Aku menarik nafas lega saat mendengar perkataan suamiku yang begitu jelas dan tegas tentang perasaannya padaku selama ini. Mataku terus memandangi semua keluarga besarku yang berada dideretan kursi paling depan. Dan aku bisa melihat wajah – wajah penuh penyesalan dari Abah, Mang Hamdan, Mang Zaini serta semua keluarganya, terutama Reva yang memang punya rencana untuk berbicara langsung dengan putra sulung keluarga Winatara yang tiada lain adalah suamiku, untuk meminta agar Rangga dibebaskan. Namun sayang, hatinya yang selalu kotor, dan sikapnya yang angkuh, Reva malah terus – terusan menghina suamiku sesaat sebelum identitasnya terbuka. Aku merasa kasihan melihatnya, wajahnya terlihat begitu murung penuh kebingungan. Ingin rasanya aku membantunya, tapi tentu saja semua keputusan ada dita