Hailey membuka pakaiannya hingga menyisakan tanktop sambil melihat bekas tembakan yang menutup dengan sendirinya dan mengeluarkan besi kecil dari perutnya. Tidak perlu menggunakan rompi anti peluru karena tubuhnya dapat menyembuhkan luka dengan cepat.
Vampir memang tidak mudah di lukai apalagi dengan senjata biasa yang manusia miliki. Luka di bagian perut Hailey tertutup dengan sempurna seakan tidak pernah ada luka di sana.
Di tatap lama peluru kecil di telapak tangan Hailey.
"Bagaimana bisa manusia menganggap benda kecil ini dapat membunuhku" lalu di lemparkan ke dalam tempat sampah.
"Pria sombong. Sekarang kau adalah targetku" Hailey mengepalkan tangannya.
Hailey sedikit berlari ke salah satu ruangan begitu dia sampai langsung saja membuka pintu tanpa mengetuknya.
"My brother. I miss you today" seru Hailey.
Aland memutar bola matanya
"Mau apa lagi?"
"Biarkan aku mencium mu"
Aland segera mendorong wajah Hailey.
"Kau sudah besar Hailey. Bersikaplah sesuai dengan usiamu"
"Tapi aku ini kan adikmu" protes Hailey sambil menghalangi tangan Aland. Aland menghindar lagi.
"Dasar manja. Kau pikir aku ini bonekamu. Sana! cari saja pria lain!"
Hailey memanyunkan bibirnya "Dulu kau begitu ingin menciumku tapi sekarang saat aku ingin mencium mu kau malah menghindar"
Aland menghela nafas rendah "Itu beda Hailey. Dulu kamu masih kecil tapi kamu sekarang adalah wanita dewasa meskipun aku kakakmu kau tidak bisa melakukan hal sesuka hatimu"
"Awas saja kau ya. Oh ya apa yang kamu lakukan" Hailey mendorong Aland dan mengambil alih mac yang Aland pakai.
"Pergilah dan jangan menggangguku! jangan sampai proyek besar yang sudah aku susun malah kau hancurkan"
"Kenapa kau begitu marah? Aku hanya melihat"
"Hobimu hanya mengacau saja Hailey. Mana ada pria yang akan menyukaimu dengan sifatmu seperti ini"
"Aku tidak peduli. Aku hanya akan mencintai kakak kakak tercintaku saja" Sambil memeluk lengan Aland manja.
Aland memutar tangannya di udara. Hailey melotot.
"Apa yang kamu lakukan?" Hailey tidak bisa menggerakkan badannya.
Aland memijit keningnya "Keberadaanmu sekarang hanya akan mengganggu. Kembali saja ke kamarmu. Sekarang bukan waktunya untuk bermain" aland menjentikkan jari dan Hailey sudah ada di kamarnya kembali.
"Aaa... Dasar menyebalkan" Teriak Hailey sambil menyilangkan kedua tangan di depan perut.
Hailey meraih jaket kulitnya kemudian berjalan ke arah motor sport hitam yang jarang terpakai.
Berhubung kedua mobilnya sedang bermasalah tidak apa-apa kan memakai motor?
"Gabriel apa kau bersama sarah" Ucap Hailey lewat sambungan telfon.
"Tidak. Aku masih ada di sky night sekarang" jawab gabriel.
"Jangan kemana-mana aku akan ke tempatmu sekarang" Hailey mematikan sambungan telpon sepihak lalu bergegas mengendarai motor dia.
"Siapa?" tanya rekan Gabriel.
"Teman" Sahut gabriel sambil meneguk minumannya.
"Gadis pucat itu lagi" Ucap Karl si bartender dengan nada mengejek. "Dia terlihat seperti gadis lemah kenapa kau tidak menghabiskan malam dengan nya"
"Jangan mengatainya Karl. Kau belum mengenalnya jadi jaga kata-katamu"
Karl tertawa singkat "Sepertinya kau tertarik pada wanita itu"
Gabriel tidak menjawab. Tepukan di bahunya menyadarkan dia.
"Hai Gab!" Sapa Hailey langsung duduk di sebelah Gabriel. Sekilas Hailey menatap tajam ke arah Karl yang langsung ketakutan. Gabriel berdecih melihatnya padahal beberapa waktu lalu bersikap sok berani.
"Tidak biasanya mencariku"
"Hanya butuh teman" Sahut Hailey dan merebut gelas minuman gabriel.
"Ini sangat larut bagi seorang wanita keluar rumah" Gabriel meminta Karl mengisi gelasnya lagi.
Hailey mengedikkan bahu "Siang atau malam bagiku sama saja" Sekali lagi Hailey merebut minuman Gabriel.
"Jika kamu ingin minum pesan sendiri bukan menghabiskan punyaku" Protes Gabriel mengambil gelas yang sudah kosong di tangan Hailey. Hailey tertawa.
Gabriel menggelengkan kepala.
"Apa ada yang membuatmu kesal lagi?"
"Aku hanya ingin mencari udara kebebasan"
Gabriel melihat ke arah belakang Hailey
"Apa kamu datang dengan seseorang?"
"Aku datang sendiri. Memang kenapa?"
Gabriel mengode. Gadis itu menoleh, terkejut saat melihat pria yang dia benci sudah berdiri di depannya.
"Kenapa kau ada di manapun aku pergi!"
"Bagaimana lukamu" Elias mengabaikan protes Hailey.
"Bukan urusanmu" Mengabaikan Elias. Hailey meneguk minumannya lagi.
"Apa lagi. Hei! Turunan aku. Apa kau sudah gila!" teriak Hailey. Elias terlihat seolah tidak dengar.
Gabriel tak dapat melakukan apapun saat Hailey di bawa paksa dengan cara yang sedikit kasar. Lebih tepatnya seperti karung beras. Apa lagi ada dua orang berbadan besar tengah menghalanginya mengejar Hailey.
"Apa kau bisa diam. Aku hanya khawatir dengan lukamu"
"Apa pedulimu?"
Elias melemparkan Hailey ke dalam mobil.
"Tapi sepertinya kau terlihat baik-baik saja"
"Jika memang kenapa kamu membawaku. Tenang saja aku tidak akan membocorkan pekerjaan busukmu jika itu yang kau takutkan" Hailey memalingkan wajahnya.
Elias tersenyum tipis.
"Jalankan mobilnya" perintah Elias pada supir dia.
"Kamu menculikku?"
Elias menoleh "Jika aku menculikmu apa kamu akan tetap diam atau akan melawan seperti yang kamu lakukan tadi sore?"
"Ku pikir ini lebih bagus di sebut dengan menyerahkan diri" lanjutnya.
Hailey baru sadar. Apa yang dia lakukan. Padahal bisa saja dia dengan mudah menghabisi Elias saat ini juga. Namun yang dia lakukan justru malah seperti anak kucing yang di beri makan.
Tapi ini mungkin akan memudahkan bagi Hailey untuk mendapatkan informasi lebih dari Elias.
Lelaki ini tidak mudah. Hailey harus perlahan melakukan pendekatan atau Elias akan mengetahui siapa dia sebenarnya sebelum misinya ini selesai.
"Kamu akan membawaku kemana?"
"Menjadikanmu salah satu anggota ku"
"Kamu pikir aku mau"
Elias tertawa namun terdengar begitu mengerikan "Aku sudah tau kamu akan menolaknya"
Hailey mengerutkan dahi. Tidak mungkin lelaki ini akan mengancam tentang keluarganya kan?. Jika benar itu artinya dia sendiri yang cari mati di sarang vampir.
"Kamu punya bakat. Rugi kalau aku langsung membunuhmu"
"Jadi apa ini artinya kamu sedang memujiku?'
"Menurutmu?" Elias menaikkan sebelah alisnya menatap Hailey.
"Aku tidak akan pernah masuk ke dalam gang mu"
"Aku berubah pikiran. Dari pada memasukkan kamu ke dalam gang ku bagaimana kalau kau jadi salah satu wanitaku"
"Hanya ada dalam mimpimu" Hardik Hailey. Elias tersenyum penuh arti.
"Tadi aku melihatmu terluka. Tidak mungkin luka itu sembuh begitu cepat"
"Hanya goresan"
"Tidak mungkin goresan membuat darah keluar banyak. Biarkan aku melihat lukamu"
"Kurang ajar" Hailey menggeplak kepala Elias saat akan membuka baju bagian kirinya "Apa yang kau lakukan bodoh!"
Elias memegangi kepalanya. Baru kali ini ada wanita yang begitu berani memukulnya. Tatapan Elias begitu mematikan. Tapi Hailey tidak peduli.
"Kembali ke apartemen" Perintah Elias pada supirnya.
Begitu tiba di apartemen Elias mendorong Hailey ke dinding sambil menekan kedua tangannya.
Hailey menginjak kaki Elias lalu memutar badan lelaki itu dan mengunci kedua pergelangan tangan Elias di balik punggungnya kemudian menjatuhkan Elias ke lantai.
"Tidak mudah mengalahkanku" Ucap Hailey setelah berhasil melumpuhkan Elias.
Elias tertawa. "Ingin bermain denganku" Tawarnya. Beberapa detik berlalu sekarang Hailey sudah dalam kuncian Elias.
"Fu*k you!" umpat Hailey entah bagaimana caranya Elias mengembalikan serangan begitu cepat.
"Kau kucing liar yang menggoda. Sangat jarang menemui wanita seperti mu" Elias mengendus tengkuk Hailey. Hailey meremang tanpa sadar memejamkan matanya.
"Ini mustahil jelas jelas aku sendiri yang melihatmu terluka tadi" Elias menutup bagian baju Hailey lagi.
Sial! Hailey terlalu santai hingga tidak menyadari gerakan Elias melihat bekas lukanya.
Bagi manusia normal pasti terkejut melihat luka yang bisa sembuh total hanya dalam waktu kurang dari 5 jam. Apa lagi itu adalah luka tembakan.
Elias melepaskan Hailey. Hailey mendorong nya refleks.
"Bagaimana mungkin?" ucapnya lagi.
Hailey membersihkan debu yang menempel di bajunya. "Itu bukan darah. Aku sengaja membawa cairan berwarna merah untuk mengelabui musuhku" Bohongnya dengan mulus.
Elias menyentuh dagu Hailey untuk menatapnya "Aku masih belum tau siapa kau sebenarnya. Tapi caramu lumayan licik juga"
Hailey menepis tangan Elias darinya.
"Siapapun diriku sama sekali tidak ada urusannya denganmu"
-----
"Hailey ini hampir dua minggu. Bagaimana hasil penelusuranmu?" Tanya Dylan.
"Belum ada" Jawab Hailey sesingkat mungkin.
"Jika sudah ada kemajuan silahkan langsung datang ke ruanganku aku sangat menanti informasi yang akan kamu berikan"
Hailey menatap bahu lebar Dylan yang berjalan keluar melewati pintu kayu berwarna hitam. Dia menghela nafas rendah. Dia juga bingung kenapa menyembunyikan identitas Elias? Biasanya Hailey selalu terbuka dengan Dylan tak satupun yang Hailey tutupi tentang informasi yang sudah dia dapatkan.
"My Queen!" Seru Rehan. Hailey menatapnya malas.
"Ada apa dengan wajahmu. Kusut sekali" Rehan mencubit sebelah pipi Hailey.
"Aku hanya bingung"
"Apa yang membuat seorang Hailey merasa bingung. Coba cerita aku akan jadi pendengar yang baik" Rehan berhenti tepat di depan Hailey. Hailey lebih memilih melewati Rehan begitu saja.
"Mulai hari ini aku akan jarang datang ke kantor ini"
"Kenapa?" Rehan mensejajari langkah Hailey.
"Aku sudah menemukan orang yang ku cari. Lebih baik ku selesaikan misi ini dengan cepat Karena sekarang kebebasanku terbatas. Dia mengikutiku kemanapun aku pergi"
"Terdengar berbahaya" ucap Rehan dengan nada begitu santai.
Hailey mencengkeram kerah baju Rehan "Dengar. Dia bisa saja mengetahui siapa aku sebenarnya. Selain seorang agen rahasia aku juga adalah--"
"Kalian bertengkar!" Tegur Dylan sambil membawa cangkir kopi. Hailey melotot nyaris saja dia keceplosan mengatakan vampir di depan Dylan.
"Kami hanya sedang bermain" Rehan segera merangkul leher Hailey untuk mengalihkan suasana.
"Syukurlah aku pikir kalian sedang bertengkar" Dylan melewati mereka. Secara kompak Rehan dan Hailey menghela nafas lega.
"Lain kali jangan sampai asal bicara lagi"
Hailey mengangguk untuk menanggapi.
"Aku hampir mati rasanya" Gumam dia.
Hailey memilih duduk dan menghabiskan waktunya di sebuah mini bar milik Gabriel.
Namun Gabriel justru menimbunnya dengan berbagai macam pertanyaan. Dari mulai siapa pria yang membawanya tadi malam dan masih banyak lagi.
Tapi Hailey justru lebih memilih menyembunyikan kepala di balik lengannya.
"Kamu bisa meminjam salah satu kamar di sini jika mengantuk" ucap Gabriel.
"Tidak perlu. Aku hanya pusing tadi malam terlalu banyak minum" Sahut Hailey.
Gabriel terkekeh "Kamu sangat pandai berbicara Hailey. Dua gelas saja tidak akan membuatmu mabuk" Lelaki itu menggeleng pelan. Hailey memainkan ujung rambutnya sambil memperhatikan Gabriel membuat sesuatu.
Namun matanya tanpa sengaja melihat sebuah titik berwarna merah di kepala Gabriel yang Hailey tau adalah sebuah titik fokus.
"Gab!! Merunduk" Teriak Hailey.
Gabriel belum sempat menoleh saat Hailey menubruknya. Kaca jendela besar milik Gabriel hancur berantakan.
"Apa yang terjadi?" Gabriel belum sepenuhnya sadar. Hailey masih berada di atas tubuhnya namun memandang ke satu arah.
"Sialan. Sekarang dia mengincarmu juga" Hailey segera bangkit. Sebuah mobil hitam terlihat bergegas meninggalkan pelataran Gabriel.
"Gabriel carilah tempat yang aman selagi aku mengejarnya" Gadis itu melompati bekas kaca jendela yang pecah dan segera menstater kendaraan bermotornya.
"Hailey apa yang kau lakukan!" seru Gabriel. Tapi percuma Hailey sudah menjauh.
Kecepatan motor yang Hailey kendarai menunjukan angka 120 km/jam dan terua bertambah. Mengejar mobil hitam di depan yang melaju kencang.
Seseorang terlihat sebagian tubuhnya melonggok keluar dengan membawa senjata api.
"Kenapa kau tidak cepat menembaknya" Seru salah satu orang yang ada di dalam mobil hitam tersebut.
"Benda ini tidak berguna" Lelaki yang mengeluarkan senjata tajamnya tadi kembali masuk ke dalam mobil. Hailey tersenyum miring, ini lah gunanya ia punya kekuatan yang istimewa.
"Apa yang kamu lakukan. Tambah kecepatan dia semakin dekat dengan kita"
Hailey menghentikan motornya saat mereka sudah berada di tempat yang sepi.
"s**t! Remnya tidak bisa di gunakan"
"Dasar bodoh!"
"Cepat hentikan mobilnya!"
Hailey menyangga kepalanya di atas helm sambil menonton. Membiarkan orang orang yang berada di dalam mobil hitam tersebut kalang kabut.
"Ini balasan nya jika kalian berani menggangguku" Hailey tersenyum miring saat ledakan besar terjadi tak jauh dari tempatnya. Gadis itu kembali memakai helmnya lalu pergi.
"Gabriel apa kau baik baik saja" Hailey datang ketempat Gabriel lagi.
Gabriel menyentuh kedua bahu Hailey lalu membalik ke kiri dan ke kanan seakan melihat apakah gadis itu terluka.
"Hhh... Syukurlah kamu tidak terluka. Hailey aku butuh penjelasan. Sebenarnya siapa mereka? Apa orang yang sama seperti yang membawamu tadi malam?"
Hailey menggeleng. Menurunkan tangan Gabriel di bahunya.
"Aku tidak tau. Untuk sementara ini lebih baik kita jangan bertemu dulu. Kau tau, banyak yang mengincar nyawaku sekarang"
"Jangan bertanya lagi karena aku tidak akan menjawabnya" Hailey menahan Gabriel yang akan mengeluarkan pertanyaannya.
Lelaki itu hanya memperhatikan Hailey yang pergi lagi bersama motornya meninggalkan sejuta pertanyaan yang kini memenuhi pikirannya.
______
To be continue
Semoga suka dan jangan lupa tinggalkan pesan di kolom komentar ^_^