Turun dari motor Lander, Zoya langsung mencoba melepaskan helmnya. Disaat yang bersamaan, Raksa baru saja memasuki pintu pagar rumahnya. Laki-laki itu tersenyum saat dia melihat ke arahnya.
"Pulang sangat larut, apakah hari ini melelahkan?" tanya Raksa pada Zoya, lalu melihat pada Lander.
Raksa memang biasa datang ke rumah Zoya untuk sekedar menemaninya belajar, atau kadang bicara dengan Zian tentang beberapa hal, juga kadang membantu Shana membuat kue. Kadang Zoya bahkan akan menjemput Raksa untuk datang ke rumah Zoya, atas permintaan Shana.
Malam ini, sangat tepat saat Raksa melihat Zoya baru saja pulang. Dia terus memperhatikan Lander, laki-laki yang dirumorkan sangat disukai oleh Zoya. Laki-laki yang selalu juara dan dibanggakan di sekolah. Raksa baru pertama kali berhadapan langsung dengan laki-laki itu. Meskipun sebelumnya Raksa sering menonton Lander bermain basket, tapi mereka tetaplah tidak saling mengenal.
"Lelah, tapi memuaskan!" Zoya menjawab, dia hendak masuk bersama Raksa, tapi menghentikan langkahnya, saat ingat kalau masih ada Lander.
"Emh, Lo mau langsung balik 'kan? Terimakasih udah dianter balik!" Zoya sama sekali tidak berniat memintanya ikut masuk ke rumah.
Raksa mengetahui Lander masih menatap ke arahnya, dia balas menatapnya. Sama seperti Raksa yang mencoba menilai karakter Lander, Raksa juga tahu Lander sedang mengamatinya.
"Masuklah dulu. Kamu bau!" ledek Raksa membaui rambut Zoya, agar gadis itu mau masuk lebih dulu.
Zoya ikut mencium rambutnya dan membaui badannya. "Mana ada, wangi ya gue!" Zoya tak terima, meskipun dia tahu Raksa tidak bersungguh-sungguh.
"Masuklah!" bisik Raksa menunjukkan senyumnya.
Zoya menurut, dia menoleh ke arah Lander. Laki-laki itu melihat pada Raksa, tapi kemudian menatapnya. Seolah-olah setuju dengan Raksa, Lander menganggukkan kepalanya.
Laki-laki dengan pikirannya yang tenang, Zoya tidak bisa menebak apa yang akan mereka lakukan. Apalagi mereka tidak saling mengenal, tapi Zoya percaya Raksa bukan orang yang akan membuat masalah, dan Lander juga tidak seharusnya mau membuat masalah dengan Raksa, yang notabenenya anak baru dan orang asing baginya.
"Malam Ma, Pa!" Zoya menyapa orangtuanya yang sedang membahas masalah pekerjaan di ruang tengah, dan ada setumpuk berkas di atas meja, hadapan mereka.
"Baru pulang, seharusnya diantarkan supir saja. Agar kami tidak khawatir!" Zian memperingatkan, meskipun dia bukan tipe orangtua yang overprotektif, tapi tetap saja Zoya adalah satu-satunya anak perempuannya.
Zoya hanya melewati mereka untuk meletakkan es krim di dapur. Karena dia masih ingin mandi lebih dulu sebelum memakannya. Keluar dari dapur, Zoya berhenti untuk menjawab kekhawatiran papanya. "Papa tidak perlu khawatir, Zoya mengenal Jakarta lebih baik dari papa. Dan tadi juga, Lander yang anterin Zoya pulang!"
"Wah, apakah ini sebuah kemajuan?" Shana langsung menyahut, karena dia maupun Zian tahu putrinya sangat menyukai laki-laki bernama Lander. Laki-laki yang beberapa hari terakhir mengantar-jemput Zoya sekolah, karena cidera.
Memutar bola matanya, Zoya tahu mamanya tidak ada bedanya dengan teman-temannya yang suka sekali meledeknya. "Mama! Zoya sudah bilang tidak menyukai Lander lagi. Perasaan Zoya sudah mati untuknya, saat …," Zoya tidak melanjutkan ucapannya, dia tidak bisa mengeluarkan kalimat yang sudah diujung lidah.
"Aiya, baiklah. Lalu kenapa tidak diajak masuk?" Shana bahkan hanya melirik putrinya, karena dia masih disibukkan dengan beberapa dokumen.
Zoya melihat papanya masih melihat ke arahnya. Dia datang mendekat untuk mengecup pipi papanya, "Papa ingin mengatakan sesuatu?"
Menggeleng, Zian mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut putrinya. Dia adalah orang yang selalu memperhatikan perkembangan putrinya. Dan dia merasakan putrinya jauh lebih dewasa dari sebelumnya. Rasanya seperti rindu dengan sikap manjanya, tapi juga senang dengan sikap dewasanya. Tidak menyangka, Zoya akan menjadi dewasa dengan cepat.
"Mandilah, kamu bau!" Zian mengatakannya, tapi yang memukul pantatnya adalah Shana. Karena gemas putrinya masih menggunakan rok sekolah.
"Okay, oh ya apakah mama sudah menyiapkan makan malam? Ada Raksa di luar, dia pasti datang untuk minta makan!" Zoya dan keluarganya sudah sangat terbiasa makan bersama dengan tetangga barunya tersebut, sehingga saat Raksa datang seolah-olah mengingatkan untuk menyiapkannya makanan.
"Kenapa tidak masuk?" Zian sangat tahu, biasanya Raksa akan langsung masuk.
Zoya sudah akan mencapai tangga, dia berbalik lagi. "Masih bicara dengan Lander!"
Shana dan Zian sama-sama menyipitkan mata saat mendengar hal tersebut. Zian bangkit untuk melihat apa yang sedang dilakukan anak-anak di luar rumah.