Belom mau pulang

807 Kata
Zoya mematikan ponselnya, karena dia tidak ingin diganggu untuk saat ini. Menikmati minum coffee sembari matanya tidak lepas dari gelang yang masih melingkar manis di tangannya. Padahal itu adalah seharusnya milik Luna. Tiba-tiba ada yang duduk di hadapannya dan menaruh segelas kopi hangat di meja. Zoya melihat orang yang bergabung di mejanya tanpa bicara dulu padanya. Ternyata itu Lander. Tangan sebelahnya terlihat sudah tidak digantung lagi di pundaknya. Artinya mungkin sudah membaik, tapi kenapa duduk di depannya. Tidak, kenapa mereka selalu bertemu saat dia tidak berusaha mencarinya lagi? "Kenapa duduk di sini?" Zoya kembali melihat pada gelangnya, karena tidak mau melihat pada wajah Lander. "Meja lainnnya penuh!" Lander menjawab singkat. Zoya melihat sekelilingnya, memang sudah tidak ada meja kosong. Tapi sejak kapan tempat ini sudah menjadi ramai? Saat dia datang tadi belum seramai ini. "Kenapa belum pulang, malah berkeliaran dengan seragam sekolah!" Lander bertanya tapi juga tidak menatap Zoya. Dia melihat ke arah jalanan melalui jendela kaca. Zoya tidak menjawab. Dia tidak membawa baju ganti. Karena seharusnya hari ini dia langsung pulang setelah mengumpulkan soal dari tempat lesnya. Karena nanti dia akan ikut penerbangan malam ke London. Seharusnya dia bersiap sekarang. "Lo …," Lander agak ragu membahayakannya, dia tidak bisa melihat apakah gadis itu sedang baik-baik saja atau tidak. Tidak ada kesedihan di wajahnya, tapi juga terlihat suntuk. "Gue gak papa. Lo pasti mau nanya soal foto editan itu. Gue gak peduli!" Zoya tahu Lander akan membahasa persoalan tersebut. Karena saat ini hampir semua orang di sekolahnya pasti juga membicarakannya. Dia juga tidak heran kenapa Lander bisa tahu meskipun hari ini tidak datang ke sekolah. Karena fotonya disebarkan lewat chat Grup. "Enggak. Gue mau nanya kenapa Lo pakai gelang mahal ke sekolah?" Lander mengalihkan pembicaraan, karena melihat Zoya tidak akan suka membicarakannya. Zoya melihat pada gelangnya. "Ini? Gue juga gak tahu. Jangan terlalu percaya diri, sekarang gue gak suka sama Lo. Gue pakai terus bukan karena masih suka sama Lo. Ini, karena gelang ini …," Zoya melihat pada gelangnya lagi. "Gelang ini cocok di tangan gue!" "Gak cocok!" Lander tiba-tiba menyahut. Zoya dan Lander jadi saling bertatapan. Cukup lama, hingga Zoya memalingkan wajahnya. Dia tidak mau lagi jatuh hati pada Lander dan mengaguminya seperti orang bodoh. "Mau jalan-jalan?" Lander sudah berdiri menunggu Zoya. Zoya akan menolak, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Saat Lander mengulurkan tangannya, dia tidak mau memegangnya, tapi tangannya sudah ditarik lebih dulu oleh Lander. "Mau kemana?" Zoya Mengikuti langkah Lander. "Jauh enggak? Males ah kalau jauh!" "Manja!" Lander menoleh sekilas menunjukkan ekspresi mengejek. "Kalau jauh ayo pakai motor aja!" "Tangan gue belom bisa nyetir. Gak jauh kok!" Kali ini Lander menjawab dengan nada suara yang lebih lembut. Zoya tidak tahu kemana Lander akan membawanya pergi. Dia hanya mengikutinya. Saat sudah berjalan beberapa meter, Lander mengajaknya berbelok menuju minimarket. "Mau beli apa?" Zoya tidak mengerti kenapa Lander mengajaknya ke sini. "Beli bahan masakan. Ambil keranjang di sana!" Lander memerintah, dia sedang melihat-lihat jenis sosis. "Gue gak bisa makan lagi. Tadi udah makan roti!" Zoya akan pergi malam ini bertemu Elen dan para model lainnnya, dia tidak boleh terlihat buruk. Lander tidak mendengarkan Zoya. Dia mengambil mie samyang. Lalu juga membeli jamur dan Tteokbokki kemasan. Menuju ke rak lainnnya mengambil saus dan bahan-bahan lainnnya. Zoya hanya terus mengikuti Lander di belakangnya. Hingga dia sudah berjalan di hampir menuju kasir, Lander berbalik ke arahnya. "Mau es krim gak?" Zoya mengangguk. "Mau!" "Ambil lah, gue tunggu di kasir!" Lander langsung pergi meninggalkannya ke kasir. Zoya pergi ke tempat es krim di letakkan. Dia juga seharusnya menghindari makanan manis ini. Setidaknya, sampai dua Minggu ini. Agak galau, Zoya meyakinkan dirinya kalau dia tidak bisa makan es krim untuk sekarang ini. "Ambil saja, itu tidak akan menambah lemak!" Lander menghampiri Zoya, karena gadis itu lama sekali hanya terus memandangi es krim di pendingin. Karena Zoya tidak kunjung mengambilnya, Lander mengambil untuknya. Dia Mengambil sekitar sepuluh bungkus es krim berbeda rasa dan merek. Lalu membawanya menuju kasir. "Kenapa banyak sekali?" Zoya melihat es krim itu, dan hendak mengembalikan ke pendingin. "Sisanya nanti akan gue makan!" Lander menahan tangan Zoya.. Membayar semuanya, Lander membawa satu kantong belanjaan di sebelah tangannya. Sedangkan Zoya membawa satu kantong berisi es krim. "Berjalan agak cepat. Nanti itu akan leleh saat kita sampai apartment!" Lander memperingatkan, karena Zoya berjalan lamban. "Ayo baik taksi saja!" "Iya!" Lander mengiyakan, karena apartemennya cukup jauh dari sana. Zoya membuka satu bungkus es krim saat di taksi. Dia memakannya dan merasa senang. Rasa manis dan dingin di lidahnya mengalihkan pikirannya dan membuatnya merasa lebih baik. Es krim memang selalu berhasil memperbaiki moodnya yang memburuk. "Enak?" Lander bertanya sambil memperhatikan cara Zoya makan es krim. Dan Zoya hanya merespon dengan anggukan "Kita seharusnya membeli tissue tadi. Jangan biarkan itu menetes kemana-mana!" Zoya agak jijik, karena cara Zoya makan agak berantakan. "Tenang saja!" Zoya jadi agak kesal, karena Lander sangat cerewet. "Cih, dasar jorok!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN