Kenapa? kenapa kamu datang padaku setelah dia yang masuk lebih dulu,kenapa?" tanya si gadis. "Karena aku adalah penyembuhmu, karena akulah yang akan membuatmu bahagia." keduanya saling menatap, hingga jarak bibir mereka tinggal beberapa centi saja dan.... "CUT!" Teriakan sutradara memutus dua pemeran yang hampir saja menempelkan bibir mereka satu sama lain, hingga keduanya akhirnya saling menjauh. "Kerja bagus! break satu jam ya, silakan istirahat dulu teman-teman." Kata sutradara lagi. Asisten langsung mendekat pada dua artis yang baru saja berakting itu lalu memberikan mereka minum. "Bagus banget akting kamu,Der,terlihat natural."Ucap Winda. ''Terima kasih, aku memang sungguh-sungguh kok,gak lagi berakting."Jawab Deri, sambil menatap kearah Alviana yang saat ini tengah di kipasi oleh asistenya. "Jangan main perasaan nanti kamu akan terluka,Deri." Sebagai orang yang paling lama berkecimpung di dunia akting, Alviana langsung memberi peringatan pada lawan mainnya itu, karena selama ini kebanyak artis yang main perasaan pada akhirnya akan terjebak sendiri. "Aku rasa aku sudah siap untuk itu, satu hal yang aku tidak tega dalah melihat gadis cantik yang terlihat terluka dan kesepian, aku tidak tega melihatnya." Alvianan hanya tersenyum sinis, kemudian pergi dari hadapan Deri. Di ruang ganti Alviana melempar ponsel yang baru beberapa hari ia beli ke dinding hingga pecah menjadi beberapa bagian, napasnya naik turun setelah mendengar berita dari orang suruhanya jika pria yang di jodohkan denganya menolak untuk menikah denganya. "Sialan kamu BIntang, beraninya kamu menolak diriku!" Teriak Alviana. Deri yang tadinya akan masuk kealam untuk berganti baju, tak sengaja mendengarnya, ia memutuskan untuk berdiri dan mendengar segala umpatan Alviana yang entah di tujukan pada siapa. "Aku mati-matian memperngaruhi kedua orang tuamu agar tidak merestuimu dan wanita itu, tapi kau tetap bersikeras.Apa kurangnya aku,Bi... apa? Bahkan saat wanita itu sudah matipun,aku tetap kalah darinya..Kau Jahat Bi...jahat." Alviana menangis sesenggukan dengan wajah yang tertunduk, sampai tiba-tiba saja Deri sudah berdiri di depannya. Pria itu langsung berjongkok agar dirinya dapat seajajar dengan gadis yang tengah menangis itu.Deri mengusap lembut puncak kepala yang masih menunduk itu, hingga akhirnya ALviana mendongakan wajah, sedikit terkejut melihat pria itu ada di hadapanya. "Gadis cantik ini tidak boleh menangis sia-sia karena pria pecundang."ucap Deri. Mendengar itu ALviana makin sesenggukan dan Deri langsung menariknya kedalam pelukan. "Jangan menangisi lagi pria pecundang yang tidak menghargaimu, kau mengerti." "Dia jahat padaku,Der."Ucap Alviana lirih. "Dan aku tidak akan membiarkan kamu terluka lagi olehnya.Aku janji." Alviana melepaskan diri dari pelukan laki-laki itu,"Memangnya siapa dirimu yang tidak akan membiarkan aku terluka lagi?" Deri tersenyum. "Aku orang yang akan selalu mencintai dan melindungimu." Setelah itu Deri langsung menempelkan bibirnya di bibir Alviana, melumatnya begitu dalam hingga membuat gadis itu hampir terjatuh karena dorongan tubuh Deri yang semakin condong kearahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN