Bab 5. Perhatian Pak Boss

1125 Kata
Usai casting itu. Chandra mengambil langkah untuk pulang. Namun ucapan yang sudah ia dengar terus terngiang-ngiang di pikirannya. Luna mengantarnya hingga ke depan kantor sembari membawa jas milik Chandra. "Luna, kamu kenal lama sama orang yang namanya Dodi itu?" "Iya, kita udah kenal dua bulan yang lalu, dia dulu bintang iklan juga figuran di Winardi entertainment, entahlah apa yang bikin dia pindah ke PH lain," jawab Luna. Chandra agak tidak enak hati dan khawatir akan sikap wanita itu. Luna memang ramah pada semua orang, senyum dan tubuh seksinya mampu menghipnotis para lelaki.  "Lain kali, hati-hati kalau kenal pria lain, ya? Jangan sembarangan lagi. Oh iya, nanti aku pasti bakal ajak kamu ke villa di kampung halaman orang tuaku," tandas Chandra. "Pasti dong," kata Luna, ia tersenyum dan melambaikan tangan ketika Chandra mulai melaju kencang. Tiba di rumah saat sore hari. Chandra masih kepikiran soal ucapan kedua orang itu. Ia merasa keberatan juga jika salah satu dari mereka lolos casting. Ada perasaan tidak sreg ketika harus berhadapan dengan orang yang sempat merendahkannya.       "Hallo, selamat sore Pak boss." Nirmala menyambut Chandra dengan gembira. Menyajikan makanan yang banyak dan senyuman merekahnya.  Namun, Chandra tampak biasa saja, bersikap dingin dan mulai ada rasa iba pada gadis itu.  "Pak boss mau makan apa? Ada rendang, soto, nasi goreng atau buah atau jus atau rujak atau--"  "Nirmala, ini udah cukup," potongnya. "Kalau begitu selamat makan, ya Pak boss. Silahkan habiskan makananya, saya mau ke dapur dulu belum selesai di sana," pamitnya.   Baru saja tiga langkah berjalan, Chandra memanggilnya. "Nirmala, sini kamu," pintanya. Nirmala mendekat pada majikannya itu. "Kalau boleh tahu siapa nama saudara tiri kamu itu?" "Yang cowok namanya Dodi, orangnya urakan, sombong, galak, sukanya nyuruh saya buat nyuci pake tangan, kalau gak bersih dia lempar bajunya ke wajah saya. Kalau yang cewek namanya Lena Setiani, orangnya suka hedon, ngabisin duit juga," jawabnya. Chandra memakan sesuap nasi. Sebelum menelan makanan itu ia termenung. "Nirmala dalam bahaya," batinnya. "Saya mungkin menghindari diri dari mereka, kalau saja menampakan diri lagi mungkin mereka paksa saya pulang dan jadi pembantu lagi, mana ada yang jadi ART tanpa gaji. Saya capek duluan deh," keluhnya. "Ya sudah, kamu kan kerja di sini," kata Chandra. Nirmala merasa diperhatikan oleh majikan barunya itu. Tak disangka pak boss yang ganteng juga perhatian padanya. "Kalau gak salah saudara tiri kamu barusan ikut casting," kata Chandra. "Casting? Buat film? Ya ampun, aku harus apa, ya? Tapi, pak jangan kasih tahu kalau saya tinggal di sini, ya? Please!" Chandra menatap pandangan mata gadis itu, ia lihat dari raut wajahnya saja sudah mencerminkan kekhawatiran, ia pun semakin iba ketika melihat gadis itu memohon minta tolong dengan wajah memelasnya.. "Kan udah janji mau bongkar kejahatan mereka secara sembunyi," kata Nirmala lagi. "kalau sudah ada bukti kan bisa kita laporkan ke polisi, terus saya bayar hutang ke Pak Hendra, kalau saya ketahuan sama mereka, kapan majunya." "Kita cari cara biar kamu selamat, mereka sekarat, sekarat duit. Kan udah Papa gue bilangin, kita gak punya hukum bagi orang baik," kata Chandra. Nirmala sungguh terharu, tersentuh dengan ucapan Chandra yang seolah memperhatikannya. Air matanya berlinang sembari menatap majikan tampannya itu. "Kenapa?" "Pak boss, makasih, ya? Saya terharu, kita kerja keras dan semangat!" "Iya semangat," sahut Chandra lembut. Nirmala meninggalkan Chandra. Ia lalu masuk kamarnya dan mengambil sebuah foto orang tuanya di laci. Ia menangis haru. Foto itu diciumnya lalu ia dekapkan di dadanya. "Ibu, ayah. Aku di sini baik-baik saja. Jangan cemas, ya. Tuhan kirim malaikat yang baik untuk Nirmala yang malang ini. Jangan cemas ya ayah, ibu." Saat malam hari tiba. Chandra mengajak Nirmala dan bi Mumun ke belakang rumah. Ia disuruh mengacak-acak taman hingga tanaman rusak dan tanah yang hancur. Sontak ini buat pikiran mereka bingung, apa siasat boss melakukan semua ini. "Nirmala, mana baju bekas kamu jatuh ke jurang?" Tanya Chandra  "Ini," jawabnya sambil ia tunjukan. "Pake, penampilan harus kayak kemarin!" Pintanya. Lima menit kemudian Nirmala muncul lagi. "Kamu tiduran di sini! Harus berpose layaknya orang mati, nanti aku foto," kata Chandra. Nirmala hanya menuruti kata-kata boss itu. Ia terlentang dengan rambut menutupi wajahnya dan bi Mumun sedikit mencoret lipstik merah di pipinya agar terkesan berdarah. Chandra mengambil beberapa foto itu, ia edit dan membuat akun sosmed palsu. "Jadi foto saya mau di apakan?" "Mau aku posting, biar ada berita," sahutnya. "Biar ada berita kalau aku udah mati?" "Iya, kalau kamu ketahuan udah mati mereka pasti senang, kalau kamu masih hidup mereka bisa jadi bahaya buat kamu, ngerti!" Chandra memposting semua mereka foto tersebut di akun palsunya. Ia tertawa terbahak-bahak sambil berkata," yes yes yes, selesai. Ingat! Janji kamu mau bongkar semua kejahatan mereka." Nirmala mengangguk pelan.  "Iya, Pak boss. Saya janji mau bongkar semua rahasia mereka sampai berhasil. Semangat!" Tapi Chandra mendadak lesu dan suram. Ia teringat kejadian saat mau casting ketika Luna melambaikan tangan kepada Dodi. "Tapi, gue cemburu, cewek yang gue taksir kayak tertarik banget sama Dodi, gimana kalau gue gagal rebut hati dia, ya?" "Pak boss, gimana kalau kita kerjasama bukan sekedar bongkar kejahatan mereka tapi juga soal asmara. Pak boss berusaha rebut hati Luna dan aku mau hancurin si b******k Dodi itu, gimana?" "Ide bagus," sahutnya. "Pak boss, semangat! Ayo semangat!" Nirmala tersenyum merekah dan memesona pandangan chandra. Semangatnya begitu kencang dan energinya semakin membaik. "Iya, semangat!" "Yeaaaayyyy" Hatinya begitu bahagia ketika Nirmala mendapati sosok yang peduli padanya. Tak disangka, ternyata manusia tampan yang menolongnya akan menjadi pelindung baginya.   "Pak boss, saya tidur dulu, ya. Selamat malam," pamitnya.  Sebelum tidur, Nirmala meminum obatnya dari dokter. Ia disambangi oleh bi Mumun dan duduk di sampingnya. "Kata dokter gimana?" "Aku cuma luka lebam aja, bi," jawabnya. "Untungnya aku baik-baik saja, gak kurang apapun." Nirmala merasa amat bahagia karena Tuhan telah mengirimkan orang baik saat dirinya terpuruk. Ia lalu mengintip dari celah pintu dan mendapati Chandra melewati kamarnya.  "Ganteng, ya? Kalau saja pacarku kayak Pak boss, baik hati, kaya juga suka menolong, bahagia bukan main," batinnya. Nirmala teringat kembali tatapan mata ayah dan ibunya waktu dulu masih bahagia hidup bertiga. Ibunya yang selalu ada di sisinya dan ayah yang selalu ada untuk membelanya. Dalam bayangan itu terselip ketenangan kala mengingat wajah dan senyuman mereka.  Seketika bayangan masa lalu dengan saudara dan ibu tirinya muncul. Di mana ia sempat ditampar, didorong, dikucilkan, bahkan kelaparan karena tak diberi makan. Air matanya terpancing, ia terisak-isak lagi. "Kenapa?" Tanya bi Mumun. "Biasa, bi. Saya ingat masa lalu yang buruk," jawabnya. "Jangan dipikirkan terus, kan Tuhan sudah bawa Neng Nirmala ke tempat yang lebih baik lagi. Di sini kamu aman, tahu gak? Den Chandra itu pahlawan lo, meski suka hamburin duit juga masih suka main cewek, itu sih dulu sekarang kadang-kadang," kata bi Mumun. "Jadi dia bisa bela kamu juga." "Aku mau tidur dulu, bi. Bibi mau tidur sama aku gak?" "Kan bibi tidurnya di kamar sebelah," jawabnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN