Aku menerima sekantung obat-obatan yang kubeli dari apotek. Sialnya, di tempat ini aku kesulitan mencari taksi atau bus. Kalaupun ada, jaraknya cukup jauh dan bus juga baru akan datang setiap dua jam sekali, aku bahkan tidak tahu apakah saat aku ke sana bus-nya akan segera datang atau aku harus menunggu dua jam setelahnya.
Tapi, aku cukup beruntung karena saat aku bertanya apotek disekitar sana, petugas reservasi menawariku untuk menggunakan sepeda milik mereka. Setelah mengayuh sejauh beberapa kilometer akhirnya aku bisa menemukan apotek yang paling dekat, di sana aku membeli gel untuk luka bakar, beberapa gulung kain kasa, satu botol alkohol dan obat merah, obat sakit kepala, obat diare, obat pereda nyeri dan beberapa obat anti serangga, juga satu pack plester.
Aku harusnya kesal saat
