"Pah, mana Nak Jimmy? Kok Emak tungguin di lantai satu nggak nongol-nongol juga? Udah berangkat kerja, ya? Tapi ini kan baru jam setengah delapan. Kok cepet banget berangkatnya? Biasa juga jam sepuluh gitu. Terus kok mobilnya masih ada di halaman rusun? Tuh sono," ujar Mak Ratna merepet seperti seekor burung beo yang sudah fasih dalam menirukan bahasa manusia.
"Ada di lantai lima, Mak. Soalnya Bos-nya Bang Jimmy itu katanya mau pindah dari apartemen ke mari. Jadi deh dia disuruh ngecat sama pasang wallpaper," ujar Ipah melanjutkan aktivitasnya membersihkan kentang dan wortel.
"Kirain pagi-pagi udah cabut aja. Ngomong-Ngomong mau masak apaan tuh, Pah?" tanya Mak Ratna dan Saripah pun menghembuskan napasnya.
"Mau masak sup ayam, Mak. Emak tadi nggak enak badan sih habis subuh di musholla. Jadi Ipah masakin bubur tuh, kan. Egh, malah makin muntah. Ya udah ini Ipah masakin sup aja," jujur Saripah dan Mak Ratna pun terenyuh akibat pengakuan tersebut.
"Di kulkas gue ada ayam kampung sama ada juga ayam potong, Pah. Lu emang udah punya ayamnya belom?" tanya Mak Ratna.
Saripah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, dan hal tersebut membuat Mak Ratna tersenyum.
"Kalau gitu, ayam di kulkas Emak buat Emak Rapeah aja mau nggak, Pah? Dari pada lu jalan lagi ke supermarket. Mendingan pakai yang di kulkas Emak aja. Gimana?" ujar Mak Ratna dan Saripah kembali menggelengkan kepalanya.
"Nggak usah kali, Mak. Nanti aku suruh aja Bang Jimmy yang--"
"Egh, udah. Pokoknya nggak boleh di tolak ini. Emak ambilkan sekarang, ya? Biar cepet dimakan sama Emak lu. Ya, kan?" sahut Mak Ratna dan Saripah pun pasrah.
Sepuluh menit kemudian Mak Ratna kembali ke hunian Saripah dan setelahnya ia lekas mencari di mana Jimmy berada.
"Assalamualaikum..." salam Mak Ratna membuka pintu Rusun baru tersebut.
"Lho, Mak Ratna? Kok di sini?" dan Jimmy pun terkejut hingga membuatnya berhenti dari aktivitas mengecat tembok Rusun baru tersebut.
"Orang tuh ya, kalau di kasih salam ya jawabnya Wa'alaikum salam dong. Masa malah jawab kenapa ada di sini? Ya pasti karena ada perlu dong, Nak Jimmy. Emang Mak Ratna ini kurang kerjaan makanya datang asal aja gitu?" kekeh Mak Ratna dan Jimmy pun ikut tertular.
"Ya udah. Duduk dulu deh, Mak."
"Duduk di mana? Nggak ada kursi kali, Nak Jimmy," ujar Mak Ratna dan pecahlah tawa Jimmy Waluyo.
"Sabar ya, Mak? Tadi kursinya Jimmy pindahin ke belakang karena takut kena Cat," sahut Jimmy berlari ke arah dapur super sangat sederhana sekali dalam Rusun tersebut.
Tak lama kemudian Jimmy datang dengan membawa kursi dan meja plastik, dan mereka berdua pun duduk berhadap-hadapan seperti seorang Ibu yang sedang memarahi anaknya.
"Ya udah, Mak. Mau ngomong apa sama Jimmy? Kelihatannya penting banget, ya? Tentang apa kalau Jimmy boleh tau, Mak?" tanya Jimmy mencoba membuka pembicaraan.
"Yakin kamu mau dengar apa yang bakal Emak ngomongin ini?" sahut Mak Ratna dan Jimmy tertawa lagi.
Ia benar-benar merasa terhibur dengan tingkah ibu kandung si gadis incarannya. Namun tawa itu raib seketika, saat tanpa aba-aba Mak Ratna dengan fasih mengungkapkan isi hatinya.
"Emak mau kamu nikahin si Jenny, Nak Jimmy. Kalau bisa secepatnya dan tolong jangan PHP-in dia seperti si Januar yang nggak jelas itu. Bagaimana, Nak Jimmy?"
"Apa?! Mak Ratna serius? Atau Mak lagi salah minum obat?!" pekik Jimmy dengan dua mata hampir terpelocok keluar.
"Emak nggak salah minum obat, Nak Jimmy. Emak dari kemarin emang susah mulai mikir tentang hubungan Jenny yang nggak tau ada ujungnya, karena si Januar itu menunda terus pernikahan mereka sampai udah tiga kali. Nah, kalau Emak yang jadi Jenny? Jelas malu dong. Mana keluarga Bapaknya si Jenny udah heboh bakalan siapin ini itu. Ya, maklumlah anak Emak cuma si Jenny doang. Bapaknya meninggal pas dia masih kecil. Jadi kan pas ijab Qobul, nanti Pamannya yang kasih nikah. Egh, pas tau ditunda pertama kali malah pada sedih tuh mereka. Pas tunda kedua kali udah marah-marah aja, terus pas ditunda lagi yang ke tiga kalinya? Emak deh jadi sasaran mereka. Katanya Emak suruh carikan calon lain aja. Kagak baek anak perawan ting-ting lama-lama menikah, nanti keburu celaka aja. Iya kalo bener dinikahin, nah kalo nggak? Apes banget kan itu?" cerocos Mak Ratna menjelaskan panjang lebar.
Jimmy pun terdiam hingga tiga menit lamanya, dan hal tersebut tentu saja karena ia sedang berpikir tentang apa yang dijelaskan oleh Mak Ratna barusan.
"Mak, Jimmy ini nggak mungkin menikah dengan cara dipaksakan gitu. Maksudnya, gini," sahut Jimmy mulai mengatakan isi hatinya, "Jimmy suka sama Jenny. Dia cewek baik dan mau bekerja keras. Terus juga Jimmy sempat kaget pas Emak bilang dia masih perawan tadi, jadi ya Jimmy juga makin suka aja gitu. Cuma..."
"Cuma apaan, Nak Jimmy?" sahut Mak Ratna secepatnya bertanya.
"Cuma kalau nikah nggak pake perasaan Jimmy nggak mau, Mak. Jimmy menikah maunya cuma sekali seumur hidup. Lagi pula anak perawan Emak itu terlalu baik deh kayaknya buat Jimmy, Mak. Soalnya Jimmy ini dulunya preman pasar, Mak. Bukan anak baik-baik terus juga Jimmy ini sudah puluhan kali perawanin anak orang kali, Mak. Jadi Jimmy minder aja gitu deketan sama Jenny. Kemarin sih berani karena Jimmy pikir dia bini orang atau perawan rasa janda, eh tapi tadi Mak Ratna bilang dia masih perawan ting ting. Jadi malu banget sekarang. Beneran nggak enak hati, Mak. Seriusan," jawab Jimmy sedikit kikuk di depan Mak Ratna.
Ia bahkan beberapa kali mengaruk kepalanya yang tidak gatal, akibat dari rasa grogi dalam diri.
Sementara Mak Ratna sendiri menatap tak percaya pada sosok yang ada di depannya. Namun semakin Jimmy terlihat salah tingkah, semakin pula ibu satu anak itu mendapatkan kesungguhan dari ungkapan jujur Jimmy.
" Sekarang Emak tanya ya, Nak Jimmy? Kalau seandainya Jenny mau coba bukain pintu hatinya buat Nak Jimmy bagaimana? Apa nanti Nak Jimmy--"
"Nanti apa, Mak? Kalau seandainya beneran si Jenny mau belajar suka sama Jimmy? Ya tentu aja Jimmy juga bakalan serius dan merubah semua sifat Jimmy yang hobi main cewek, hobi mabuk-mabukan dan bakalan setia sama Jenny, Mak! Secara menurut Jimmy, Jenny itu cantiknya kayak buah persik, Mak. Apalagi kalau dipoles bedak atau gincu pink terus rambutnya nggak dicepol sama pakai gaun ala-ala korea gitu, Mak? Wahhh... Pasti kayak bidadari! Sumpah deh, Mak!" seru Jimmy membayangkan segala sesuatu tentang Jenny dengan berbagai khayalannya.
Maka Ratna pun tertawa keras mendengar semua perkataan Jimmy, tak terkecuali sesosok wanita yang menjadi subjek pembicaraan mereka tersebut, siapa lagi kalau bukan Jennyta Junitha.
Sejak tadi ia memang mencuri dengar pembicaraan itu, namun semua terjadi atas dasar ketidak sengajaannya.
Itu karena ia ingin menemui ibunya, tapi Saripah mengatakan jika orang yang dicari ada di tempat tersebut.
Maka terjadilah aksi mencuri dengar tersebut, dan hasilnya benar-benar sukses membuat Jenny bersemu merah saat ini.
Ia bahkan segera memegangi kedua bibirnya, seraya mencoba membuat degupan jantungnya normal kembali.
"Bang Jimmy seriusan suka sama gue? Terus apa katanya tadi? Dipoles bedak, gincu pink sama pakai baju ala korea-korean gitu?" batin Jenny terkekeh sendiri, "Dasar Bang Jimmy penjahat kelamin! Bener nggak tuh dia mau berubah? Kalau Jenny ikutan diperawanin terus pas hamil ditinggal kabur gimana? Sama aja dong! Nggak dehhh... Takuttt...!" lanjut Jenny membatin dan akhirnya kabur menuju tangga Rusun.