Gadis cantik dengan gaun merah

1232 Kata
Raksa membawakan koper di sebelah tangannya, berjalan perlahan di belakang Zoya. Dan di depannya lagi, ada pasangan Pyralis yang terlihat romantis. Padahal mereka saat ini baru turun dari pesawat, hendak menuju hotel dengan mobil. "Kamu seperti seorang idol. Orang-orang menatapmu dengan rasa penasaran!" Zoya melirik orang-orang di sekitarnya melalui kacamatanya, dan sedikit malu. Tersenyum kaku, Raksa tidak tahu akan menjadi seperti itu. Dia pikir keluarga Pyralis juga akan memakai pakaian rapi saat pergi ke luar negeri. Dia tidak ingin membuat mereka malu telah mengajaknya. Karenanya, dia memilih kemeja putih yang dibiarkan begitu saja, dipadukan dengan celana jeans. Kacamata hitam, juga tatanan rambut rapi, potongan lebih tipis di bagian samping, dan lebih panjang di bagian atas, disisir ke belakang. Melihat lagi pada penampilan Zoya, wanita itu hanya mengunakan kaos hitam yang dipadukan dengan celana pendek, memamerkan kaki jenjangnya. Di bagian luas kaosnya, Zoya memakai jaket Hoodie. Benar-benar sangat santai, padahal mereka pergi pagi-pagi sekali, udaranya juga masih dingin. Setidaknya, wanita itu harus menggunakan celana panjang. Atau mungkin hanya dirinya yang terlalu excited, karena ini pertama kalinya pergi dengan keluarga Pyralis. "Mungkin mereka sebenarnya sedang melihat ke arahmu!" Raksa mengelak, dia berjalan lebih cepat, agar segera menyusul tuan dan nyonya Pyralis. "Hei, tunggu. Kenapa kamu meninggalkanku?" Zoya tahu Raksa sedang malu, tapi masalahnya dia tidak bisa mengejar langkahnya. Zian dan Shana menoleh ke belakang, dia melihat anak-anak masih jauh di belakang. Keduanya menunggu, melihat putri mereka bahkan masih berjalan sedikit pincang, keduanya merasa buruk. Seharusnya Zoya tetap di rumah. "Mama, kita seharusnya tidak mengajak seorang idol. Lihat, orang-orang berpikir dia idol!" Zoya mengeluh dengan tujuan mengejek Raksa, tapi apa yang dikatakannya adalah kenyataan. Beberapa orang diam-diam memotret, kalau saja yang mereka lihat itu memang seorang idol. "Yah, dia memang sangat keren. Ayo, cepat masuk mobil. Sebelum ada wartawan yang mengejarmu!" Shana ikut meledek Raksa. Dia menggandeng lengannya agar remaja itu berjalan lebih cepat menuju mobil. Zian hanya bisa menggeleng. Pasangan anak dan mama sama-sama jahil. Bisa-bisanya mereka kompak meledek anak orang seorang itu. "Pa, jangan berjalan terlalu cepat!" Zoya tidak mau ditinggal lagi. Dia berusaha berjalan lebih cepat semampunya. "Of course. Mau papa gendong saja?" Zian menepuk punggungnya. Dia tahu Zoya sudah lelah berjalan dengan menitik beratkan langkahnya pada satu kaki, dan kaki lainnnya tidak benar-benar menapak pada lantai. "No! I can take care of myself!" Zoya hanya perlu menggandeng lengan papanya. Dia bukan anak-anak lagi. Mereka sampai di hotel. Karena acara pemberkatan dimulai jam delapan pagi, Zian dan Shana pergi lebih dulu. Sedangkan Zoya, dia akan datang pada acara resepsi, setelah acara pemberkatan selesai. Karena pemberkatan di lakukan di gereja, sedangkan resepsi di ballroom hotel. "Tadi siapa, kenapa kamu menyuruhnya membeli obat penguat jantung?" Raksa bingung, dia sangat yakin di keluarga Pyralis, mereka tidak memiliki riwayat penyakit jantung. "Oh, itu pesanan temanku. Karena obat terbaik hanya dijual di sini!" Zoya tidak ingin menjelaskan lebih jauh. Mana mungkin dia mengatakan kalau obat itu untuk seseorang yang akan membutuhkan obat itu nanti. Memangnya dia cenayang? "Oh!" Raksa lanjut menghabiskan sarapannya, sedangkan Zoya baru memulai untuk merias wajahnya. "Bukankah warna merah gaunmu agak terlalu mencolok?" Raksa berkomentar, meskipun Zoya terlihat sangat cantik kali ini, tapi masih agak terlalu cerah. Zoya hanya tersenyum. Dia mengambil ponsel di tasnya. Seharusnya dua jam lagi sebelum kejadian. Saat ini, mungkin orang yang ingin dia temui baru turun dari pesawat. Raksa membereskan bekas makannya. Dia melihat Zoya yang memiliki wajah tengang. Wanita itu terus memperhatikan ponselnya. Membuat Raksa menaruh curiga. Keduanya kemudian turun ke lobi hotel. Mereka hanya perlu berjalan untuk sampai di Ballroom yang berada di gedung terpisah dari gedung hotel. Tapi karena keadaan kaki Zoya belum pulih sepenuhnya, keduanya menggunakan fasilitas mobil kecil yang seperti biasa digunakan di lapangan golf. Tapi mobil itu memang digunakan di hotel untuk berkeliling area hijau. "Kakak, orang yang ingin kakak temui, dia seperti apa? Apakah dia laki-laki?" Raksa tiba-tiba penasaran dengan designer terkenal yang ingin ditemui Zoya. "Perempuan, dia sudah berusia kepala empat. Tapi karya-karyanya banyak digunakan oleh anak-anak muda di kalangan artis terkenal seperti Angelina Jolie! Ku peringatkan jangan berani memanggilku seperti itu lagi!" Zoya bahkan hampir mengagumi setiap karya-karyanya. Tapi sayang, designer itu meninggal karena penyakit jantung. Di kehidupan sebelumnya, dia belum menjadi model terkenal saat itu. Raksa mengangguk. Dia tidak tahu tentang hal seperti itu. Melihat bagaimana Zoya sangat excited, dia pikir orang itu pasti orang hebat. Tapi dia jadi heran. "Bagaimana kamu tahu, dia menjadi tamu undangan juga di acara ini?" "Dari berita!" jawab Zoya asal. Karena dia hanya tahu dari orangtuanya di masa lalu. Orangtuanya menceritakan setelah kembali dari Singapore, kalau di acara pernikahan ada seorang designer dengan kejadian tak terduga. Dan dari berita yang dirilis setelah acara pernikahan selesai, Zoya baru mengetahui nama dari designer terkenal tersebut. "Oh, dia pasti sangat terkenal!" Raksa percaya saja. Setelah tiba di tempat acara, Zoya langsung mencari keberadaan orangtuanya. Mereka pergi memberikan selamat pada pengantin baru itu bersama. Raksa bahkan juga ikut berfoto bareng pengantin dan keluarga Pyralis. "Ada apa, sayang?" Shana melihat putrinya duduk gelisah. Dan terus melihat pada jam-nya. "Ma, aku akan ke toilet!" Zoya bangun dari tempat duduknya, tapi mamanya menahan tangannya. "Ayo mama temani!" "Jangan! Aku bisa sendiri. Mama bisa duduk dengan tenang!" Zoya membawa tasnya pergi mencari toilet seperti yang dikatakannya pada mamanya. Saat itu tiba-tiba terdengar suara teriakan. Shana reflek berdiri, karena khawatir jika itu adalah anaknya. "Aku akan mencari Zoya!" "Ada apa?" Raksa melihat beberapa orang stelan hitam berlarian panik. Raksa dan Zian tidak bisa diam saja. Keduanya berdiri juga, merasa penasaran apa yang sedang terjadi. Dari beberapa orang mereka mendengar, kalau ada seseorang yang jatuh pingsan. — Setelah kembali ke hotel, Zian dan Shana langsung kembali ke kamar mereka. Begitupun dengan Zoya dan Raksa yang langsung kembali ke kamar masing-masing. Mereka baru kembali setelah tengah hari, dan akan datang ke acara itu lagi saat malam hari. Ada night party dengan tamu undangan spesial, ada tiga penyanyi dari berbeda negara. — Di sebuah kamar lain dari gedung hotel tersebut, seseorang sedang berbaring di atas tempat tidur. Dengan seseorang dokter yang sedang memeriksa keadaannya. "Kamu cukup beruntung, Elen. Jika bukan karena obat itu, mungkin saat ini kamu sudah dilarikan ke rumah sakit. Lagipula, kenapa kamu tidak membawa obatmu?" ucap temannya yang adalah seorang dokter, dia bekerja di salah satu rumah sakit besar di Singapore. "Hem, kata asistenku, ada seorang anak yang menawarkan obatnya. Aku sedang mencari tahu tentang identitasnya!" Elen juga tidak menyangka akan ada kebetulan yang begitu baik seperti itu. Asisten Elen baru saja selesai bertelepon. "Elen, gadis muda dengan gaun merah yang aku katakan padamu, kami sudah menemukannya. Sangat mudah, karena hanya satu orang yang menggunakan gaun merah di acara pagi tadi!" "Secepat itu? Kupikir butuh waktu untuk mencari tahunya. Aku ingin berterimakasih padanya. Dia masih muda, tapi membawa obat penguat jantung. Kupikir dia memiliki masalah dengan jantungnya!" Elen tidak menyangka saja, ada yang membawa obat seperti itu. Dan bisa dikatakan keberuntungan untuknya. "Sebenarnya aku juga terkejut. Saat aku bilang agar seseorang memanggil ambulance dengan cukup panik, tiba-tiba ada yang bertanya apa yang sedang terjadi padamu. Aku tidak mengatakan dengan detail, dan hanya bilang kau memiliki masalah dengan jantung. Tiba-tiba orang itu mengulurkan obat yang biasa kau konsumsi. Dia sangat cantik, bahkan saat genting, aku masih mengingat wajahnya dan warna gaunnya yang mencolok!" Asisten Elen tidak menyangka, dia bisa mengingat jelas gadis yang menolong Elen. Elen hanya tersenyum, dia tidak berkomentar tentang cerita itu. Tapi dia memiliki perintah, agar mempertemukannya dengan gadis itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN