"APA?" pekik suara berat dari arah punggung belakang Januar.
Keduanya pun menoleh ke sumber suara, dan bola mata Jenny begitu terbelalak ketika wajah lelaki yang tadi menciumnya ada di sana bersama sebuah piring dan juga gelas kosong bekas kopi s**u.
"Kamu mau menikah dua minggu lagi, Jen?"
"Siapa lo?" dan Januar pun berdiri dari tempatnya, karena merasa sama sekali tak mengenal siapa pria di hadapannya.
"Gue siapa? Lo tanya dong sama Jenny gue siapa!" sahut Jimmy tak kalah tegasnya, "Jadi jangan seenaknya ya ngomong mau nikah-nikah segala sama Jenny! Langkahi dulu mayat gue, baru lo bisa--"
"Bang Jimmy, udah!" histeris Jenny yang begitu was-was dengan segala ucapan Jimmy, "Udah kelar 'kan, makannya, Bang? Kalau gitu kasih ke Jenny ya piring sama gelasnya?" lanjut Jenny yang sudah keluar dari pintu warung kopi, dan menghampirinya.
"Aku tanya siapa dia, Jenny! Apa laki-laki ini yang buat kamu tadi ngomong kayak begitu sama aku?!" tagas Januar melontarkan kekesalannya.
"Bang, ini itu Bang Jimmy. Dia tetangga Rusun aku di lantai empat. Jadi--"
"Jangan lupa janji kamu yang tadi, Jen. Terserah kamu mau anggap aku apa. Intinya janji adalah utang dan aku mau janji itu nggak kamu lupakan! Aku naik ke atas dulu," sanggah Jimmy, langsung berbalik dan meninggalkan warung kopi tersebut.
Sebenarnya ia masih ingin mendengar apa saja yang sedang dibicarakan oleh mereka berdua di sana, namun karena penjelasan dari mulut Jenny tentang ia yang di anggap hanya sebagai tetangga Rusun? Maka hal tersebut membuat Jimmy lebih memilih mundur dari sana.
"Awas aja kalau nanti malam lu nggak bakalan jalan sama gue, Jen? Gue bakalan lakukan apapun, walaupun caranya salah di mata orang-orang!" umpat Jimmy di tengah kakinya yang terus melangkah, "Gue nggak akan pernah biarkan apa yang gue mau diambil orang begitu aja. Karena jelas-jelas yang gue lihat dari mata lo adalah kebahagiaan saat kita lagi berdua, Jenny! Jadi cuma gue yang bisa buat lo bahagia!" lanjutnya bermonolog dalam hati.
Sementara itu perdebatan kecil sedang terjadi di warung kopi milik Jenny, dan tentu saja Jimmy masih menjadi topik utamanya.
"Jangan bohong, Jenny! Siapa laki-laki itu tadi, hah?!" tanya Januar, tak puas dengan penjelasan Jenny.
"Aku udah bilang 'kan kalau dia itu Kakaknya Saripah, cewek yang pernah kamu tanyain waktu aku upload foto berdua sama dia kemarin di f*******:? Kenapa masih nyolot aja, hem? Atau kamu emang pengen banget aku jawab kalau Bang Jimmy itu selingkuhan aku, gitu?!" sahut Jenny setengah berteriak.
"Aku tau kamu bohong, Jenny! Aku ini calon Suami kamu! Jadi jangan coba-coba menipu, karena aku paling nggak suka sama cewek yang tukang bohong dan--"
"Emangnya kamu aja yang nggak suka sama orang yang tukang bohong?!" sahut Jenny memotong celotehan tunangannya, "Aku juga sama, Bang Januar! Aku sangat nggak suka sama orang yang suka bohong dan suka memberi harapan palsu! Apalagi sama orang yang suka obral janji mau nikahin aku, tapi sudah tiga kali berturut-turut janji itu nggak pernah ditepati!"
Skak mat!
Mendengar ucapan tegas dari Jenny, tentu saja semburat merah padam segera menghiasi wajah tampan si Tenaga Kerja Indonesia itu di sana.
Segala kata-kata yang sudah tersusun rapi dalam isi kepalanya, seolah lenyap seketika. Sampai-sampai Januar tak tahu harus menjawab apa.
"Nanti malam aku bakalan datang buat ketemu sama Emak mu," sahut Januar merubah pembicaraannya, " Jadi jangan lupa sampaikan salam aku sama Emak," lanjutnya mengambil ponsel yang ia letakkan berdekatan dengan piring pisang goreng.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Januar pun melenggang pergi begitu saja dan Jenny pun terduduk dengan isak tangisnya yang pecah.
"Gue capek ya, Allahhh... Gue harus apa dengan sikap Bang Januar yang terus-terusan kayak begini?" suara paraunya pun terdengar juga, "Ini posisi gue belum jadi bininya dia ya, Allah. Gimana kalau nanti udah jadi bini terus gue harus diomelin tiap hari? Padahal dulu Bang Januar nggak pernah sama sekali kasar kayak begini. Kenapa sekarang berubahhh..." lanjutnya sembari terus menangis.
"Itu makanya Emak suruh elu milih Nak Jimmy aja kali, Jen. Kalau Emak yang pacaran sama laki-laki suka umbar janji model si Januar itu? Beughhh... Udah lama kali Emak buang ke empang Abah Jauhari yang sekarang dipakai tanam kangkung di sono tuhhh..." sahut Mak Ratna yang datang entah dari mana, "Kali aja tuh kangkung-kangkungnya pada subur? Bukannya nangis bombay kayak lu begini. Idihhh... Malu-maluin Emak aja lu, Jen... Jen...! Mewek cuma karena cowok doang. Prettt... Abaikan, Jennn... Abaikannn... Mendingan lu sekarang luluran sama maskeran aja nih! Udah gue beliin buat persiapan lo ntar malam," lanjut Mak Ratna mengeluarkan satu botol lulur kocok dan juga sebungkus masker bengkoang dari dalam kantong plastik putih.
"Emakkk... Dari mana aja sih? Kenapa tadi warung ditinggal gitu aja?" kesal Jenny tak memedulikan celotehan sang ibu.
"Ya dari Indomaret depan dong. Nih, Emak beliin lu lulur kocok, masker, parfum keluaran baru yang kemarin muncul di iklan tv sama ini juga nih," sahut Mak Ratna mengeluarkan tas kecil dengan merek sebuah kosmetik ke atas meja, "Ini paketan Emak beli di Rusunnya Mpok Leha barusan. Karena tadi Nak Jimmy telepon Emak, makanya Emak langsung nyari ini barang-barang semua. 'Kan elu mau wakuncar sama Nak Jimmy ntar malam. Lupa, ya?"
"Hah?!" pekik Jenny terkejut.
"Lha, malah hah heh hoh aja. Nanti malam Jennyyy... Nanti malam 'kan elu janjian sama Nak Jimmy. Bener, kan?" sahut Mak Ratna dan Jenny mengangguk pelan.
"Itu emang iya, Mak. Tapi Jenny 'kan ada janji lain yang lebih penting, Mak," jawab Jenny mengingat tentang rencana Januar.
"Janji apaan? Sama si Januar? Emang dia mau ngapain nanti malam? Mau datang ketemu sama Emak? Buat apa? Buat ngomongin masalah pernikahan kalian berdua? Alahhh... Basi tau, Jennn.... Paling juga dia bohong lagi," cerocos Mak Ratna bersama dengan tebakannya yang membuat hati Jenny semakin perih.
"Jangan gitu kali, Mak. Kita tunggu aja dulu Bang Januar ya, Mak?" dan Jenny pun masih saja mencoba meyakinkan sang ibu.
"Yaelahhh... Ini nih yang Emak nggak demen dari lo! Buat aja terus harapan dalam hati lu untuk laki-laki yang namanya Januar Arifin itu! Intinya, elu harus tetap luluran, maskeran dan dandan yang super cantik malam ini!" cecar Mak Ratna sedikit memaksa, "Soalnya Elu bakalan tetap wakuncar sama Nak Jimmy kalau si Januar itu nggak datang, dan kalau pun ternyata dia datang? Emak tetap bakalan telepon atau sms Nak Jimmy, biar dia bawa elu jalan-jalan ke mana aja pas si Januar udah pulang dari Rusun kita. Titik!"