Ibaz membaca pesan Citra sekilas. Ia tengah berada dalam perjalanan hendak meliput sebuah berita pembukaan cabang perhotelan baru di pusat kota. Karena itu, tak begitu digubrisnya apa yang ia baca. Pikirannya terlalu fokus kepada jalanan macet yang membuatnya frustasi karena jamnya sudah sangat mepet. Ia terancam terlambat sampai di lokasi dan bisa-bisa kelewatan momentum berita dan sesi foto yang utama. Sial, pikirnya dalam hati. Dirutukinya keputusan untuk bermobil dan bukannya bermotor saja tadi. Padahal, kalau bermotor dia bisa jauh lebih cepat sampai dengan meliuk-liuk menembus kemacetan dan juga lewat lorong-lorong jalan tikus. Sementara Citra sudah menyangka yang bukan-bukan. Bahwa Ibaz tak peduli padanya lah. Bahwa dia tak mau dikirimi pesan lagi lah. Hal remeh temeh pikiran wan