1
Waktu itu umur aku 16 tahun. Dan sesudah peristiwa itu, aku telah menerima dua kejantanan laki-laki lagi buat aku sepong. Saya sahih-sahih nir puas menggunakan nir terpenuhinya hasrat aku buat menghisap k****************i . Masalahnya aku acapkalikali dipingit orang tua, apalagi ditambah menggunakan lingkungan sekolah aku yg adalah sekolahan spesifik cewek. Jadi aku acapkalikali sakaw (menagih) k****************i .
Suatu malam, aku telah sahih-sahih nir tahan lagi. Buku & VCD porno pun nir mampu memuaskan aku . Bahkan ketika aku melakukan m********i pun aku permanen merasa kurang puas. Saya yg sesudah m********i, membuka ventilasi kamar aku yg berada pada lantai dua tempat tinggal aku . Waktu itu jam 23:30. Saya melihat jalanan pada depan tempat tinggal telah sepi sekali.
Tiba-datang wangsit gila aku mulai lagi. Saya menggunakan nekat, membisu-membisu keluar tempat tinggal sembari bertelanjang tanpa sepengetahuan siapa pun yg terdapat pada tempat tinggal lantaran seluruh telah dalam tidur. Saya hingga nekat melompat pagar menggunakan asa terdapat cowok atau laki-laki yg melihat & memperkosa aku . Apapun berdari aku mampu menghisap k*********a. Di komplek aku memang sepi sekali dalam jam-jam segitu. Saya sedikit menyesal jua, kenapa aku nir keluar relatif lebih sore. Agak dingin jua malam itu atau mungkin jua lantaran aku nir menggunakan selembar sandang pun.
Di ujung jalan, aku melihat terdapat mas Agus, tukang nasi goreng langganan aku yg masih berjualan. Langsung aku sapa beliau. “Mas Agus, nasi gorengnya dong…” pinta aku . “Lho, mbak Lili..? Ngapain malam-malam begini masih pada luar? Ngga pake apa-apa lagi…” sahutnya sembari terheran-heran melihat aku yg tanpa sehelai benang pun pada tubuh. “Abis panas sih, Mas. Kok tumben masih jualan..?” Mas Agus nir menjawab. Namun aku memahami matanya nir mampu tanggal menurut payudaraku yg putih polos ini. “Ngeliatin apa mas..?” kutanya. “Ah ngga…” ucapnya gugup.
Lalu mas Agus menyiapkan penggorengannya buat mengolah nasi goreng pesananku. Saya lihat ke arah celananya, aku memahami btg k*********a telah berubah jadi bertambah akbar & tegang. Lantaran aku telah nir tahan lagi buat segera menghisap k*********a, aku nekat jua. Saya jongkok sembari membuka ritsletingnya & mengeluarkan btg kejantanannya menurut pada CD-nya. Tidak gunakan basa-basi, aku tambahkan indera vitalnya mas Agus ke pada ekspresi aku .
Saya jilat-jilat sementara waktu kemudian aku hisap menggunakan bibir. Saya konfiden mas Agus mencicipi bahagia yg tiada tara, misalnya menerima rejeki nomplok. Tidak hanya itu, aku jua menjilati 2 telor mas Agus. Memang relatif bau sih, namun aku sahih-sahih menikmati kejantanan mas Agus yg kini beliau mulai bersuara, “Mmmh… mmmh… uhhh…” Kira-kira 15 mnt aku menikmati kemaluan mas Agus, datang-datang mas Agus menyuruh aku buat berdiri. Dia memelorotkan celana & CD-nya sendiri hingga bawah & menyuruh aku berbalik.
Sekarang aku membelakangi mas Agus. Mas Agus jongkok & menjilati kemaluan aku . Saya eksklusif mencicipi kenikmatan yg hebat sekali. Hanya sementara waktu beliau melakukan itu. Selanjutnya beliau berdiri lagi & memasukkan btg kejantanannya ke liang senggama aku . Kami berdua melakukan senggama sembari berdiri. Saya melakukannya sembari pegangan pada gerobak nasi gorengnya.
Saya telah sahih-sahih merasa keenakan. “Uuuh… akkhh… akkh… akhhh…” aku menjerit-jerit kegilaan, laba nir terdapat yg mendengar. “Mas, kalo udah mau keluar, bilang ya…” pinta aku . “Udah mau keluar nih…” jawabnya. Langsung saja aku melepaskan btg kejantanannya menurut liang v****a aku & jongkok pada hadapan k*********a yg mengacung tegak. Namun sesudah aku tunggu beberapa detik, ternyata air maninya nir keluar-keluar. Terpaksa aku campurkan dan aduk rata & hisap lagi btg kejantanannya, aku jilati, & aku gigit-gigit kecil.
Setelah itu tibalah saatnya aku mendapat upah yg menurut tersebut aku telah tunggu-tunggu, yaitu air maninya yg memang lezat. “Crot.. crot.. crot…” semuanya aku minum misalnya orang yg kehausan. Langsung saja aku telan & aku bersihkan kejantanannya menurut a******i yg tersisa. Bertepatan menggunakan itu, dua pria lewat pada depan kami. Ternyata mereka merupakan bapak-bapak yg tinggal pada komplek ini yg sedang meronda.
“Lho, mas Agus lagi ngapain..?” istilah seseorang bapak pada situ. “Ah ngga pak… mmm… ini mbak Lily…” jawab mas Agus malu-malu. “Ini Om, aku habis ‘gituan’ sama mas Agus…” aku jawab begitu nekat menggunakan asa dua bapak ini jua mau memperkosa aku misalnya yg sudah aku lakukan menggunakan si penjuali nasi goreng.
Mereka keheranan 1/2 meninggal mendengar pengakuan aku itu. “Adik ini tinggal dimana?” tanya keliru satu menurut mereka. “Di sana, pada blok F.” jawab aku . “Ayo pergi telah malam..!” Dan aku pun diseret pergi. Saya takut 1/2 meninggal lantaran apabila hingga aku dibawa pergi, niscaya ketahuan sama orang tua & aku bakal digantung hidup-hidup. Di tengah jalan, aku beranikan diri mengungkapkan dalam mereka, “Om, mau nyusu ngga..?” “Jangan main-main kamu…” “Ayolah Om…. aku tau kok, Om mau jua kan n***e sama aku ..?” Mendengar itu, si Om eksklusif terangsang berat.
Saya eksklusif merogoh kesempatan meraba-raba btg kejantanannya yg tegang. “Ayo dong Om… aku pengen banget lho…” aku bilang lagi buat menegasakan maksud aku . Bapak yg satunya lagi eksklusif sepakat & mengungkapkan, “Ya udah, kita bawa ke pos ronda aja pak Karim…” & pak Karim pun sepakat.
Setibanya pada sana, ternyata terdapat tiga orang lagi yg menunggu pada sana, termasuk bang Parli, hansip pada komplek aku . Saya kegirangan sekali, bayangkan aku akan menerima 6 btg kejantanan pada semalam. Gila… beruntung sekali aku malam itu.
Setelah kami berenam ngobrol-ngobrol sementara waktu mengenai peristiwa antara aku & mas Agus, aku eksklusif memberanikan diri memperlihatkan kesempatan emas ini ke mereka, “Saya sebenernya pengen banget ngerasain barangnya bapak-bapak ini…” Mereka eksklusif terlihat bernafsu & terangsang.