Bertemu Bu Asih

1197 Kata
Cahaya tidak menyerah untuk mencari pekerjaan, setalah beberapa hari yang lalu ditolak oleh beberapa perusahaan.Dan kemarin saat dirinya akan membuka usaha,namun ia tunda gara-gara tidak jadi belanja perlengkapan di swalayan. Uang dari Deri pun masih utuh, belum ia pakai sama sekali.Dan untuk kebutuhan hidupnya beberapa waktu ini, ia juga mendapat penghasilan saat di lapas.Hingga setidaknya saat bebas kemarin ia punya sedikit bekal. "Semoga hari ini aku mendapat pekerjaan, apapun pekerjaannya aku terima." Bisik Cahaya sambil melangkah maju ke di luar gang. *l Cahaya kembali berjalan di bawah terik sinar matahari ketika dirinya tiba disebuah gedung tinggi dengan gerbang berwarna cokelat.Tak sengaja wanita itu melihat selebaran yang berisi lowongan kerja. Tentu saja wanita itu sangat gembira dan langsung menghampiri satpam yang sedang berjaga. "Permisi pak, apa benar disini sedang membutuhkan karyawan ?"Tanya Cahaya. Satpam menelisik Cahaya dari ujung kaki sampai ujung kepala, kemudian mengangguk setelah melihat didepannya itu seperti sedang mencari pekerjaan. "Masuk aja mba, temui HRD di sana juga ada beberapa orang yang sedang antri untuk wawancara."Balasnya. Cahaya sangat girang mendengarnya, "Benarkah pak, kalau begitu saya langsung masuk ya pak." "Silakan mba." Cahaya sedikit berlari memasuki gedung itu mencari ruangan yang sudah di tunjukan oleh satpam tadi, dalam hati berharap kali ini akan diterima kerja, apa saja kerjaan asal itu halal akan ia terima. Benar saja, setelah sampai di ruangan rupanya ada puluhan orang yang sedang antri untuk sesi wawancara. JIka kebanyakan mereka melamar dengan menggunakan pakaian terbaik mereka, beda dengan wanita itu yang hanya menggunakan celana panjang hita dan kemeja putih. "Semoga aku diterima."Bisiknya lirih sambil menunggu giliran dirinya dipanggil. Dari kejauhan tak sengaja Bintang yang hendak masuk kedalam lift mengurungkan niatnya saat melihat Cahaya yang sedang duduk menunggu giliran. "Dim, kabari HRD untuk menerima wanita itu."Tunjuk Bintang pada seseorang yang dudu dekat pintu persis. Dimas melirik kearah ruangan yang ditunjukan atasannya, sedikit terkejut saat melihat ada Cahaya di sana, namun ia tidak bisa menentang apa yang sudah jadi keputusan atasanya itu. "Baik tuan." Lalu keduanya masuk kedalam lift. Cahaya keluar dari gedung itu dengan perasaan gembira karena sudah diterima kerja.Meski agak sedikit heran, yang ia tahu perusahaan itu merupakan perusahaan besar dan juga seleksi masuknya pun sangat ketat, apalagi riwayat dirinya yang punya noda hitam.Apakah mungkin bisa diterima begitu saja?saat sesi wawancarapun tidak banyak yang ditanyakan padanya. Namun, Cahaya berpositif thinking.MUngkin ini kuasa Tuhan untuk dirinya. Sebelum pulang ke rumah ia memutuskan untuk mampir ke pasar, membeli bahan makanan karena kebetulan stock makanan sudah habis. Ketika ia hendak membeli ikan di pedagang, tak sengaja dirinya menabrak seseorang.Hingga membuat barang belanjaannya jatuh berserakan "Maaf." ucapnya.Sambil memunguti semua belanjaan milik orang yang ia tabrak "Hati-hati dong kalau jalan, kamu buta ya?" Balas orang itu. Cahaya mendongakan wajah saat mendengar suara yang sangat tidak asing menurutnya. "Ibu?" Ucapnya. Wanita paruh baya yang dipanggil ibu itupun membulatkan matanya saat melihat ternyata yang bertabrakan dengan dirinya adalah Cahaya kekasih putranya. "Cahaya?'' Wanita itu segera berdiri, hendak mencium tangan bu Asih, tapi yang terjadi ternyata wanita itu sama sekali tidak menyambut baik tangannya, hingga Cahaya akhirnya mengurungkan niatnya. "Ibu apa kabar? Sehat?" tanya Cahaya sambil tersenyum manis.Sebaliknya bu Asih dari dulu tetap memasang muka juteknya. ''Seperti yang kamu lihat, ibu sehat.Kamu sudah bebas dari penjara?sudah lama?"Tanya bu Asih, sengaja mengeraskan nada suaranya agar orang-orang disekitar bisa mendegar bahwa wanita di hadapanya adalah mantan napi. "Sudah lama bu.Ibu mau kemana, biar aku bantu bawain belanjanya." Balas Cahaya sambil mengambil tas belanjaan milik bu Asih, tapi segera wanita itu rebut kembali, membuat Cahaya kaget dibuatnya.Kemudian Bu Asih menyeret Cahaya sampe ke tempat yang sedikit sepi. "Dengar, kau pasti tahu Deri sekarang sudah jadi artis terkenal kan? reputasinya sangat bagus dan ia punya banyak penggemar?"ucapnya sambil berbisik di telinga Cahaya, dengan wajah menoleh ke kanan dan ke kiri, berharap apa yang ia bisikan tidak terdengar oleh orang lain. Cahaya mengangguk dengan bangga,''Sudah bu, aku juga sudah melihat semua aktingnya."Balasnya. "Bagus, berarti kamu tahu kan kalau Deri medapatkan masalah apa yang akan terjadi dengan karirnya?" tanya bu Asih lagii. "Deri punya masalah bu? masalah apa, kok dia gak ngomong?" tanya Cahaya sedikit cemas. "Kamu masalahnya,Cahaya." jawab bu Asih dengan lantang. "Apa?" tanya Cahaya terkejut. "Kamu yang akan jadi sumber masalah Deri. Ibu mohon kamu jangan mendekati putraku lagi.Dia sudah di puncak karirnya jangan sampai dia kembali jatuh dengan kamu berada terus di sampingnya." "Ap-a maksud ibu? aku tak mnegerti?' Tanya Cahaya bingung, matanya sudah mulai berkaca-kaca saat ini mendengar calon mertuanya yang berkata dengan kejam padanya. Bu Asih menghela napasnya sebentar kemudian kembali berkata. "Kamu sekarang sudah tidak sebanding dengan putraku,Cahaya.Jadi aku minta kamu menjauh dari Deri. Kamu bisa bayangkan bukan bagaimana reaksi netizen jika tahu bahwa calon istri Deri ternyata seorang pembunuh? bagaimana dengan karir yang sudah ia bangun? Kau bisa bayangkan itu bukan? Deri bisa mendapatkan gadis baik-baik,dan hubungan kalian ibu anggap sudah berakhir sejak kamu dinyatakan sebagai seorang pembunuh.Jauhi Deri mulai sekarang!" Setelah mengatakan itu, bu Asih meninggalkan Cahaya, tak peduli dengan wanita itu yang sudah berderai air mata karena ulahnya.Yang terpenting ia sudah menyampaikan apa yang seharusnya seorang ibu lakukan demi nama baik putranya.Andai saja bu Asih tau apa yang sesungguhnya terjadi, masihkah wanita paruh baya itu angkuh? "Ibu tunggu!" Kata Cahaya tiba-tiba. Bu Asih yang sudah beberapa langkah meninggalkanya akhirnya berhenti dan berbalik. "Apa lagi Cahaya? kau mau uang? berapa? bilang padaku.Akan aku berikan berapapun yang kamu mau, asal kau pergi dari hidup Deri!" Kata Bu Asih lagi. Sungguh jika saja itu bukan orang tua dari pria yang dicintainya, maka sudah sedari tadi mulut pedasnya sudah ia tampar.Cahaya akhirnya kembali mendekat pada bu Asih. "Apa karena alasan ini, ibu tidak menyampaikan suratku pada Deri?" tanya bu Asih. Bu Asih terlihat panik mendengar pertanyaan Cahaya itu. "Apa maksud kamu? ibu tak mengerti?" tanyanya dengan salah tingkah. Cahaya terkekeh,''Ibu tidak perlu pura-pura lagi,apakah ibu juga tidak memberitahukan keadanku pada Deri waktu itu.Dan gara-gara itu aku sampai harus kehilangan.." ''Cukup Cahaya...! Cukup!"Napas Bu Asih sudah naik turun, menahan amarah yang makin menggelora. "Jangan pernah ungkit masalah itu lagi, semua sudah berakhir tidak ada yang perlu dibahas lagi."Balas bu Asih. "Mungkin bagi ibu itu sudah berakhir, tapi bagiku tidak.Karena keegoisan ibu, aku kehilangan bayiku." Ucap Cahaya. Bu Asih membulatkan kedua matanya, ia tidak menyangka jika wanita itu masih ingat peristiwa lima tahun lalu. "Ibu pasti tahu kan dimana makam bayiku? tolong tunjukan padaku bu dimana makamnya? aku ingin bertemu bayiku...aku mohon." Cahaya sampai berlutut di hadapan bu Asih, tak peduli jika saat ini dirinya berada di tengah-tengah pasar dan pasti akan mengundang banyak perhatian. Bu Asih yang menyadari itu menjadi panik, terlebih takut jika para pengunjung pasar menyadari jika dirinya adalah orang tua dari Deri, bintang top yang sedang naik daun itu. "Hentikan Cahaya, apa yang kau lakukan?Lepaskan!" ucap bu Asih. "Aku mohon pada ibu, tunjukan dimana makam bayiku.Ibu pasti tahu semuanya kan? ayo bu tunjukan.Aku tidak akan melepaskan sebelum ibu berjanji akan menunjukan dimana makamnya." kata Cahaya sambil memegang erat kedua kaki bu Asih. "Baik akan ibu tunjukan, tapi dengan satu syarat!" kata Bu Asih lagi. "Apa bu, akan lakukan apapun itu." Cahaya lalu bangun dan menatap bu Asih dengan penuh harap. "Putuskan hubunganmu dengan putraku,jauhi dia dan jangan pernah kamu mendekatinya lagi!" Cahaya terdiam,hingga detik berikutnya ia mengangguk. "Baik, akan aku lakukan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN