Liam sudah siaga sepagi ini di depan kamar tuannya, tak berniat untuk mengganggu istirahat sang majikan, namun ada hal penting yang harus ia sampaikan dan meminta persetujuan atas apa yang harus ia lakukan selanjutnya. “Tuan, maaf mengganggu, apakah anda sudah bangun?” tanya Liam dengan suara yang dikontrol pelan. “Masuklah!” “Hah? Baik tuan.” Liam sempat terperanjat kaget lantaran tidak menyangka Nelson akan meresponnya dengan cepat. Dalam benaknya berpikir bos muda itu mungkin masih terbaring manja di atas ranjang empuk, terlebih tadi malam ia pulang cukup larut. Begitu pintu dibuka oleh Liam, ia cukup tercengang melihat Nelson yang sudah rapi dengan setelan jas formalnya, rambutnya bahkan sudah disisir klimis. Pria itu tersenyum kepadanya, menambah sempurna kharisma kepemimpinanny