Apa Yang Dibutuhkan Bumi?

1529 Kata
Nilam menepuk lalat yang berusaha menempel di pipinya. Tangannya dengan lihai membuat lalat itu meninggal. Ah, bukan kejam. Nilam hanya sedang melindungi rumahnya dari kuman yang dibawa oleh lalat. Beberapa waktu kemudian, Nilam meneguk obat yang telah dibeli oleh Aurora. Dua minggu kemudian, Nilam telah sembuh dari sakitnya. Artinya, Aurora telah bisa pergi keluar rumah. Karena bakteri telah merebak, Aurora hanya bisa membuat konten di sekitar perumahan saja. Aurora meminimalkan jarak tempat yang harus dipakai untuk membuat konten. Hari ini, Aurora sedang tidak membuat konten mukbang. Dia membuat sebuah konten permainan tebak-tebak makanan bersama seseorang. Untuk membangun suasana yang berbeda dari kontennya, Aurora mengundang salah satu bintang tamu ternama. Akan tetapi, dia juga harus rela tanpa adanya Mario di sisinya. Mario sedang berada di Yogyakarta untuk mencari pengobatannya. “Hai, selamat datang di sini. Sebelumnya, ini  konten belum ada sebelumnya. Di sini, kita tidak sedang dituntut untuk melahap menu makanan. Tapi, Aurora mau mengajak penonton dan Kakak untuk mengobrol santai,” kata Aurora di awal video. “Sebelumnya, perkenalkan dulu, dong,” sambungnya. “Waduh, sudah kenal, dong, ya pastinya ... Aku Ashilla.” Seorang perempuan bernama Ashilla itu tampak merasa canggung berada di ruangan itu. Sebuah ruangan yang digunakan Aurora sebagai kantornya. Kantor yang akan digunakan untuk syuting selama bakteri masih merebak di mana-mana. “Oke, Kak maaf jika kurang nyaman dengan tempatnya. Sebenarnya, ini ruangan didesain secara mendadak dan maaf kami belum memiliki tim. Jadi, ya, masih mengandalkan tenaga sendiri. Mengobrol santai bersama Aurora, bagaimana perasaannya menjadi orang pertama, Kak?” tanya Aurora sembari memberikan senyuman paling spesial yang dimilikinya. “Senang pastinya. Tapi, agak-agak canggung, sih, ada rasa takut kalau bakal ada salah bicara. Sebenarnya, aku ini tidak bisa berbicara di depan banyak orang.” “Kak Ashilla ini ... suka bercanda, ya. Padahal, Aurora lihat di beberapa konten perkataan yang keluar itu berbobot semua.” Aurora mengambil kertas tebal yang sudah dituliskan beberapa materi yang akan dijadikan topik dalam kontennya. “Kak, kita mulai dari pembahasan yang ringan terlebih dahulu. Jadi, Kak Ashilla ini salah satu penyanyi yang terkenal dengan salah satu genre musik. Tapi, fakta yang membuat Aurora tertarik adalah Kak Ashilla suka sekali dengan makanan pedas. Kalau dipikir, dua hal ini, bukankah bertentangan?” “Iya, memang. Tapi, kita juga harus bisa menjadi diri kita sendiri. Kita, ya, kita, paham kan? Lakukan saja yang membuat diri kita bahagia. Jangan pernah takut, tapi, ingat, hanya dalam hal yang baik.” “Setuju, Kak ibarat rembulan itu seorang ibu, apa yang Kakak harapkan untuk sang rembulan?” “Harapan Ashilla ... Semoga doa-doa yang dipanjatkan merupakan doa yang memberi sinergi bagi diri kita. Karena apa? Tidak sedikit orang-orang yang paling dekat dengan kita adalah orang yang merobohkan kita. Tapi, itu tidak semua. Hanya saja, juga banyak terjadi dengan hal itu. Aku, sih, berdoa dan penuh harap, semoga kita selalu berada di lingkungan yang sehat dan aman. Harapan lainnya, semoga Ibu selalu dalam lindungan-Nya. Pesan aku untuk teman-teman, jangan pernah memperlakukan orang tua kalian dengan buruk, terlepas apa pun yang mereka kasih ke kita.” Ashilla membenarkan posisi bantal yang menutup sebagian kakinya. “Baik, kalau untuk bumi yang sekarang sedang risau apa, Kak?” tanya Aurora sembari menaruh kertas ke meja. “Bumi ... lekaslah membaik. Kami—para penghuni—telah lama merindukan bumi yang tenang. Kami telah ingin untuk kembali hidup dengan kenyamanan. Untuk semuanya, jangan pernah tinggalkan dan abaikan protokol kesehatan yang sesuai dengan perintah dari pemerintah. Kemudian, jangan sering pergi kalau tidak dalam keadaan yang penting.” Beberapa menit kemudian, Aurora telah menutup kegiatan syutingnya. Mereka duduk di ruang depan sembari mengobrol lebih jauh bersama. Di sana, ada Nilam yang sedang membersihkan meja dan jendela. “Oh iya, bersih-bersih rumah dan memberi celah untuk sinar matahari masuk ke dalam rumah, juga sangat diperlukan loh. Jangan lupa, Ra, selalu berjemur di pagi hari.” Ashilla berdiri untuk menghampiri Nilam. Ia mengambil satu buku yang berada di meja paling ujung. Tepatnya, di sebelah kanan di mana Nilam berdiri. “Bu, pinjam bukunya, ya?” katanya dengan sopan. “Iya, Nak,” jawab Nilam masih sibuk dengan kemocengnya. “Kak Ashilla, bolehkah Jasmin meminta pendapat? Ya, hitung-hitung sebagai sumber risetku untuk tugas sekolah, ha ha,” kata Jasmin ketika selesai mengurus konten yang baru saja mereka buat. “Oh, hai, boleh dong. Sebentar, mau duduk dulu, takut pinggangnya encok,” jawab Ashilla sembari duduk di sofa. Mereka duduk berempat di sofa ruang tamu. Mereka berbincang banyak hal, termasuk perbincangan yang tidak bermanfaat. Akan tetapi, dari semua perbincangan yang terjadi di antara mereka banyak nilai kehidupan yang bisa dipetik. “Kak, menurut Kakak, apa yang bisa dilakukan oleh pelajar dalam upaya kembalinya bumi yang sehat?” Jasmin telah siap dengan buku dan alat tulisnya. Tapi, tiba-tiba Aurora telah duduk di samping kanan Jasmin dan membawa satu buku dan pensil. “Seadanya,” kata Aurora yang merasa diamati oleh Jasmin. “Bukan itu, apa lu tidak bisa mencari narasumber lain?” tanya Jasmin. “Biar sekalian. Lagi pula, tugas kita kan sama.” Aurora membuka bukunya untuk mempersiapkan hasil dari wawancara. “Sudah-sudah, kalian ini ... Memang, kalian tidak punya hp?” tanyanya. “Pakai saja hp kalian. Kalau kalian catat dengan buku, rasanya, saya seperti seorang guru yang sedang membacakan jawaban  saja.” Aurora bergegas mengeluarkan ponsel dari sakunya. Dia segera mengaktifkan perekaman audio di ponselnya. Dengan berbagai alat yang dirasa mendukung, Aurora mempersiapkannya dengan baik. Bukan hanya konten saja yang membutuhkan riset,  tapi sebuah tugas makalahnya pun membutuhkan sebuah riset. Apalagi, tugas Bahasa Indonesia yang harus sesuai dengan fakta dan tambahan opini. “Upaya dalam membantu pemulihan bumi, ya, menjaga kebersihan dalam ekosistem. Intinya, menjaga agar ekosistem tetap seimbang. Selain itu, lakukan protokol kesehatan, jaga imun tubuh, pakai masker, jaga jarak, selalu mencuci tangan. Sering-sering mandi, tapi, ya jangan sampai kedinginan. Nanti malah kekebalan tubuhnya berkurang. Intinya, lakukan yang membuat nyaman, tapi tetap dalam protokol kesehatan. Poin paling penting, ikuti pelajaran secara daring dengan patuh. Sebab, tidak sedikit pelajar yang mengeluh karena pembelajaran jarak jauh. Padahal, kalau kita bisa bersungguh-sungguh, juga pasti bisa paham dengan materinya. Buktinya, dulu aku juga sering pembelajaran jarak jauh, karena ada tuntutan pekerjaan. Tapi, aku juga bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Kuncinya hanya niat dan bersungguh-sungguh, jangan kebanyakan main.” “Oke, Kak. Lalu apa yang membuat Kakak tidak merasakan bosan berada di rumah?” “Bosan, itu pasti ada. Tapi, sebisa mungkin kita harus mengatasi. Kalau aku, sih, sering mendengarkan musik, menonton drama, atau makan. Tiga hal itu cukup membuatku merasa senang. Nah, kita harus mengenal diri kita. Apa sih, yang membuat kita merasa senang dan tidak bosan? Kalau Aurora dan Jasmin apa?” tanya Ashilla dengan ramah. “Apa, ya? Mungkin makan,” jawab Aurora dengan ketawa tipis. “Kak, kenapa Kakak bisa ramah dengan orang lain? Padahal, sebelumnya kita juga tidak pernah bertemu, apalagi Kakak, kan seorang public figur,” Aurora memasukkan telapak tangan kanan ke saku celana. Sebab, cuaca begitu berubah-ubah. Sama halnya dengan sikap Langit yang aneh—sering berubah. “Pertanyaannya keluar dari topik, tapi tidak masalah. Ramah? Apa ya? Intinya sih selalu menganggap kita bukan siapa-siapa, dengan begitu ... kita tidak akan membedakan dengan siapa kita berbicara. Sama ratakan terhadap semua orang. Sebab, pembeda kita hanya takwa. Tapi, takwa yang menilai hanya Allah. Kalau boleh tahu, kalian sudah berkontribusi apa untuk bumi yang sedang demam ini?” tanya Ashilla dengan lembut. Matanya masih fokus dengan buku cerita yang sedang dibawanya. “E-eh, kayanya belum ada.” “Bukan belum ada. Tapi, sudah ada. Banyak malah! Konten kalian yang bagus dan menarik, sudah sangat membantu menghibur orang-orang yang terpaksa harus bekerja dari rumah, orang-orang yang harus sekolah dan beribadah dari rumah. Hiburan yang baik dan cukup memberikan pendidikan atau pengetahuan, itu sudah lebih dari cukup untuk membantu mereka keluar dari penyakit mental. Percaya gak, kalau adanya wabah seperti ini bisa mengganggu mental seseorang?” Ashilla berdiri lalu mengambil air dari keran luar rumah. Aurora dan Jasmin ikut berjalan di belakang Ashilla yang sedang mencuci tangannya. Di sana, dengan air yang mengalir dengan bersih, cukup membuat nyaman Ashilla. Pasalnya, keluarga Aurora begitu peduli dengan kesehatan keluarga dan tamu yang berkunjung. “Ehm, percaya, Kak. Sebagai contoh ... banyak karyawan yang terkena PHK lalu kebingungan untuk mencukupi kebutuhan finansialnya, dengan begitu beban yang mereka pikirkan bertambah dan mengganggu kesehatan mentalnya.” Aurora duduk di depan rumah sembari menjemur diri di bawah sinar matahari. Padahal, sinar matahari sudah tidak bagus untuk kesehatan kulitnya. Tapi, sejak pagi baru siang hari matahari memunculkan hidungnya. “Benar sekali. Untuk itu, selalu memberikan rasa bahagia terhadap diri sendiri, terutama. Kemudian, berikan konten yang bagus dan menghibur, ya. Tapi, tetap harus mendidik. Jangan hanya menghibur, tapi ternyata menyesatkan.” Ashilla beranjak dari halaman rumah untuk mengambil tas yang berada di ruang tamu. Mobil jemputannya telah sampai di depan rumah Aurora. Kaki Ashilla ke arah Nilam untuk berpamitan. Tutur katanya yang sopan dan selalu mengucapkan terima kasih, membuat Nilam jatuh hati pada Ashilla. “Semoga kalian seperti Ashilla, ya, tidak membuat Mama semakin pusing,” katanya setelah mobil Ashilla menjauh dari halaman rumahnya. Aurora dan Jasmin saling bertatapan setelah Nilam pergi dari ruang tamu. “Mama ...!” teriak Aurora.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN