Reaksi Rea

1504 Kata

Asri benar-benar terlihat panik. Ia terus menangis seraya menghubungi semua sanak famili. Asri terus mondar mandir bak setrikaan. Sesekali ia duduk lalu berdiri lagi. Terkadang Asri menekan layar ponselnya dengan sangat keras karena panggilan yang ia buat tidak tersambung. Atau Asri tampak emosi ketika pesan yang ia kirim hanya centang satu. Ia sampai menyugar rambutnya dengan kasar, menggigit jarinya dan mendengus kesal. “Kang … Siapa lagi yang harus aku hubungi? Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa.” Asri terduduk di kursi tamu. Beruntung Deni bisa bersikap tenang. Ia meminta bantuan beberapa warga untuk mengosongkan ruang keluarga dan menyiapkan ranjang berukuran kecil untuk tempat tidur terakhir Andhini sebelum dimakamkan. “Sayang … Kamu harus tenang. Jangan panik seperti ini. Co

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN