"Enggak, pokoknya Ibu nggak ngijinin Pram keluar dari rumah ini, Arkan! Apa lagi dengan dia!" Dengan raut wajah yang teramat bengis, Ibu mengarahkan telunjuknya tepat di depan wajahku. Membuatku tertegun sekaligus merasa kembali kehilangan muka di depan Mas Arkan siang ini. Andai pantas, inginku membalas perbuatannya yang merendahkan diriku. Tapi itu tak mungkin aku lakukan. Biar bagaimanapun, dia ibu suamiku bukan? Wanita yang telah melahirkan orang yang kucintai? "Bu!" Melihat tingkah ibunya yang keterlaluan, membuat Mas Arkan tampak meradang. Intonasi suaranya terdengar sedikit meninggi saat menegur sang ibu. Seperti tak terima dengan teguran sang anak, dengan napas terengah Ibu menatap nyalang anak keduanya. Entahlah, mungkin perasaanku saja atau bagaimana. Namun dari apa yang kuliha
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari