Semua tim medis yang berada di ruangan itu, tertunduk lemah, khususnya dokter Kemala yang selama ini menangani dan merawat Andhini. Ia tahu jika penyakit yang tengah menggerogoti Andhini merupakan penyakit berbahaya yang bisa merengut nyawanya kapan saja. Tapi sebagai dokter, ia tentu berusaha memberikan pengobatan terbaik untuk pasiennya. “Sabar, Pak Rei. Mungkin ini memang sudah jalannya. Hidup dan mati seseorang itu murni kuasa Tuhan. Selama ini kita sudah berusaha dengan maksimal, namun Tuhan berkata lain. Ibu Andhini sudah tidak akan merasakan kesakitan lagi setelah ini,” ucap dokter Kemala berusaha menghibur Reinald. Reinald masih terisak, “Dokter benar. Tapi saya tidak sanggup kehilangan Andhini. Andhini adalah separuh dari hidup saya dan jika ia pergi, makan hidup saya pun tidak