Waktu tidak mengubah kita

1164 Kata
Zoya ditarik keluar dari lapangan, dan mereka sekarang berjalan menuju ke gedung kosong yang biasa difungsikan untuk gudang, kadang juga digunakan untuk tempat latihan anak-anak seni Tari, kalau semua lapangan di sekolah tersebut sedang digunakan. Tempatnya sangat luas, tidak ada apapun, selain beberapa peralatan komputer yang tidak terpakai. "Lepas!" Zoya tidak mau masuk ke dalam. "Kita tunggu di sini, sampai jam pelajaran pertama selesai!" Lander membuka pintu yang tidak terkunci, kemudian menunggu di pintu. "Cepat lah, nanti ada yang melihat!" "Kenapa juga kita ke sini kalau begitu!" Zoya mengungkapkan protes, tapi tetap melangkah masuk ke dalam. Menutup pintunya, Lander melewati Zoya menunju ujung ruangan, mengambil sapu untuk membersihkan lantai yang akan dia duduki. Sesungguhnya, Lander tidak suka tempat yang kotor, tapi karena keterpaksaan. "Lo sering ke sini?" Zoya melihat bagaimana Lander terlihat seperti sudah terbiasa berada di ruangan ini. "Enggak lah. Gue lebih suka perpustakaan!" Lander sudah selesai menyapu sebagian kecil, dan langsung menaruh kembali sapu ke tempat dia mengambilnya. Zoya lebih duluan duduk, padahal Lander yang membersihkannya. "Oh, kirain!" Sebenarnya Zoya juga sangat tahu, perpustakaan adalah tempat favorit Lander, setelahnya adalah lapangan basket. Dia tadi hanya salah sangka saja. "Geser lagi ke sana. Bagian gue kotor!" Lander menggerutu, bahkan di wajahnya memperlihatkan ketidaknyamanannya. Menggeser pantatnya, Zoya cukup tahu diri. "Kenapa Lo bawa gue ke sini? Oh, kenapa Lo bisa ada di sana tadi?" "Lo sendiri, bilangnya ke toilet, tapi gak balik-balik. Kenapa malah ke lapangan?" Lander tidak mau menjawab, malah balik bertanya. "Suka-suka gue!" Zoya tidak memiliki jawaban untuk dikatakan, sebenarnya dia juga tidak mengerti kenapa dia mau mengikuti Lander ke tempat ini. Keduanya sama-sama terdiam, Zoya jadi merasa agak aneh dengan situasinya. Menoleh pada Lander, laki-laki itu rupanya sedang memejamkan matanya. "Lo tidur?" "Hm!" Lander menjawab singkat. "Lander, gue akan jadi salah paham, kalo Lo kayak gini!" Zoya sangat merasakan perubahan sikap Lander, yang dulunya sangat cuek dan terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanannya tiap kali dia mendekatinya, kini malah sebaliknya. "Jangan terlalu banyak berpikir!" Mengerutkan kening, Zoya tidak suka jawaban itu. Bagaimana mungkin dirinya tidak banyak berpikir, jika sikap Lander seperti ini. "Lo emang freak!" Menyunggingkan senyumnya, Lander tidak membalas ucapan Zoya. Dia menoleh dan membuka matanya, dimana saat ini Zoya terlihat ikut memejamkan matanya. "Navo, dia terlihat kacau!" Zoya ingat ekspresi di wajah Navo tadi, kemarahan yang coba diungkapkan, tapi masih tidak benar-benar bisa keluar. Memantulkan bola seperti orang gila, dan melemparkannya ke ring dengan asal-asalan. Menyipitkan matanya, Lander mendekatkan wajahnya pada wajah Zoya. Kemudian menjauh dan membuang napas kasar. "Orang-orang membencinya, tentu dia merasa frustasi!" "Lo juga?" Zoya bertanya, karena dia sendiri tidak begitu ingat tentang pertemanan Navo dan Lander, apakah Lander akan tetap berada di sisi Navo sebagai teman atau ikut membencinya. Karena dalam waktu dekat, Navo akan pindah sekolah. Masalah ini akan sangat memukul perasaannya. "Gue gak peduli!" jawaban Lander yang sudah diperkirakan oleh Zoya. Zoya semakin merasa prihatin pada Navo. Laki-laki itu bukan hanya dibenci, karena kabar pelecehan yang dilakukannya, tapi juga karakternya akan diragukan. Padahal Navo adalah salah satu anak berprestasi di sekolah. Dia anak baik, tidak pernah membuat masalah sebelumnya. "Lo terlihat tidak membencinya seperti yang lain!" Lander mengatakan penilaiannya, bagaimana Zoya malah terlihat bersimpati. "Gue dulu membencinya, tanpa tahu kebenarannya!" Zoya agak merasa menyesal, dia dulu hanya memuja Lander. Jadi baginya semua laki-laki bisa melakukan hal buruk. Mempercayai berita buruk itu begitu saja, dan berpikir Navo mendapatkan bantuan orangtuanya, hingga bisa pindah sekolah ke luar negeri. Lagi, Lander mengerutkan keningnya. "Dulu?" "Hm, Lander Lo gak akan paham!" Zoya balas menatap mata Lander yang tengah menyipit memperhatikannya. "Apa yang gak gue paham?" Lander tentu tidak terima. Apalagi, terlihat Zoya begitu peduli dengan laki-laki lain. "Sari memanipulasi cerita yang sebenarnya. Lo kan pinter, harusnya Lo gak gitu aja percaya. Apalagi Lo lebih mengenal Navo, dia bukan tipe yang seperti itu, kan?" Zoya merasa gemas, karena semua orang memojokkan Navo. Sedangkan dia tahu kebenarannya. Tersenyum sarkasme, Lander bisa melihat Zoya sangat emosional saat mengatakannya. Padahal Navo bukan siapa-siapanya. "Gue emang gak mudah percaya sama orang Zoya, termasuk gue juga gak percaya Lo ada hubungan dengan orang Korea itu!" "Kok jadi gue!" Zoya tidak bisa percaya, Lander malah membahas hal lain tentang kabar dating dirinya dengan Woo-Jae. Keduanya jadi kembali terdiam. Zoya tidak ingin melanjutkan pembicaraan, sedangkan Lander juga tidak. Lander melirik Zoya, begitupun Zoya juga melirik Lander. Keduanya sama-sama tahu, kalau tadi mereka terlalu melibatkan perasaan dalam pembicaraan. "Kenapa Lo bisa bilang kalau Sari bohong?" Lander akhirnya memilih kembali pada pembicaraan tentang Navo. Dia penasaran, kenapa Zoya terlihat peduli. Zoya merogoh ponselnya, dia menunjukkan beberapa potret yang pernah diambilnya beberapa bulan lalu. Bukti perselingkuhan Sari, yang menunjukkan Sari bermesraan dengan pria lain. Lander mengambil ponsel Zoya, untuk melihat jelas fotonya. "Dia yang lebih dulu menyakiti Navo. Dan Video yang beredar itu sebenarnya terpotong. Jika melihat keseluruhan Video, maka akan terlihat kebenarannya!" "Lo memotretnya sendiri? Ini di lorong … area lapangan basket. Menuju toilet?" Zoya menjawab dengan menganggukkan kepalanya. Dia sudah tahu hubungan Navo dan Sari akan bermasalah, itulah kenapa dia iseng mengambil foto itu. Awalnya dia ingin menekan Sari dengan itu, karena Sari pernah membuat masalah dengannya. "Ini Delon! Jadi benar dugaan Navo!" Lander membuang napas kasar, karena apa yang pernah Navo katakan tentang kecurigaannya benar. "Tapi, Dari mana Lo bisa tahu tentang videonya?" "Rahasia!" Zoya menjawab dengan mengedipkan sebelah matanya. Padahal dia tahu, karena dia sudah pernah melewati masa ini. Nantinya kebenaran video itu akan terungkap, setelah Navo sudah tidak sekolah lagi di sekolah ini. Lander mengirimkan foto itu ke ponselnya. Dia bahkan mengirimkan foto lainnnya secara diam-diam, saat Zoya tidak melihat. Kemudian menghapus jejak pengiriman foto yang diambilnya diam-diam. Menyisakan jejak pengiriman foto perselingkuhan Sari. "Untuk apa Lo ambil foto itu? Bukannya Navo udah tahu Sari selingkuh?" Zoya mengambil kembali ponselnya. "Rahasia!" Lander menjawab dengan nada bicara yang sama dengan Zoya barusan. Tapi dia tidak mengedipkan matanya seperti Zoya. "Nyebelin!" Lander tidak mengalihkan pandangannya dari Zoya. Dia semakin yakin memang ada yang berbeda dari Zoya. Tidak ada tatapan memuja lagi yang dulu sering ditunjukkan gadis itu. Cara bicaranya tidak lagi manja padanya. Zoya seperti orang lain. Apakah gadis itu benar-benar sudah menyerah terhadapnya? "Ada apa?" Zoya agak malu, meskipun dia sudah mencoba untuk tidak merasa malu. Terus dipandangi seperti itu dengan jarak tidak terlalu jauh. "Kita harus bertemu lagi saat dewasa nanti, gue mau tahu, apakah tidak ada yang berubah diantara kita!" Lander seperti hanya bergumam, tapi ekspresi wajahnya cukup serius. Zoya terdiam. Dia juga menjawab dengan suara lirih. "Waktu bisa mengubah banyak hal. Tapi tidak dengan kita. Mungkin Lo gak akan banyak berubah! Tapi gue berharap, Lo sedikit berubah!" Zoya mengatakan apa yang sebenarnya, Lander masih laki-laki paling menyebalkan. Saat itu, Zoya merasakan sakit di bagian perutnya. Matanya terbuka lebar, sakit itu kembali lagi. Sangat menyakitkan. Dan lagi-lagi, terjadi saat dia sedang berada di dekat Lander. Apakah karena terhubung dengan waktu yang sebenarnya? "Zoya!" Lander berteriak, menepuk pipi Zoya, juga mengguncangkan badannya. Gadis itu kembali terlihat kesakitan pada perutnya, dan pingsan. Lander tentu cukup panik. Tanpa disadari, gelang indah di tangan Zoya menunjukkan sekilas kilatan cahaya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN