Chapter 4

1965 Kata
"Wah...buah ini imut sekali, warnanya juga indah...buah beri jenis apa ini, Aqlam?" Chana, gadis 11 tahun itu memandang takjub ke arah rangkai buah di depannya. Aqlam tersenyum manis. "Ini adalah buah Gooseberry, buah ini baik untuk kesehatan, Chana suka?" Glung glung Chana mengangguk antusias. "Chana petik yah?" "Ini sebuah akan menjadi milikmu dimasa depan, jadi tidak perlu meminta ijin dariku," ujar Aqlam serius. "Hah?!" Chana menjatuhkan rahang bawahnya. Aqlam tersenyum geli ke arah Chana. "Apa yang aku katakan padamu tiga minggu lalu adalah kebenaran, aku sudah meminta ijin dan persetujuan dari kakek Ran dan yang lainnya," "Ahmm...um..." Chana terlihat salah tingkah, wajahnya memerah malu-malu. Wush wush Chana mengipasi wajahnya. "Agak panas disini...um...Chana haus..." ujar Chana salah tingkah. Sret Aqlam menggenggam telapak tangan Chana. "Ayo, masuk dulu, nanti kita akan panen buah-buah beri yang ada disini setelah kau minum." "Aku akan membuatkan jus raspberry untukmu, apakah kamu ingin mencoba jus raspberry buatanku?" Glung glung Chana mengangguk malu-malu. Gadis 11 tahun itu merasa agak panas wajahnya karena gugup di depan bocah yang lebih muda 3 tahun darinya. ♡♡♡ Sret Sht sht "Dengan topi ini kamu tidak akan kepanasan jika memetik buah nantinya," Aqlam tersenyum manis ke arah Chana, dia baru saja mengikatkan tali topi untuk Chana. Chana manggut-manggut tanda puas. Aqlam memandangi wajah imut Chana, manik mata biru itu selalu membuat dia tidak bisa berpaling. "Ada apa?" wajah Chana penuh dengan tanda tanya, Aqlam memandangi wajahnya. Sret sret Telapak tangan Chana menyentuh pipi dan dagunya, "ada apa di wajahku?" Aqlam tersenyum. "Kamu manis," "Ahmm!" Chana membungkam mulutnya, beberapa saat kemudian wajahnya kemerahan. Wush wush Chana mengipasi wajahnya. Dia melihat kiri dan kanan. Ada beberapa pekerja di kebun milik Nabhan, namun mereka menulikan pendengaran mereka. Mereka tidak berani ikut campur dengan urusan tuan muda mereka. Sret Aqlam menggenggam telapak tangan Chana. "Ayo, kita memetik buah beri yang ada, aku akan menunjukan beberapa jenis buah beri yang ada di kebun milik kakek buyutku." Tak Tak Tak Aqlam menggenggam tangan Chana dan menyusuri kebun di puncak milik Agri, kakek buyut dari Aqlam. "Ini adalah gooseberry, seperti yang kamu tahu sebelumnya, ini warna ungu, ada juga yang putih, total ada sepuluh pohon untuk buah gooseberry ini, yang variasi ungu lima dan yang putih lima." Sret Kep Kep Sret "Uh?!" Chana memandang ke arah Aqlam. "Ayo coba, ini gooseberry warna ungu, petikan pertama untukmu dan yang kedua untukku," Aqlam memetik dua buah gooseberry seukuran kelereng dan menyuapinya ke dalam mulut Chana. "Sruk! Um..." "Ini manis, tapi ada sedikit rasa asamnya," ujar Chana. Aqlam memasukan sebuah ke dalam mulutnya, dia mengangguk setuju dengan ucapan Chana. "Berair, it's very juicy." Kep Kep Kep Chana dan Aqlam memetik buah gooseberry lagi dan meletakannya di baskom kecil yang telah ada di keranjang anyaman. Setelah beberapa lama, mereka pergi ke pohon blueberry, di pohon itu mereka memetik lagi dan kemudian Aqlam membawa Chana ke pohon mulberry, blackberry. Disamping memetik buah-buah beri itu, Aqlam menjelaskan manfaat kan khasiat dari buah yang mereka petik. ♡♡♡ "Huuuh!" Chana membuang napas setelah mereka duduk di kursi anyaman. "Melelahkan juga yah...huuh!" Aqlam mengangguk, dia mengeluarkan sebuah sapu tangan mungil dari dalam saku celana yang dia pakai. Sret sret "Eh?! Chana bisa sendiri kok hapus keringatnya!" Chana melotot kaget ketika Aqlam me-lap keringat yang dikeluarkan dari dahinya. "Tidak apa-apa, kamu sudah lelah memetik buah dari tadi, aku yang akan melap keringatmu," ujar Aqlam. "Jangan, itu tidak baik! Keringat Chana jorok!" ujar Chana. "Keringatmu tidak jorok, itu harum," Aqlam tersenyum manis. Wajah Chana memerah, dia berusaha meraih sapu tangan dari Aqlam, namun Aqlam menghindar. "Aqlam! Nanti ada yang lihat! Chana malu!" rengek Chana. Sret Aqlam melirik kiri dan kanan. "Tidak ada yang melihat, tidak ada orang yang lewat disini." Sret Wush wush Setelah kalimat Aqlam keluar, beberapa pelayan dan pekerja yang ingin membawakan air minum dan hasil panen mereka bergegas berhaluan arah, ada yang bersembunyi. "Tapi kan ada yang mau bawa hasil panen kita," ujar Chana. "Nanti mereka lihat! Chana malu," ujar Chana. Aqlam tersenyum manis. "Memangnya kenapa kalau mereka melihat aku melap keringat istri masa depanku? Apakah mereka keberatan?" Sret Aqlam menoleh ke arah kirinya. "Apakah paman Ranjun keberatan jika aku melap keringat istri masa depanku?" Sret Glek Orang yang ditatap oleh Aqlam di pinggir bunga bougenvile itu menelan ludahnya gugup. Gleng gleng "Tentu saja tidak tuan muda, tidak ada yang keberatan," Ranjun, asisten kepala pelayan Nabhan yang ditugaskan mengikuti Aqlam dari bayi merah sampai umur 8 tahun itu hanya tersenyum senatural mungkin. "Ahm..." Chana menutup wajahnya dengan topi yang dia pakai. "Iiihh...Aqlam!" ujar Chana malu-malu. Aqlam hanya tersenyum lebar. ♡♡♡ °°° "Dimana Aqlam?" Farel, pria paruh baya yang berusia 65 tahun itu membuka suara di meja makan kediaman utama Nabhan. "Sedang turun ke sini, pa." Jawab Atika. Farel mengangguk mengerti dengan jawaban dari menantunya. Tak Tak Tak Bunyi langkah kaki mendekat ke arah ruang makan. Atika menoleh ke arah anak laki-lakinya. "Tumben sekali Aqlam, kamu lama ke ruang makan," Sret Aqlam duduk di kursi, "maaf kakek besar, nenek besar, Aqlam tadi sedang menelepon Chana, besok Aqlam harus ke rumahnya untuk merapikan kebun herbal dari nenek Momok lagi," jawab Aqlam lembut, dia tersenyum manis ke arah ibu lalu ke arah nenek buyutnya. Yang lain manggut-manggut. Sedangkan Lia, nenek yang kini sudah berusia 86 tahun itu memandangi Aqlam dengan linglung. "Uuhmm...siapa ini?" Lia bertanya bingung dengan suara rentanya. "Ini adalah Aqlam nenek besar, cicit dari nenek besar dan cucu dari kakek Farel anakmu, ayahku adalah Nibras, cucunya nenek besar." Jawab Aqlam lembut, dia tersenyum ke arah Lia. Lia manggut-manggut. "Ooh..." "Apakah aku punya anak?" Lia bertanya bingung ke arah anggota keluarganya. Sret Telapak tangan yang sudah kentara keriput sekali memegang tangan Lia yang tua. "Sayang, tentu saja kamu punya anak," Sret Agri yang sekarang telah berusia 96 tahun itu menunjuk ke arah putra sulungnya. "Dia adalah Farel, anak pertama kita," jawab Agri lembut. Lia memandang lama ke arah Farel, anaknya itu tersenyum lembut ke arah ibunya. "Aku sudah tidak ingat lagi..." suara renta Lia. "Tidak apa-apa, yang penting ingat aku saja," balas Agri. Lia manggut-manggut. Farel, Jihan, Nibras dan Atika tersenyum maklum. Lia memang sudah tidak ingat siapa-siapa lagi, berbeda dengan suaminya yang hampir seabad itu, diumur Agri yang 96 tahun, dia masih mengingat dengan jelas orang-orang yang ada di sekitarnya. "Um...maaf...aku hanya mengingat suamiku saja..." ujar Lia sedih. "Tidak apa-apa ibu, yang penting ibu sehat-sehat," ujar Farel, Jihan dan yang lainnya mengangguk membenarkan. "Tidak apa-apa jika nenek besar tidak mengingat aku dan yang lainnya, itu tidak masalah, yang penting nenek besar sehat dan bahagia selalu, itu yang Aqlam doakan untuk nenek besar dan kakek besar." Ujar Aqlam lembut. "Ooh..." Lia menoleh ke arah suaminya. "Suamiku, aku sangat suka dengan anak manis ini...dia sangat tampan...apakah dia tinggal bersama kita?" "Lia sayang, anak ini adalah cicit kita, tentu saja dia tinggal dengan kita," jawab Agri sabar. Lia manggut-manggut. Lalu dia melihat ke arah Aqlam lagi. "Apakah kamu sudah menikah?" "Uhuk!" Farel terbatuk ketika mendengar pertanyaan dari ibunya. "Ehmm..." Farel ingin memberitahu ibunya kalau Aqlam baru berusia 8 tahun. "Aqlam belum menikah nenek besar. Tetapi sekarang Aqlam sudah punya istri masa depan, namanya adalah Chana Nulaniya Basri, umurnya sekarang sebelas tahun, beberapa tahun lagi kami akan menikah," Aqlam, bocah 8 tahun itu menjawab lembut. "Uhuk! Uhuk!" Atika, ibu dari Aqlam terbatuk. Kaya menikah yang dikeluarkan oleh putranya seakan-akan mengajak seorang teman untuk bermain. "Ooh...seperti itu...aku ingin melihat istri masa depanmu..." ujar Lia sambil manggut-manggut. "Nenek besar tenang saja, dimasa depan aku akan memperkenalkan istri masa depanku kepada nenek besar. Nah, sekarang ayo kita makan dulu, setelah makan Aqlam akan menunjukan gambar wajah Chana untuk nenek besar lihat, bagaimana?" Aqlam mengakhiri percakapan di meja makan dengan halus dan sopan. Lia manggut-manggut. "Aah...benar saja...kita harus makan dulu..." Agri melihat ke arah cicitnya dan menganggukan kepalanya. "Anak yang pintar." Batin Agri. ♡♡♡ "Ini adalah foto dari Chana, ayo nenek besar lihat." Aqlam memperlihatkan buku album foto yang didalamnya sudah ada foto Chana dan dia. Lia melihat foto itu, terlihat seorang anak perempuan berusia 11 tahun tersenyum malu-malu ke arah kamera. "Waah...manis sekali anak ini..." ujar Lia takjub. Aqlam mengangguk membenarkan. "Benar nenek besar, Chana adalah anak yang manis," Lia manggut-manggut. "Suamiku..." panggil Lia. Agri yang berada di sebelah istrinya menyahut. "Aku disini Lia." Sret Lia memandang ke arah suaminya, pria yang 66 tahun ini telah menemaninya. "Suamiku...aku ingin gadis manis ini menjadi milik kita...dia sangat imut...aku suka padanya...apakah boleh?" ujar Lia lembut, wajahnya penuh dengan harapan. Farel dan Nibras yang duduk tak jauh dari mereka melirik ke arah Lia dan Agri. Mereka sedang duduk santai di ruang keluarga, ada para menantu Nabhan juga disitu, Jihan istri dari Farel dan Atika istri dari Nibras. Wajah para menantu Nabhan agak kikuk ketika mendengar permintaan nyonya besar Nabhan itu. Atika menggaruk kepalanya yang tak gatal, permintaan Lia sungguh tak terduga, sebab yang diminta oleh nyoynya besar Nabhan itu bukan barang tetapi berupa orang. Agri tersenyum lembut kearah istrinya. "Tentu saja boleh Lia sayang, gadis ini akan segera menjadi milik kita, dia akan menjadi istri Aqlam dimasa depan dan akan tinggal disini," jawab Agri. "Ah...benarkah? Aku senang..." Lia tersenyum cerah ke arah suaminya. Sret Agri memeluk sayang sang istri yang telah pikun tersebut. "Apapun yang kau suka dan inginkan, selama aku hidup, pasti aku kabulkan," ujar Agri lembut. Lia balas memeluk suaminya, pasangan tua itu saling memeluk sayang. Atika dan Jihan saling melirik sambil tersenyum kikuk melihat tingkah pasangan tua itu. Sedangkan Farel biasa-biasa saja, dia memang sudah tidak perlu bingung lagi dengan tingkah ibunya yang sudah pikun itu, dari dia kecil, dia telah mengetahui kemampuan psikologis ibunya, karena ini sang ayah sangat mencintai ibu mereka dibandingkan dengan anak-anaknya. Aqlam yang melihat adegan kakek buyutnya yang memeluk nenek buyutnya itu tersenyum bahagia. Dia beruntung bisa melihat dan merasakan kasih sayang dari kakek buyut dan nenek buyutnya. "Gadis manis itu sangat cantik...dan dia sangat imut..." ujar Lia di dalam pelukan suaminya. "Nenek besar juga sangat cantik, aku melihat wajah nenek besar tidak ada keriput besar seperti nenek-nenek yang lain." Aqlam memuji nenek buyutnya. "Ah...benarkah?" Lia menoleh ke arah cicitnya. Aqlam mengangguk. "Benar, wanita tercantik dan termanis di dunia ini adalah nenek besar." Jawab Aqlam lembut. "Oh..." Lia tersenyum. "Suamiku..." panggil Lia. "Aku disini," sahut Agri sambil memeluk Lia. "Anak ini sangat manis..." ujar Lia mengarah pada Aqlam. "Terima kasih nenek besar," Aqlam tersenyum manis. "Tentu saja dia manis, dia adalah cicit kita, cicit kamu dan aku," Cup Agri mengecup ubun-ubun istrinya. ♡♡♡ "Halo nenek besar, nama saya Chana." Chana memperkenalkan dirinya pada Lia. Lia memandang gadis cilik 11 tahun di depannya dengan tatapan penuh tanya. "Um...maaf...siapakah ini?" "Eh?" wajah Chana penuh dengan tanda tanya. "Nenek besar, ini adalah Chana Nulaniya Basri, dia adalah istri masa depan dari Aqlam." Aqlam yang berada di samping Chana memperkenalkan Chana. "Ah...rupanya kau adalah istri Aqlam..." ujar Lia bersemangat. Chana tersenyum, pipinya memerah. "Um...Aqlam itu cucuku kan?" Lia memandang bingung ke arah Aqlam. Aqlam tersenyum manis. "Nenek besar, Aqlam adalah cicit dari nenek besar, cucu dari nenek besar adalah ayah Nibras," Lia manggut-manggut. "Oh...rupanya seperti itu..." Lia memandang ke arah Chana. Sret "Ayo duduk disini, aku ingin melihatmu lebih dekat..." Lia menunjuk di sebelah kanannya. Chana mengangguk. "Baik, nenek besar," Sret Chana duduk di sebelah kanan Lia sedangkan Aqlam duduk di sebelah kiri sang nenek buyut. "Oh manisnya...ah...aku suka mata indahmu..." ujar Lia takjub ketika melihat wajah Chana dari dekat. Wajah Chana memerah karena tersipu malu. "Nenek besar juga punya mata yang indah..." puji Chana. "Ah...benarkah?" Lia bertanya antusias. Chana mengangguk. "Benar, coklat muda yang indah..." "Ah...aku menyukai gadis manis ini..." Hap Lia memeluk sayang Chana. Aqlam tersenyum senang ketika melihat nenek buyutnya memeluk Chana. Kesan pertama nenek buyutnya pada Chana sangat antusias. Dengan begini, dia tidak perlu lagi meyakinkan nenek buyutnya untuk menerima Chana. Agri melihat kedekatan antara istrinya dan Chana. Dia menganggukkan kepalanya puas. "Umur sebelas tahun kan?" Nibras mengangguk. "Iya kakek, dia sekarang umur sebelas tahun." "Aku menyukainya, dia cocok dengan anakmu," ujar Agri. Nibras mengangguk semangat. "Iya kek, dia cocok dengan Aqlam." Farel melirik ke arah ibunya dan Chana. Dia hanya manggut-manggut. Yang punya kuasa membuat keputusan adalah sang ayah, Agri Arelian Nabhan. "Dia dari Basri, kan?" "Benar kek, gadis itu dari Basri." Jawab Nibras. "Putri dari wanita yang pernah kau sukai"? "Em...ya...itu sudah lama..." jawab Nibras. "Sekarang kan aku sudah punya Atika," lanjut Nibras. Agri mengangguk mengerti. "Bagaimana tanggapan keluarga besarnya?" "Untuk sekarang semua keluarga besar dari gadis itu tidak keberatan dengan kedekatan dari Aqlam, mereka juga sudah mendengar permintaan ijin dan persetujuan dari Aqlam langsung mengenai niat Aqlam dimasa depan." Jawab Nibras. Agri mengangguk mengerti. "Aku mengerti," "Putramu menemuiku satu bulan yang lalu untuk meminta persetujuanku mengenai memperistri nona Basri dimasa depan." Farel dan Nibras memandang serentak ke arah Agri. "Lakukan yang dia inginkan selama itu menyenangkan istriku," Agri melanjutkan ucapannya. Farel dan Nibras mengangguk mengerti. Agri baru raja memberi persetujuan resmi pada Aqlam untuk mendekati Chana. Ayah dan anak itu melihat ke arah ibu mereka, terlihat Lia tertawa senang sambil merangkul Chana. ♡♡♡ Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. IG Jimmywall Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN