Ini sudah foto kesekian kalinya untuk hari ini, dan Zoya masih mencoba mendapatkan hasil terbaik. Karena hasilnya akan dia kirimkan pada Elen. Dirinya berencana mengirimkan foto dirinya dalam lima set busana dengan gaya yang berbeda sesuai tema yang telah dia siapkan.
"Kayaknya yang ini terlalu terbuka!" Raksa berkomentar, dia agak tidak suka dengan pakaian yang terakhir, karena bagian atas hanya seperti kain yang menutupi bagian dadanya saja, memamerkan bagian bahu hingga lengan juga perutnya. Sedangkan bagian bawah, Zoya mengenakan rok mini berbahan kulit.
"Cantik kok, yang penting dia nyaman!" Gerald sudah melihat melalui kameranya, senyumnya sangat lebar, karena Zoya terlihat sangat feminim, tapi juga terlihat dewasa.
"Sayang, tidak perlu berpose. Lo hanya harus menatap tajam kearah gue!" Gerald menggigit bibirnya juga dengan mata menyipit mengamati gaya yang akan sesuai dengan karakter yang ingin ditunjukkan, dia yakin tidak perlu mengulang, hasilnya pasti sangat bagus.
Raksa mengatur lighting, agar cahayanya fokus ke wajah Zoya. Tapi bibirnya cemberut, beberapa kali dia melihat senyuman Gerald. Dia tahu arti senyuman itu. Gerald terlihat sangat puas dan bahagia.
"Berhenti tersenyum!" Raksa menegur dengan suara lirih.
"Santai, Bro!" Gerald menepuk pundak Raksa. Kemudian duduk di sofa untuk melihat semua hasil fotonya.
"Hah, capek!" Zoya duduk di sofa lain, dia mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan masuk dari teman-temannya.
"Pakai!" Raksa mengambilkan mantel yang tergantung di gantungan, dan memberikannya pada Zoya. Dia akan merasa tenang jika Zoya menutupi bahunya yang terbuka. "Kakak akan masuk angin nanti!"
"Raksa, Lo tahu kenapa wanita tidak nyaman memakai pakaian terbuka?" Zoya memakai mantel itu, meskipun Raksa sangat mengganggu dengan sikap protective-nya, tapi sedikit menghangatkan perasaannya.
"Entahlah!" Raksa menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, dia melihat ke arah Gerald yang terlihat sedang memperhatikan hasil fotonya.
"Karena merasa ada yang melecehkannya melalui tatapan, atau bahkan pikiran mereka. Gue gak membatasi diri gue terhadap pakaian, tapi gue pasti membatasi diri gue terhadap manusia. Paham?"
"Aku tidak suka, saat dia tersenyum melihatmu!" Raksa menunjuk pada Gerald.
"Gue?" Gerald menunjuk wajahnya. Kemudian dia tertawa. "Gue gak tahu kalau senyuman gue bisa menyinggung orang. Padahal biasanya mereka akan terpesona!"
Zoya melemparkan jepit rambut ke wajah Gerald. Karena tahu laki-laki itu berniat membuat Raksa semakin kesal. Seseorang bisa saja salah paham dengan Gerald, karena laki-laki itu terlihat seperti badboy yang suka bermain-main, tapi dia telah memahami karakternya. Dan mengetahui rahasia besar, tentang bagaimana karir Gerald di masa depan.
"Lo butuh berapa lama buat selesaikan semua itu? Gue akan kirim hasilnya secepat mungkin!" Zoya benar-benar tidak mau membuang waktu. Dia ingin cepat-cepat mencapai kesuksesan yang pernah dia rasakan.
Gerald tidak langsung menjawab. Dia masih sangat menikmati hasil kerja kerasnya, setelah mendengar Zoya memanggilnya, baru dia menjawab, "Besok juga bisa. Nanti malam gue kerjain. Besok gue serahin ke Lo hasilnya!"
"Nanti bantu beresin ini ya? Soalnya Gerald mau ada janji sama temennya!" pinta Zoya pada Raksa. Dia memintanya, karena melihat Raksa terlalu menganggur.
"Hem!" Raksa menjawab malas.
"Zo, pipi Lo agak bengkak di pemotretan awal. Mau ambil ulang aja yang pakai baju ini?" Gerald menemukan kesalahan pada fotonya, dan merasa agak tidak puas.
Zoya berjalan mendekat, duduk di sebelah Gerald untuk melihat foto yang dimaksud. Sebenarnya dia sudah berusaha menutupi sisa bengkak yang masih terlihat dengan make up. Tapi saat melihat hasil foto yang dimaksud oleh Gerald, dia jadi ingin marah. Karena sama sekali tidak terlihat, bahkan jika perhatikan cukup lama.
"Gak akan ada yang sadar, ini karena Lo tahu pipi gue masih bengkak, jadinya Lo melihatnya!" Zoya sekalian meriks hasil foto yang lainnnya bersama Gerald.
Raksa memotret keduanya dengan ponselnya, dia kemudian mengunggahnya ke akun sosial medianya dengan caption, 'Mereka membuat aku iri!'
Dalam foto itu sangat menunjukkan kalau keduanya terlihat sangat cocok. Raksa hanya mengungkapkan kekesalannya, karena Zoya dan Gerald memang terlihat saling memahami. Mereka partner kerja yang klop.
Lagi-lagi Raksa tidak sadar kalau unggahannya itu langsung memantik perhatian banyak orang dari teman satu sekolahnya, maupun dari sekolah lain tempat Gerald sekolah. Sebenarnya dari banyak orang yang tidak dikenal dari pengikutnya dalam akun tersebut juga menyukai unggahannya, bahkan mereka juga menanggapi dalam kolom komentar. Dalam unggahan tersebut membuat orang yang melihatnya jadi gemas sekaligus iri.
_
Seseorang sedang membaca buku filsafat yang sudah dibacanya sejak beberapa minggu lalu, butuh waktu untuk memahami setiap makna dari kalimatnya. Dan dia juga tidak terburu-buru.
Meletakkan buku itu, memijat belakang lehernya. Karena terus duduk, membaca dalam waktu lama, bahu sampai ke bagian lehernya jadi merasa sangat pegal. Dia meregangkan otot-otot tubuhnya, tapi masih merasa pegal pada bagian leher.
Mengecek ponselnya, karena tadi dia sempat mengirimkan pada anak-anak basket, kalau hari ini libur latihan, tapi dia belum mengecek tanggapan mereka. Tapi dia tertarik untuk mengecek grub kelas, karena ada ratusan pesan bertambah dalam obrolan hanya dalam waktu tiga jam.
Melihat topik pembahasan yang sedang teman-temannya bicarakan, Lander jadi penasaran dengan foto yang dimaksud. Dia mencoba melihat sendiri pada akun bernama, Jonial.Raksa
Tidak menunjukkan reaksi, tapi melihat pada kolom komentar, Lander langsung merasa kesal. Banyak orang memuji kecantikan dan ketampanan dua orang dalam foto tersebut. Seolah-olah itu hal terhebat yang bisa mereka lihat.
Lander memberikan komentar dengan akun baru, yang memiliki nama 'Wajah Jelek!'
Dalam komentarnya, Lander menuliskan, "Dua orang sedang memanen pujian, apakah itu hebat?" Dan ternyata banyak yang membalas komentarnya dengan mendukung dua orang di foto itu. Bahkan ada yang menyebutnya iri.
Tiba-tiba Lander sadar jika apa yang dilakukannya barusan adalah hal sia-sia yang telah menyita waktu berharganya. Dengan sedikit menyesal, Lander menaruh buku kembali ke rak juga menaruh kembali ponsel di atas meja, dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.