Tamara tak henti-henti menggerutu. Seluruh tubuhnya lengket karena begitu banyak mengeluarkan keringat, aktivitas baru saja benar-benar menguras tenaga. "Kuat banget sih, capek tau!" "Resiko jadi istri Papa!" Sementara saat itu Arei tanpa merasa dosa sedang selonjor tenang karena birahinya sudah tersalurkan. "Iiihh nyebelin!" decak Tamara. "Dari pulang kerja Papa tahan-tahan," ujar Arei. "Kenapa gak sama istri tua aja?" Seketika Arei menatapnya dengan intens, lalu ia layangkan kecupan sekilas. "Papa tekankan! Gak ada istri tua, gak ada istri pertama, gak ada saingan atau apalah itu! Kamu yang pertama, kamu satu-satunya dan cuma kamu yang Papa cinta. Paham bayi?!" Tamara sampai melongok, Arei berbicara sambil mengetuk-ngetuk hidungnya menggunakan telunjuk, seperti anak kecil y