Limapuluhdua

1128 Kata

Dhifa tak mau bercakap-cakap lagi dengan Hanif. Terlebih setelah aksinya yang memegangi tangannya. "Kamu ga perlu khawatir, dia ga akan berani mengikuti kita." Hanif tersenyum manis. Ia masih bersikap santai setelah apa yang terjadi antara Dhifa dan Tomy tadi. Ia juga cuek terhadap kekesalan Dhifa kepadanya. Pemuda berkemeja ungu tua itu segera mengemudikan kendaraannya menuju de Amor, restoran milik Papa Dany. Setengah jam kemudian mereka tiba. Di sana ayahnya Dhifa itu tengah menantikan kehadirannya. Ia tampak memakai baju santainya hanya mengenakan jeans dan kais polo. Hari ini ia tak pergi ke kantor Y & R. Hari ini jadwalnya mengurus restoran. "Assalamualaikum," Hanif mengucaokan salam penuh hormat. "Waalaikumsalam." Papa Dany menyambur kedatangan mereka. "Ayo duduk!" Ia membe

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN