Xavin benar-benar tidak punya hati, ia mengurung Raline seperti di penjara. Untuk makan dan minum pun diantar oleh asisten rumah tangga. Xavin benar-benar tidak mengizinkan sang istri untuk keluar dari kamar, dan yang lebih parah lagi, ia mengambil ponsel dan laptopnya Raline, sehingga ia tidak bisa menghubungi siapa-siapa yang bisa membuatnya keluar dari tempat terkutuk ini. Raline merasa bahwa dirinya bukan seperti seorang istri, melainkan seperti b***k yang diperlakukan tidak adil, rasanya Raline ingin menangis sekencang-kencangnya, ingin meronta pada takdir kenapa ia harus terjebak pada pernikahan terkutuk seperti ini? Kalau saja ia tahu pernikahannya akan seburuk ini, lebih baik ia menolak permintaan Grace, persetann dengan menjadi ibunya Zio, perasaannya Raline lebih penting dari itu