Husein benar-benar kesal dengan gadis yang menurutnya bodoh itu. Gadis itu jatuh tersungkur di beceknya tanah lumpur. Gadis yang selalu merepotkannya. Sudah tak terhitung berapa kali gadis itu terjatuh. Gadis itu seolah lupa caranya menyeimbangkan diri. Atau memang tubuhnya yang tidak seimbang.
"Jatuh lagi! terusin aja jatuhnya. Sampai badan kamu lecet semua!" teriak Husein keras. Saat ini, Husein dan Rara, nama gadis itu. Tengah menemani adik Rara bermain bola. Karena baru hujan, tanahnya jadi becek.
Dibentak oleh Husein, Rara hanya bisa menunduk. Mimpi terburuknya adalah, kenal dengan Husein. Husein laki-laki pilihan mamanya untuk dijadikan suami. Mamanya ngotot menyuruh Rara untuk menerima perjodohan dirinya dan Husein. Laki-laki galak yang tidak punya hati. Yang selalu menindas Rara.
Apapun yang dikerjakan Rara, selalu salah di mata Husein. Pantasnya, Husein memang jadi Admin lambe turah, karena kekuatan menyindir pria itu sangat pedas.
Rara Azizah. Gadis mungil yang saat ini kelas tiga SMA. Pendiam dan penurut. Gadis cantik yang selalu memakai hijab kemanapun ia pergi. Mata lebar dan pipi tembemnya, membuat siapa saja yang memandangnya, ingin mencubit gemas. Rara suka es krim, ia bagai tak ada semangat tanpa es krim di siang hari. Rara juga cinta Mocil, kucing anggora putih kesayangannya. Rara tak punya teman selain Mocil. Adapun yang di benci Rara, Ia benci Husein. Husein selalu memarahinya tanpa tau keadaan. Husein juga yang membuat luka terpendam, kembali muncul. Sudah cukup Rara hidup dalam peliknya beban. Tolong jangan di tambahi.
Rara punya kakak perempuan, namanya Tiara. Namun, Tiara sedang terbujur koma karena kecelakaan. Tiara beda satu tahun dengannya. Tiara gadis yang periang dan pintar. Beda dengannya yang introvent dan tidak pintar. Rara selalu iri, bila disandingkan dengan Tiara. Tak ada yang menarik baginya ketimbang Tiara. Kalau Tiara sempurna. Maka dia, bukan apa-apa.
Setiap hari, Mama dan papanya akan menekan Rara untuk bisa seperti Tiara. Mama papanya menyuruh Rara untuk larut dalam buku buku pelajaran biar pintar. Memasakkan masakan kesukaan Tiara untuk Rara. Orangtua Rara menuntut Rara untuk masuk ke sekolah kedokteran. Karena menjadi Dokter adalah impian Tiara sejak dulu. Rara seperti hidup untuk Tiara. Ia kehilangan jati dirinya bila di rumah. Rara ingin berontak. Tapi, ia tidak bisa. Hidupnya masih tergantung pada orang tuanya.
Mamanya menyuruh Rara menerima perjodohanya dengan Husein, karena Ahzar, pria yang mencintai Rara, adalah pria yang dicintai Tiara. Tiara merasa tak suka, bila Ahzar memandang Rara. Itu sebabnya, Tiara menyuruh mamanya untuk menyuruh Rara menerima pinangan dari Husein.
Apapun yang Rara inginkan, selalu diambil alih oleh Tiara. Rara benci Tiara, Tiara selalu mengganggu kesenangannya sejak kecil. Rara ingin berdoa, agar Tiara tidak cepat sembuh. Rara benar-benar muak dengan gadis itu. Bolehkah Rara berfikir jahat, agar Tiara meninggal saja? Rara yakin hidupnya akan sangat tenang.
Muhammad Husein Hanif. Atau kerap disapa Husein. Mahasiswa semester lima di fakultas kedokteran ternama. Pria dua puluh enam tahun itu sedang mengambil spesialis Bedahnya. Calon suami Rara. Husein ingin menolak perjodohan konyol itu. Tapi, ia tak tega dengan mamanya. Mamanya sudah jatuh cinta pada Rara di pandangan pertama. Mamanya yang menginginkan anak perempuan, ketika melihat Rara, mamanya langsung jatuh hati. Sikap Rara membuat Erlinda, mama Husein, Sering tersenyum bahagia. Rara yang tak mendapat kasih sayang keluarganya pun, juga sangat menyayangi Erlinda.
Erlinda adalah sosok mama idamannya. Erlinda lebih mengerti dirinya daripada Helda, mama kandungnya. Sebenarnya, Husein tak membenci Rara. Hanya saja, ia juga kesal dengan Rara yang begitu saja menerima perjodohan. Husein benci Rara yang lemah. Husein sudah tau tabiat keluarga Rara, yang mengucilkan Rara. Husein kasihan. Tapi, egonya terlalu tinggi.
"Ayok pulang!" ajak Husein. Rara mengangguk, membuntuti Husein dan Haidar yang jalan di depannya.
"Mampir dulu ke warung makan. Kamu kalau di rumah selalu gak makan." ucap Husein. Lagi-lagi Rara mengangguk.
Rara memakan nasi uduk dengan lahap. Ia tak mempedulikan sekitar. Ataupun, mempedulikan Husein yang dari tadi menatapnya. Sejak semalam, Rara memang belum makan. Mamanya memasak udang, makanan kesukaan Tiara. Padahal mamanya tau, kalau Rara tidak suka udang. Lebih baik kelaparan daripada makan udang. Pikir Rara.
Husein merasa kasihan melihat badan kecil Rara. Rara seperti bocah yang tak diurus ibunya. Tiap hari, Husein selalu memergoki Rara yang berangkat sekolah jalan kaki. Mampir di warung untuk membeli sesuatu. Karena penasaran, setiap hari Rara mampir ke warung, Husein menghampiri penjual di warung dan menanyakan apa yang di beli gadis itu. Ternyata, setiap hari Rara akan membeli sebungkus roti. Rara bercerita pada ibu ibu penjual di warung itu, kalau dirinya sarapan, ia akan terlambat ke sekolah. Mengingat, Rara ke sekolah selalu jalan kaki. Terpaksa, Rara memakan rotinya sambil berjalan. Beberapa hari yang lalu, saat menjemput Rara di sekolah. Tas milik Rara ketinggalan. Sengaja ia buka isinya. Tidak ada yang aneh. Tapi, cukup membuat hati Husein teriris. Selembar uang lima ribu rupiah, botol minum dan roti yang tinggal separuh. Mungkinkah Rara menyisakan roti untuk makan siang?. Yang Husein lihat, Rara lahir dari keluarga berada. Sebegitu tidak berharganya Rara, hingga gadis itu selalu tersisihkan, tak terurus dan menjadi alat kebahagiaan Tiara.
Ingin sekali Husein memungut Rara untuk menjadi adiknya. Mungkin itu bisa dinamakan hubungan menguntungkan. Mamanya senang punya anak cewek. Dan Rara senang punya Mama perhatian. Tapi, Mamanya ingin Rara menjadi istrinya. Bukan menjadi adik yang bisa dia jahili. Husein memang sedang kesepian di rumah. Ia hanya punya Kakak, dan tak punya Adik. Husein pengen punya adik yang bisa di jahili dan akan dia buat menangis. Akan berteriak saat dia menyembunyikan mainannya. Husein terkekeh. Teman-temannya selalu pamer adik. Lha dia mau pamer siapa?