Gerald mengajak Zoya pulang bareng, dia datang ke sekolah Zoya. Karena Zoya tak kunjung terlihat, dia memilih masuk dan mencarinya.
"Ge, ngapain?" Di kejauhan Raksa melihat keberadaan siswa dengan seragam yang familiar, dan benar saja, itu adalah Gerald.
"Jemput si cantik. Gue mau ajak dia ngopi!" Gerald hanya bercanda, dia bahkan tidak mengatakan apapun pada Zoya.
"Ye, ngopi bareng gue juga sabi kali!" Raksa kesal. Gerald itu sangat susah untuk diajak keluar maen, kecuali Gerald sendiri yang mau. Juga, jika menyangkut tentang Zoya, past dia akan mau juga.
Gerald merangkul pundak Raksa. "Nanti maen lagi yuk, temen-temen gue udah ngajak latihan basket dari kemaren!"
"Oke dah, di tempat biasa, kan?"
"Mampir ke rumah gue aja dulu. Bareng!"
Keduanya malah jadi mengobrol di lorong itu, dan saat itulah keduanya juga melihat Zoya berjalan dari tangga bersama Lander. Yang membuat mereka terdiam, Zoya dan Lander terlihat cukup akrab. Agak aneh, karena mereka dulu seperti air dan minyak, sulit menyatu.
"Si b******k!" Gerald menertawakan Lander yang bersikap plin-plan. Katanya gak suka cewek cantik, tapi pada akhirnya luluh juga. Buaya.
Raksa melambaikan tangannya, Zoya juga langsung membalas dengan lambaian. Gadis itu berlari ke arahnya.
"Ge, udah nunggu dari tadi?" Zoya sudah membaca pesan dari Gerald, yang mengajaknya pulang bareng.
Gerald mengangkat bahunya. "Gak kok, yok ah balik!"
"Lo balik bareng dia?" Lander sudah berdiri di belakang Zoya, dan dia menatap datar pada Gerald.
"Napa? Gak suka?" Gerald merespon dengan gaya santainya, tapi karena itu malah jadi terkesan mengejek.
Zoya mengambil permen dari saku bajunya. Kemudian memberikannya pada Lander. "Kapan-kapan aja gue traktir makannya. Gue balik duluan ya!"
Tanpa menunggu jawaban Lander, Zoya sudah lebih dulu menggandeng tangan Gerald, diikuti oleh Raksa di belakang mereka. Raksa sempat menoleh, dia tidak mengerti sejak kapan Zoya dan Lander cukup akrab untuk saling mentraktir.
Gerald juga langsung menanyakannya. Kenapa Zoya akan mentraktir Lander? Zoya menjelaskan, jika hari ini dia mendapatkan nilai besar di ujian tiga mata pelajaran sekaligus, karena bantuan Lander.
"Kalian udah temenan?" Raksa tidak pernah tahu Zoya cukup dekat dengan Lander. Padahal satu sekolah, dan sering datang ke kelas mereka.
Zoya agak aneh mendengar pertanyaan itu. "Lah dia kan temen sekelas gue. Ya kita temenan lah. Emangnya dulu musuhan?"
Gerald dan Raksa saling melirik. Mereka sepertinya memiliki pemikiran yang sama. Zoya dan Lander memang bukan musuh, tapi mereka tidak bisa dikatakan teman. Lander adalah mantan gebetan Zoya, fakta yang tidak bisa pungkiri.
"Ah, kalian pasti mikir aneh-aneh nih!" Zoya melihat respon Raksa dan Gerald. "Kenapa sih?"
"Enggak!"
"Ya gak apa-apa sih!"
Jawab keduanya bersamaan. Mereka tidak bisa berkomentar dengan siapa Zoya akan berteman. Bahkan dengan siapa Zoya ingin dekat. Hanya saja, Lander sudah terlalu sering menolak Zoya. Kenapa laki-laki itu jadi berubah pikiran? Keduanya adalah laki-laki, jadi mereka bisa melihat ketertarikan Lander saat menatap Zoya tadi.
"Gak ada les kan? Nanti nonton kita latihan basket ya!" ajak Gerald, dia tahu di sana tidak ada kursi penonton, tapi nanti dia akan membawa mobil, agar Zoya bisa duduk di mobil melihat mereka latihan.
Zoya tidak memiliki jadwal hari ini. Tapi nanti malam dia akan menjemput papanya di bandara bersama mamanya. "Okay! Bawa camilan juga ya!"
"Boleh, nanti aku beliin deh!" Raksa juga bersemangat.
—
Ketiganya benar-benar pergi ke lapangan pada sore hari. Pada akhirnya mereka pergi dengan mobil Raksa. Karena sekalian Raksa pergi bersama Zoya dari rumahnya, baru menjemput Gerald.
"Kita ke minimarket dulu deh, nanti muter balik!" Raksa melewati kawasan kompleks sebelah, dia membawa mobilnya ke arah Jalan besar, ada minimarket tidak jauh dari area masuk gerbang komplek.
"Beli es krim sama minuman. Camilan juga!" tambah Raksa yang didukung Zoya dengan anggukan.
"Kita gak sekalian ajak Ariel sama Mia nih?" Zoya merasa bersalah, jika ada makan-makan tapi tidak mengajak keduanya.
Gerald langsung mengacungkan telunjuknya. "Jangan, mereka lagi sibuk pacaran. Males yang dibahas cowok Mulu!"
Zoya juga sudah tahu, kalau Ariel dan Mia memiliki pacar. Mereka juga jadi jarang main ke rumahnya, gara-gara hal tersebut. Tapi tentu Zoya ikut senang, dalam ingatannya, Mia dan Ariel memang memiliki kekasih sebelum kelulusan. Tapi tidak lama, mereka putus dengan alasan LDR, karena Mia dan Ariel melanjutkan studi di luar negeri.
"Kita bertiga aja. Kan lumayan, jatah jajan Lo jadi banyak. Ambil apa aja yang Lo mau!" Gerald menawarkan traktiran, dia memang berniat akan membelikan camilan. Biasanya kalau latihan basket, dia tidak membawa uang, tapi khusus hari ini, dia membawa dompet berisi uang cash dan kartu debitnya.
Raksa hanya tersenyum. Padahal tadinya dia yang menawarkan akan membelikan camilan. "Ambil yang banyak, kita habiskan duitnya!"
"Ye! Jangan ngerampok dong!"
Zoya mengambil beberapa es krim, dia jadi ingat Lander juga pernah mengajaknya pergi ke minimarket dan membelikan beberapa es krim untuknya. Dia mengambil foto kulkas berisi penuh es krim di minimarket tersebut, dan mengirimkan gambar tersebut pada Lander. "Kapan dibelikan ini lagi?"
Zoya tidak tahu kenapa dia merasa nyaman dekat dengan Lander. Apakah karena sekarang Lander bersikap manis, atau karena tahu Lander mulai tertarik padanya. Yang pasti, Zoya cukup yakin dia tidak memiliki rasa yang sama pada laki-laki itu lagi. Hanya merasa senang saja bisa dekat dengannya.
Di sebuah basemen apartemen, Lander saat itu juga akan pergi latihan basket. Dia mendengar ada pesan masuk di ponselnya. Mengambil ponsel tersebut dari tasnya, ternyata dari Zoya.
Menipiskan bibirnya, Lander langsung akan membalas pesan dari gadis itu. Awalnya agak bingung, setelah mengetik balasan, dia menghapusnya lagi. Kemudian mengetik lagi, baru mengirimkannya.
Di minimarket, Zoya langsung mendapat balasan. Dia membuka pesan dari Lander. Laki-laki itu membalas pesannya dengan agak mengejutkan. Isi pesannya adalah, "Datanglah ke apartemen, aku memiliki beberapa di kulkas!"
"Apa-apaan, dia sedang mengundang untuk kencan? Bukankah dia bilang akan mengajak kekasihnya ke apartemen. Tapi gue bukan kekasihnya!" Zoya tertawa dengan pemikirannya sendiri. Dia juga langsung membalas pesan tersebut.
"Orang akan salah paham nanti. Ada gadis cantik datang ke apartemen laki-laki yang tinggal sendirian!" Zoya agak malu setelah mengirimkan pesan itu.
Pesannya juga langsung dibalas oleh Lander. "Ini bukan pertama kalinya buat Lo!"
"Argh, dasar menyebalkan!" Zoya sangat malu membaca pesan itu.
"Ada apa, kenapa kamu ekspresif sekali?" Raksa sudah berdiri di sebelah Zoya. Dia melihat dari kejauhan, saat memilih camilan, Zoya sedang berkirim pesan dengan seseorang.
Zoya langsung pergi menuju meja kasir, tidak mau mendapatkan banyak pertanyaan dari Raksa. Sungguh, dia tidak mau jadi ada salah paham nantinya.
"Sudah?" Gerald datang dengan tas belanja, dia menaruhnya di meja kasir.
"Sudah, gue tunggu di mobil ya!" Zoya langsung berjalan keluar dari ruangan dingin itu.
Raksa dan Gerald jadi saling menatap. Gerald menunggu semua barang belanjaan selesai dihitung, sedangkan Raksa sudah lebih dulu menyusul Zoya menuju mobil.
"Ini es krimnya, karena akan lama, jadi aku bayar es krimnya terpisah. Ayo makan, sebelum leleh!" Raksa memindahkan es krim ke kotak pendingin. Padahal itu untuk menaruh minuman.
"Tidak akan leleh. Ayo makan satu juga. Ini enak!" Zoya memberikan satu untuk Raksa.
"Papamu akan jadi pulang malam nanti?" Raksa mendengar dari Shana pagi tadi.
"Iya, sepertinya. Dia merubah jadwal kepulangannya!" Zoya sebenarnya tahu papanya mengubah jadwalnya, karena dia memintanya segera pulang.
"Kamu pasti merindukannya!" Raksa berusaha untuk terlihat biasa saja, tapi dia selalu jadi emosional jika membahas tentang Zian. Malaikatnya.