012

1685 Kata
Setelah Keenan menceritakkan keluarganya di sofa. Keenan lalu tiduran dipaha Keina. Sedang Keina memainkan rambut Keenan sambil menyalakan tv. "Kamu jadi nginep sini?" Keenan mengangguk tetap memejamkan matanya. Menikmati sentuhan Keina yang lembut. "Pakaian Kamu gimana?" "Ada,"santai Keenan. "Dimana?" "Ada mobil di samping rumah," "Maksud Kamu?" Keenan diam tak menjawab pertanyaan Keina. Sedang Keina mencerna perkataan Keenan.  "Mobil Kamu?" Keenan mengangguk. "Jadi selama ini Kamu diem-diem mata-matain Aku?" "Bukan mata-matain tapi menjaga Kamu sayang. Kerja otak Kamu cepet banget ya," "Jelasin!" "Jelasin apa sayang?" "Nan jelasin sekarang atau Kamu pergi darisini?" Sebenarnya Keina cuman mengancam Keenan. Toh Keina juga mulai nyaman dengan Keenan. "Iya iya. Jangan marah-marah mulu dong Sayang." Keenan bercerita tetap dengan posisinya tadi. Tiduran. "Aku tiap hari tidur di mobil buat jaga Kamu biar gak di ganggu siapa-siapa." "Hah?dari kapan?" "Dari pertama kali Aku nemuin Kamu,"jujur Keenan. "Bohong udah sebulanan sejak  pertama Kita ketemu." "Emang iya masak Kamu gasadar kalo mobil itu nggak pernah kemana-mana?"heran Keenan. "Sebenernya sadar sih tapi ya mau gimana lagi. Tapi kok Aku nggak pernah liat Kamu?" "Aku jam 11 malam baru kesini habis ngumpul sama anak-anak. Dianter Reno atau nggak Cakra nanti baliknya ya sama lagi dijemput Reno atau Cakra." "Motor Kamu?" "Aku tinggal di apartemenku," "Apartemen Kamu?" "Aku kan dulu pernah diusir dari rumah terus Aku beli apartemen. Mamah sama Papah gatau sih. Cuma Aku sama sahabat Aku yang tau  sekarang Kamu juga."jelas Keenan. "Kamu beneran?" "Bener," "Uang, makan darimana?" "Uang tiap bulan ditransfer. Kalo makan ya makan luar lah. Siapa emang yang masakin? Dirumah Mamah cuman masakin buat Rangga," "Kok gitu?" "Gatau. Aku pernah mau makan aja nggak boleh. Ya udahlah Aku makan diluar." Keina menegang ditempat. Wah bener-bener gak bisa dipercaya. Keluarga Keenan ternyata, menyeramkan. "Kalo tiba-tiba Kamu nggak ditransfer sama orang tua Kamu gimana?" "Aku punya toko distro. Lumayan buat nambah-nambah uang." "Hah?" "Aku juga mikir kayak gitu Kei. Sampai akhirnya Reno sama Cakra juga mau usaha alhasil Kita bertiga nyewa tempat sampai akhirnya tempatnya jadi punya Kita bertiga permanen sekarang." "Wahh gabisa dipercaya," "Gimana Yang, kagum nggak?" "Biasa aja!"dusta Kei. Keina sebenarnya sangat bangga plus kagum pada Keenan. Keenan terkekeh ditempatnya. "Icha tau dong kalo Reno suka ngantar Kamu kesini?" Keenan mengangguk. "Kok Dia gak bilang sama Aku?" "Nggak tau tanya aja sendiri." "Ish nyebelin awas aja Icha," "Dia juga tau usaha Kalian bertiga?" Keenan mengangguk.  "Diana?" Keenan mengangguk. "Kayaknya dikasih tau sama Cakra." "Kok cuma Aku yang gak tau?" "Kan udah Aku kasih tau sayang" "Tap…" Keenan buru buru bangkit lalu menutup mulut Keina dengan bibirnya.  "Udah gausa marah kan udah Aku kasih tau" Keina masih cemberut,lalu mengangguk menuruti. "Kamu lucu ya kalo gitu" Keina tersipu. Sial. Udah berapa kali Dia tersipu karena Keenan hari ini?. "Oh ya sekarang gantian Aku yang nanya" "Apa?" "Orang tua Icha deket banget sama Kamu?" "He'em. Malah kadang suka nasihatin Aku kayak anaknya sendiri." "Rasanya seneng banget. Aku nggak pernah dapet perhatian juga dari Mama sama Papa," "Aku tau," "Kamu tau darimana?" "Dari Reina," Keina tertegun. Reina. Kakaknya?. "Kak Rei?" "Iya. Dia yang cerita dulu. Pas Kamu ilang," "Kak Rei gimana sekarang?" "Gatau," "Nan Aku serius!" "Aku juga serius Kei. Aku udah gak hubungan sama Dia." "Terakhir kali kapan?" "Pas Dia bilang suka sama Aku," "Kamu gimana?" "Kan Aku udah bilang sama Kamu. Aku setia kok tenang aja. Kamu cemburu?" Keina menggeleng. "Bukannya Aku egois atau gimana. Tapi Aku cuma mikir anak Kita." "Aku kan udah bilang bakal tanggung jawab Sayang" Keina mengangguk. "Iya. Udah minggir dulu" "Mau kemana?"tanya Keenan sambil bangkit.  "Masak buat Kamu. Sana ambil pakaian Kamu. Terus mandi," Keina lalu berjalan menuju dapur. Tanpa Dia tau kalo Keenan tersenyum senang saat diperhatikan.  Keenan lalu beranjak  mengambil pakaian yang telah Ia sampaikan dimobil yang menunggu untuk moment ini. Sekembalinya dari ngambil pakaian, Keenan mendekati Keina yang sedang meracik bumbu. Memeluknya dari belakang. "Nan minggir!" "Bentar Kei,"kata Keenan nyaman dengan posisinya. "Keenan minggir Aku nggak bisa gerak ini!" "Aku bakal minggir kalo Kamu kecup Aku," "Nggak!" "Yaudah," "Nan minggir!" "Enggak kan Aku udah bilang," Keina lalu membalikkan badannya.  Chup. Seperti kunci, pelukan Keenan langsung terlepas setelah Keina mengecupnya. Keenan langsung pergi ke kamar mandi. Sedang Keina menggelengkan kepalanya. Keina berdoa ini adalah awal bahagia Mereka. Keina hanya ingin hidup bahagia tanpa rasa sedih dalam hati yang Ia tahan. Ia hanya ingin menampilkan dirinya yang asli. Hanya itu. "Kalo Kamu tidur sini mau tidur dimana?" Keina sedang makan dengan Keenan diruang makan.  "Kalo Icha sama Diana kesini tidur dimana?" "Kasur," "Yaudah…" "Yaudah apa?"kerut Kei melihat Keenan yang menjawab santai sambil menopang dagu menatap Keina dalam. "Ya Aku tidur kasur lah," "Nggak!" "Kenapa lagian Aku nggak bakal ngapa-ngapain Kamu tenang aja," "Siapa lagi yang mau Kamu apa-apain. Pede banget!"jawab Kei menohok membuat Keenan cengengesan. "Pokoknya Aku tidur kasur!" "Terserah Kamu aja!" Keina lalu beranjak membawa piring kotor bekas Mereka untuk mencucinya. "Nan," "Hm?" Keenan sedang mainan hpnya dikursi makan lalu menatap punggung Kei yang tengah mencuci diwatafel sekilas. "Keluarga Kamu gimana?" "Kan Aku udah bilang nggak perlu dipikirin nggak penting!" "Bukan. Kalo keluarga Kamu tau Aku hamil gimana?" Keenan beranjak dari duduknya. Meletakkan hpnya lalu mendekati Keina yang sudah selesai mencuci piring. "Gausa dipikirin kasian anak Kita," Keenan lalu mengangkat tubuh Keina bagai kapas, ringan beut. "Ahh Nan!"teriak Kei memukul punggung Keenan kaget. "Santai aja sayang." Keenan lalu membawa Keina kekamar. Menidurkan Keina diranjang.  "Good night," Keenan lalu merebahkan tubuhnya disamping Keina.  Namun Keina malah beranjak dari tidurnya. Inilah yang Keenan tak suka dari Keina yang sulit diterawang apa yang ingin Ia lakukan.  Keenan hanya memperhatikan Keina yang membuka lemari pakaiannya. Pakaian Keenan? Ada dikoper yang Keenan bawa. Belum dibenahi karena Keina masih ragu dengan keputusan Keenan yang malah bilang mau tinggal disini. Keenan menyeringai saat Keina memakai sesuatu.Keenan terkekeh ditempat membuat Keina membalikkan badannya. "Kenapa?" "Itu…." Tunjuk Keenan ke arah pakaian yang baru Kei kenakan. Keina menundukkan kepalanya melihat apakah ada yang salah. "Kenapa?" "Itu punyaku,"katanya geli. Benar kata Icha hoodienya ada pada Keina. "Hah?" Keenan makin tertawa di tempatnya.  "Itu hoodie Ku Sayang. Makannya Aku cari nggak ada ternyata Kamu curi." Wajah Keina merah. Antara malu atau kesal. "Aku nggak nyuri ya! Kamu nggak inget yang udah Kamu lakuin ke Aku?!" Keina membela dirinya. "Emang Aku ngapain?" "Kamu kan ngerobek pakaianku. Kamu nggak inget? Hah Aku jadi ragu. Udah berapa cewek yang Kamu tidurin?" Keenan beranjak dari kasur. "Hei jangan ngomong gitu. Kamu yang pertama. Aku belum pernah nglakuin sama cewek lain. Cuma Kamu, itu juga karena mabuk kan," "Kamu nggak ikhlas?"tanya Kei sedikit emosi. "Apa?"tanya Keenan tak paham. "Nada Kamu kok kayak nggak ikhlas gitusih. Kamu beneran mau tanggung jawab?" "Keii udah berapa kali Aku bilang. Aku bakal tanggung jawab!"kata Keenan frustasi. "Kamu kesel sama Aku?" Keenan menggeram didepan Kei.  "Nggak Kei. Aku nggak kesel sama Kamu,”tahan Keenan. "Kamu bohong," "Kei!" "Pergi sana," Keina mengibas-ibaskan tangannya ke udara. "Kamu ngusir Aku?" "Iya. Udah pergi sana!" "Oke Aku pergi!" Keina menatap tak percaya pada Keenan yang benar-benar pergi dari kamar. "Nan!" Keenan tak menyauti Keina. Dia sudah lelah dengan kelakuan Keina.  "Terserah Lo. Gue juga gak butuh pertanggung jawaban dari Lo!"teriak Kei frustasi. Keina lalu mengucapkan sumpah serapah tak jelas untuk Keenan. Namun Keenan tetap tak kembali ke kamar. …. Keina mengerjapkan matanya pelan. Lalu matanya mencari seseorang disampingnya.  Aku lupa. Kemarin kan Dia pergi Keina lalu bangkit dari ranjang berencana membereskan kekacauan cafe karena kejadian kemarin. Saat sampai dibawah Ia tak percaya pada apa yang Ia lihat. Cafenya rapi,tak ada satupun yang kacau. Apa Keenan yang beresin? Keina tak mau pusing-pusing memikirkan siapa yang membereskan. Karena Ia yakin kalau orang itu adalah Keenan. Keina lalu menuju atas berniat mengambil kunci pintu cafe. Ada dua kunci cafe disana,untuk berjaga-jaga jikalau satunya hilang. Namun saat Kei membuka laci nya tak ada satupun kunci didalam.  ….. "Bang!" Icha memanggil Keenan yang berada dibelakang sekolah bersama Reno yang sedang bercerita entah apa. "Jadi Lo nginep sana kemarin?" "Nggak!" "Gue nggak disapa Yang?" Reno menatap Icha dengan datar membuat Icha cengengesan. "Ehh pagi Yang," Sapanya yang hanya mendapat gumaman dari Reno.  "Udah Gue mau ke kelas minggir" "Ehh bentar dong Bang!" Icha menarik lengan Keenan yang akan pergi membuat cowok itu kembali lagi ke tempat. "Ehh sorry," Icha buru-buru melepas tarikan tangannya dari Keenan. "Ehh kenapa nggak jadi Bang?" "Gue diusir," "Hah?kok bisa? Lo ngelakuin kesalahan paling," Tuduh Icha yang mendapat tatapan tajam dari Reno. Sebuah kode. Jangan buat Keenan marah. "Apasih Yang,"Protes Icha menghiraukan kode-kodean dari sang kekasih. Icha kan lola masak dikodein. "Lo ngelakuin kesalahan ya Bang?" "Nggak." "Masak sih Kei ngusir Lo. Keina itu orang tersabar yang pernah Gue kenal Bang. Sumpah." Kata Icha sambil menunjuk pose  peace dengan tangannya. "Tapi emang sih. Pas Dia hamil bawaannya marah terus."lanjut Icha lirih namun terdengar Keenan dan Reno. "Lagian Kei kan lagi hamil masak Lo tinggal sih. Tau gitu kemarin Gue nginep sana!"sungut ICHA. "Lagian kan Lo yang ngami.." Reno cepat-cepat membungkam bibir Icha dengan tangan besarnya. Icha  kalo nggak dibekap nggak bakal bisa diem. "Yang nanti kalo ada yang denger gimana. Ngomong asal njeplak aja!"sungut Reno pada sang kekasih. "Iya-iya sorry deh. Eh Kei buka cafe sekarang? Gimana kalo ada yang macem-macem lagi sama Dia? Gue pulang aja deh ya" Icha nyerocos lalu berniat pergi darisitu. Namun tangannya dicekal Reno. "Mau bolos Yang?" Icha mengangguk polos yang langsung mendapat sentilan didahinya dari Reno. "Ahh sakit tau,"protesnya sambil mengusap dahi yang dicentil Reno. Reno tertawa kecil lalu ikut mengusap dahi Icha yang baru Ia sentil karena gemas. "Ngga bakal ada yang macem-macem,"ucap Keenan datar membuat Icha dan Reno yang sedang romantisan menoleh. "Maksudnya?" Keenan memperlihatkan 2 kunci dari saku celananya. "Kuncinya ada di Gue. Dia gabakal bisa buka café, kecuali dobrak pintunya." Icha tersenyum girang menatap Keenan yang dengan santainya memperlihatkan kunci milik Kei. "Wahh pinter banget Lo Bang. Kagum Gue sama Lo,"ucap Icha sambil menatap penuh damba pada Keenan hanya menaik turunkan alisnya pada Icha. "Yang!"protes Reno lalu merangkul Icha mesra. "Udah Gue mau ke kantin males liat Lo berdua kek gitu." Keenan langsung berlalu meninggalkan Icha dan Reno yang sedang kasmaran.  'Tidak akan ada rasa bahagia jika tak ada rasa sedih. Karena dua-duanya satu paket'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN