"Seharusnya kamu lebih berhati-hati lagi. Tidak menunjukan dirimu depan Adriel,"kata Arthur setelah tiba di mansionnya.
"Maafkan aku, kakek. Waktu itu aku tidak sengaja bertemu dengannya. Aku juga tidak menyangka akan jatuh dari pohon." Rosabella nampak cemberut.
Arthur memejamkan matanya, lalu menghembuskan napas panjang. suara ketukan tongkatnya di lantai menghapus kesunyian yang mengukung mereka di ruang kerja Arthur. Tatapan tajam mata abu-abunya berkilat penuh peringatan.
"Pria itu sekarang tertarik padamu. Kamu harus hati-hati jangan sampai dia tahu siapa kita sebenarnya. Jika Adriel tahu, apa yang sudah kita lakukan selama ini semuanya akan sia-sia saja. Aku tidak menyangaka Adriel akan datang ke pesta itu. Sebaiknya kita tidak perlu datang ke pesta lagi."
"Tapi kakek aku suka dengan pesta di sini. Tujuanku datang ke sana bukan mencari calon suami hanya bersenang-senang saja."
Rosabella langsung mendapatkan tatapan galak kakeknya.
"Aku mengerti."
"Sekarang pergi ke kamarmu dan istirahatlah."
Rosabella meninggalkan ruang kerja dan menutup pintu di belakangnya.
***
Keesokan siangnya Adriel berkeliling memeriksa lahan-lahan dan perkebunannya. Para b***k sudah mulai kembali menanam kembali sayur-sayuran setelah lahan-lahannya dibersihkan dari ranting-ranting pohon yang berserakan akibat badai.
Sebagian pondok, atapnya telah selesai diperbaiki. Ia berkuda menuju sisi bagian lahannya di utara yang berbatasan dengan lahan Duke of Sconce. Batas lahan itu ditandai dengan berdirinya pagar kayu setinggi pinggang orang dewasa. Saat Adriel tiba di sana telah terjadi keributan. Para b***k yang seharusnya bekerja, mengumpul di satu tempat.
Adriel mendengar suara keras seorang wanita yang sedang marah-marah.
"Kamu tidak boleh berlaku kasar kepadanya. Dia manusia bukan hewan. Kamu harus memperlakukannya dengan baik."
"Dia hanya seorang b***k," teriak suara pria."Itu pekerjaannya."
"Tapi wanita itu sudah kelelahan dan butuh istirahat."
Adriel yang penasaran turun dari kudanya dan menerobos kerumunan b***k. Ia melihat Lady Rosabella dan mandor perkebunannya, Jack saling menatap marah. d**a gadis itu naik turun, menahan rasa marah yang sudah di ujung ubun-ubunnya. Wajahnya yang putih kini memerah. Sinar matahari memancar dengan sangat terik. Adriel mengelap peluh di keningnya dengan lengan bajunya.
"Ada apa ini?"
"My Lord," seru Jack yang nampak ketakutan setelah melihat Adriel.
"Apa yang terjadi? Kenapa kalian berdua bertengkar?"
"Mandor anda itu sudah menyiksa b***k dengan cambuk hanya gara-gara ia beristirahat, karena kelelahan,"Jawab Lady Rosabella.
"Benar begitu, Jack."
"Benar. Wanita itu istirahat bukan pada waktunya."
"Tapi wanita itu kelelahan dan berhak istirahat,"seru Lady Rosabella, lalu ia menghampiri Adriel dan berdiri di depannya dengan berkacak pinggang. Matanya berkilat marah.
"Lord Adriel, Anda majikan yang sangat jahat mempelakukan manusia sebagai hewan."
Adriel cukup terkejut mendengar perkataannya. Tak ia sangka Lady Rosabella mampu bicara seperti itu kepadanya melalui bibir mungil kemerahannya yang membuat Adriel ingin melumatnya, membawanya ke atas ranjang sampai gadis itu tidak berdaya dalam kukungan tubuhnya menikmati gerakan erotis yang mereka lakukan.
Adriel cepat-cepat membuang pikiran itu. Sejak ia bertemu dengan Lady Rosabella, hasrat dan gairah yang sudah lama terpendam kembali bangkit. Semalam ia berfantasi liar membayangkan tubuh telanjang gadis itu di bawah tubuhnya, memasukinya, dan menikmati kehangatan tubuhnya.
Ini pertama kalinya ada wanita yang memarahi Adriel di depan banyak orang. Gadis itu sungguh berani pikirnya dan Adriel semakin tertarik.
"Aku tidak pernah memperlakukan para pekerjaku dengan kasar."
"Tapi buktinya wanita ini dipukul dengan cambuk."
"Aku janji hal ini tidak akan terulang lagi."
Adriel menatap tajam kepada mandor perkebunannya.
"Aku tidak yakin dengan hal itu. Bisa saja terjadi lagi kepada b***k yang lain."
Lady Rosabella menghampiri b***k wanita yang sejak tadi meringis kesakitan dan bercak-bercak darah terlihat di punggungnya menembus pakaian putihnya yang lusuh dan kotor. Ia membantu wanita itu berdiri.
"Aku akan membeli b***k ini darimu."
"Apaaa?"seru Adriel terkejut.
"Berapa harganya?"
"Aku tidak menjualnya."
"Aku akan membelinya dengan harga tinggi."
Entah apa yang ada dipikiran Lady Rosabella membuat Adriel tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis itu. Beberapa menit yang lalu ia membuat keributan di perkebunannya dan sekarang ia tiba-tiba ingin membeli budaknya.
Tatapan menantang Lady Rosabella membuat Adriel tidak berkutik. Tanpa ada persetujuan darinya, gadis itu membawa b***k wanitanya begitu saja.
"Anda bisa datang ke estat kami untuk membicarakan hal ini."
Adriel kemudian membubarkan kerumunan b***k dan menyuruh mereka untuk bekerja lagi. Para b***k itu menurut dan kembali ke pekerjaannya masing-masing.
"Aku tidak ingin kamu menyiksa salah satu budakku lagi, kalau tidak aku bisa kehilangan banyak b***k gara-gara kamu,"kata Adriel kepada Jack, mandornya.
"Saya mengerti."
Adriel kembali menaiki kudanya kembali untuk memariksa semua lahannya sebelum ia pulang ke kastilnya.
***
Lady Rosabella membawa b***k wanita itu ke dapur dan mulai mengobati luka di punggungnya. Air yang digunakan untuk membersihkan luka telah berubah jadi merah pekat. Salah satu pelayan membuangnya dan menggantinya dengan yang baru.
"Terima kasih sudah menolongku."
"Tidak perlu berterima kasih."
Budak wanita itu menahan rasa perih, ketika Lady Rosabella mengoleskan salep ke seluruh punggungnya yang terluka.
"Siapa namamu?"
"Rowenda."
"Apa kamu tidak memiliki keluarga?"
"Aku tidak punya. Aku ditangkap dan di jual sebagai budak."
"Kamu bisa bekerja di sini sebagai pelayan dan kami akan membayarmu dengan layak. Bagaimana?"
"Apa Anda serius?"
"Iya."
"Saya mau. Terima kasih, my Lady, tapi bagaimama dengan Lord Adriel?"
"Itu urusanku. Kamu tidak perlu cemas memikirkan itu."
"Saya mengerti."
"Sebaiknya sekarang kamu istirahat. Salah satu pelayan akan mengantarmu ke kamar."
"Baik, my Lady."
***
Kereta kuda hitam berhenti di depan sebuah bangunan tua dan kumuh di kota London. Kereta kuda mewah itu begitu mencolok diantara kumuh dan kotornya bangunan disekitarnya. Jalanan becek mengenai sepatu bot hitam mengkilap milik Arthur Ridgely, Duke of Sconce.
Seolah tidak mempedulikan hal itu sang Duke masuk ke dalam bangunan tua itu dengan sikap santai. Di dalam bangunan udara terasa pengap dan bau apak. Hampir seluruh cat dindingnya terkelupas dan atapnya berwarna coklat dan berlumut. Beberapa ekor tikus lewat di depannya. Ia memandang jijik kepada tikus-tikus itu.
Arthur menuruni tangga menuju ruang bawah tanah bangunan tua itu. Keadaan di lantai bawah lebih buruk dari lantai pertama, karena banyak tikus yang lewat. Ia membuka pintu dan suasana ramai menyambut kedatangannya. Setidaknya ruangan yang ia masuki bersih dan nyaman.
Ruangan yang didatangi oleh Arthur adalah ruangan The Black Cat Squadron (TBCS). Salah satu organisasi rahasia London di bawah kepemimpinan Arthur. Squadron ini menaungi beberapa agen detektif elit, The Valkryies. Identitas mereka sangat dirahasiakan. Salah satu utama tugas mereka adalah menangkap pimpinan The Black Skulls dan juga para pengikutnya.
Tidak ada seorang pun yang tahu identitas pemimpin The Black Skulls. Mereka sudah meneror banyak warga, merampok, dan membunuh. Kasus terakhir pembunuhan yang dilakukan oleh The Black Skulls dalam kurun 5 tahun ini adalah membunuh Jean Calfford, pemilik toko roti. Mereka selalu meninggalkan tanda kepala tengkorak di tubuh korbannya.
Arthur memandangi berkas pembunuhan yang dilakukan oleh The Black Skulls satu per satu di meja kerja.
1. Alexandra Mauriel Boswell, Duchess of Windshire.
2. Jordan Auxell Boswell
3. Bailey Lark Orleando, Marquess of Wallmore
4. Jean Sage Calford
Arthur mengembuskan napas panjang, bertekad ingin segera menangkap mereka sebelum mereka menyakiti orang-orang tidak bersalah lagi. The Black Skulls, organisasi kejahatan yang sangat berbahaya. Mereka sangat licin untuk ditangkap. Suara ketukan di pintu mengejutkannya.
"Masuk!"
Seorang pemuda masuk dan terlihat sangat cemas.
"Ada apa?"
"Terjadi pembunuhan lagi di sungai Thames."