Ian tak berhenti tersenyum sore itu. Ketika King membuka keripik pisang yang dijual di kafe Meli, ia semakin senang sebab King terlihat begitu betah di sini. Ia juga bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Wina. Ia menjadi pendengar bagi kedua sahabat yang tengah saling melempar cerita itu. Ian senang dan berharap agar Meli bisa membantu hubungannya dengan Wina. Tiba-tiba, Ian merasakan ponselnya bergetar. Ia merogoh kantong jasnya lalu menatap nama Delisa, baby sitter Azka. Senyumnya mendadak padam. "Halo," lirih Ian. Wina menoleh sekilas pada Ian yang baru saja menjawab panggilan telepon dari orang yang ia tak ketahui. Ia tahu, Ian pria yang sibuk dan ia juga tak ingin peduli dengan siapa yang menelepon Ian—andai saja bisa. Sayang, ekspresi wajah Ian yang mengeras membuat Wina m