Dibalik Kemiskinan Dimas

1251 Kata
Airmata Anin kembali membasahi wajahnya. Hatinya semakin sakit karena terus – terusan mendapat perlakuan seperti itu dari keluarganya. Walau pun beberapa saat lalu Anin mencoba untuk menahan perasaannya, tapi lama – kelamaan Anin tidak kuat lagi untuk terus diam. “ Kamu memang sudah terpengaruh oleh si Dimas, Anin. Makanya kamu selalu membela dia dan menyelah artikan perkataan abah dan yang lainnya, Abah melakukan ini karena abah sayang sama kamu, abah tidak ingin melihat kamu hidup susah terus seumur hidup. Dan kalau kamu masih mempertahankan si Dimas, maka kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan,” jawab Haji Sanusi sambil menatap tajam kearah Anin. Sementara Dimas yang baru masuk setelah selesai membakar ikan, hany tertunduk mendengar perkataan Haji Sanusi seperti itu. Anin hanya bisa terisak sambil terus mengulek bumbu dibantu oleh Samsiah yang tengah memisahkan sayuran sebagai lalaban kesukaan Sugara. Sementara Haji Sanusi Zaini dan juga Reva tidak hentin – hentinya menjelekan Dimas saling bergantian. Hal ini yang membuat Anin sebenarnya ingin pergi menghindar, karena terasa sakit dari setiap ucapan mereka. Bahkan semakin lama semakin menjadi, sehingga Anin rasanya sudah tidak kuat lagi untuk mendengar ocehan Haji Sanusi, Zaini dan Juga Reva, dan kini bahkan ditambah lagi oleh Hamdan dan juga istrinya Herawati membuat suasan gossip – enggosip semakin ramai. “ Neng, ini ikannya sudah matang. Ada lagi yang bisa abang kerjakan?” ucap Dimas yang baru saja selesai membakar ikan bakar dan meletalnnya di meja yang ada di dapur. “ Tumben ikannya utuh, atau jangan – jangan dia sudah kenyang dari tadi negmil terus?” sindir Reva sambil mencomot ikan bakar yang baru matang tanpa malu. “ Di aitu Dimas, bukan kamu yang memang tidak punya malu sama sekali. Kami yang dari tadi didapur belum mencicipi apa pun. Sementara kamu sudah tinggal separo tempe yang di goreng. Kini beralih pada ikan bakar, lama – lama semua ini habis sama kamu. Tapi Anehnya kamu malah menuding orang lain, dasar muka badak," ucap Samsiah sambil tersenyum sinis kearah Reva dan juga Hamdan yang terlihat tidak suka dengan perkataan Samsiah. “ Wajar lo bi, saya ini sedang hamil. Dan orang hamil itu keinginannya ngemil terus,” jawab Reva membela diri. “ Alah, alasan. Dari dulu juga kelakuan kamu itu tidak berubah. Yang jelas bukan karena hamil. Tapi karena penyakit tidak tahu malu kamu yang kuat,” sindir Samsiah. Walau pun perkataan Samsiah begitu pedas ditelinga, tapi Hamdan dan yang lainnya tdak berani marah. Kerena yang dikatakan Samsiah semuanya benar. Dan ada satu hal lagi, Samsiah adalah anak perempuan Haji Sanusi satu – satunya, dan merupakan kesayangan Sugara. Jadi siapa pun yang membuat Samsiah marah dan tersinggung, maka akan berhadapan dengan Sugara. Mendengar Percekcokan antara Samsiah dan Reva, Anin hanya terdiam tidak berkata satu patah kata pun. Hatinya terlalu sakit mendengar perkataan Reva yang terus menghina dan melontarkan kata – kata merendahkan pada suaminya Dimas. Mereka tidak pernah menganggap baik Dimas walau apa pun yang sudah dilakukannya. Mereka akan terus seperti ini karena kemiskinan yang di alami Dimas saat ini. Kadang Anin merasa kesal pada suaminya itu yang sama sekali tidak melawan. Walau pun dihina begitu ragam oleh semua orang, tapi Dimas hanya membalasnya dengan senyuman. Tak ada perasaan dendam yang tersirat setiap kali paman – pamannya menyruh Dimas untuk mengerjakan sesuatu tanpa upah, Dimas dengan begitu ikhlas membatu dan membereskan semuanya tanpa harus mengeluh. “ Ini kelapanya biar abang yang marut ya Neng?” ucap Dimas sambil mengambil baskom berisi empat butir kelapa yang sudah di bersihkan. Mendengar perkataan Dimas, Anin hanya tersenyum sambil mengangguk. Wajahnya terlihat merah karena sejak tadi tidak berhenti menangis. Ucapan Haji Sanusi dan yang lainnya begitu tajam, hingga membuat hati Anin semakin sakit. Semua mata menatap kearah Dimas yang sedang sibuk marut kelapa, mereka menatap hina Dimas, bahkan dimata Haji Sanusi, Dimas sudah tidak lagi dipandang sebagai manusi. Tapi walau demikian, Dimas tidak terpengaruh dengan situasi dan keadaan. Baginya semua pandangan, perkataan Haji Sanusi dan yang lainnya dianggap sebagai ujian oleh Dimas untuk melatih keabarannya. Setiap kali mendengar hinaan dari Haji Sanusi dan yang lainnya, Dimas hanya bisa tersenyum. Apa yang terjadi saat ini memang pantas dia dapatkan, karena semua pasti akan menganggap kalau Dimas itu adalah sampah yang tidak berguna, sehingga tidak patas untuk mendapat penghargaan apa pun. “ Ya Allah, begini rasanya menjadi orang biasa yang tidak memiliki harta apa pun. Semua orang hanya akan meandang sebelah mata. Setiap saat mereka hanya akan menjadikanku bahan hinaan dan ejekan serta cemoohan semata,” ucap Dimas dalam hatinya sabil tetap memarut kelapa agar cepat selesai. “ Dimas, setelah ini kamu harus mencuci mobil Rangga. Mobilnya sudah kotor dan besok akan dipakai kerja,” ucap Haji Sanusi tanpa rasa malu memerintah Dimas untuk mencuci mobil milik suaminya Reva. “ Baik, bah,” jawab Dimas tidak berani membantah. “ Tidak!!!” Semua terkejut saat tiba – tiba Anin berkata dengan keras, “ Aku tidak akan pernah mengijinkan suamiku untuk mengerjakan apa yang dikatakan abah barusan,” “ Kenapa tidak boleh? Ini abah yang nyuruh lo ka Anin?” protes Reva tidak senan dengan penolakan Anin. “ Mau siapa pun yang nyuruh, pokoknya aku keberatan kalau suamiku harus mengerjakan itu. apa kalian tidak tahu malu, atau memang urat malu kalian sudah putus? Setelah menghina dan merendahkan bang Dimas, kini kalian membutuhkan tenaganya. Jangan bang, aku tidak akan mengijinkan abang mengerjakan apa pun yang disuruh mereka,” tegas Anin membuat semua hanya bisa terdiam. “ Neng, jangan bicara begitu, itu tidak baik. Walau bagaimana pun juga abah adalah orang tua kita yang wajib kita hormati dan hargai,” ucap Dimas menjoba memberikan penjelasan pada Anindya. “ TIdak, bang. Pokonya abang jangan pernah mau menuruti apa yang disuruh oleh mereka, sekali pun itu datangnya dari abah. Karena kebaikan abang tidak akan pernah mereka hargai, mereka akan tetap menghina dan merendahkan abang sampai kapan pun,” jawab Anin tetap pada pendiriannya. Dimas hanya bisa menarik nafas. Apa yang dikatakan Anin memang benar, sebaik apa pun dia pada mereka, tetap saja tidak akan mendapatkan nilai positif. Mereka akan tetap menghina dan merendahkan Dimas. Mereka tidak tahu siapa Dimas sebenarnya, mereka hanya mengetahui kalu Dimas hanyalah orang miskin yang tidak berguna. Padahal sebaliknya, Mereka tidak mengetahui kalau sebenarnya Dimaslah pemilik Pabrik tersebut. Bahkan dengan satu kata saja, Romi dan ayahnya bisa kehilangan pekerjaan kalau Dimas mau. Sesuai dengan Namanya, Dimas Adhita Winatara adalah anak sulung dari Angga Winatara, salah satu orang terkaya di Negeri ini, pemilik Winatara Grup. Dan calon tunangan Afifah adalah adik kadungnya. Dimas sengaja pergi meninggalkan kemewahan lima tahun yang lalu bukan tanpa maksud. Dimas ingin mencari cinta sejati, dimas ingin mendapatkan pendamping yang benar – benar tulus mencintainya, tanpa melihat status ekonomi keluarga dan dirinya. Sebenarnya ingin sekali Dimas mengungkapkan identitasnya pada semua orang termasuk pada istrinya, namun Dimas merasa ini bukan waktu yang tepat untuk mereka mengetahui siapa Dimas sebenarnya. “ Kamu memang Wanita yang luar biasa Anin, aku kagum padamu, dibawa hidup susah kamu masih setia dan terus membela harga diriku yang direndahkan oleh abah dan kedua keluarga pamanmu. Kamu tidak pernah mengeluh saat aku memberkan nafkah seadaanya padamu, bahkan siakpmu tidak pernah berubah walau pun hidup kita serba kekuarangan,” bisik Dimas dalam hatinya sambil menatap lekat wajah Anin yang begitu cantik alami. “ Kamu sabar sebentar lagi, karena mereka yang selama ini menertawakan kita, akan menangis dan berlutut memohon kemurahan hatimu, mereka bahkan tidak akan pernah mampu mengangkat wajahnya saat bertemu dengan kita. Aku akan menjadikanmu Ratu yang tercantik dan terindah dalah hidupku,” lirih Dimas yang tidak berhenti mengagumi sang Istri yang begitu sangat sederhana dan penuh kasih sayang padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN