Lama usai anak-anak mereka tertidur. Ivan dan Kiki sedang duduk bersama di dapur sederhana pada sebuah rumah Pendeta milik gereja pusat kota. Mereka duduk saling berhadapan dengan sejumlah catatan di meja, laptop yang dipangku, dan secangkir kopi. Meja itu berserakan dengan sejumlah kertas hasil dari penemuan yang mereka lakukan di internet. Makan malam mereka terlalu singkat, terlampau sederhana, hanya menggunakan makaroni dan keju. Anak-anak mereka mempunyai pekerjaan rumah, dan kedua orang tua dari anak-anak itu sedang sibuk.
Kiki yang lebih telaten memeriksa berbagai situs di internet, masih belum mampu memverifikasi pernyataan Harry bahwa dirinya pernah dipenjara di Kanto pada tahun 2002. Catatan-catatan yang sebenarnya dibutuhkan, tidak ada di berbagai laman Pengadilan Kanto. Dia memulai dengan mencari para pengacara yang pernah terlibat dengan berbagai kasus di wilayah Kanto. Kiki mencoba menghubungi mereka. Dia berulang-ulang menyampaikan pertanyaan yang sama. Apakah anda pernah mendampingi nama itu? Sebagian pengacara yang telah dihubungi mengatakan tidak. Kiki selalu menutup dengan permintaan maaf, apabila dia telah mengganggu dan tidak ada penjelasan lebih lanjut. Sementara itu, Kiki tidak mempunyai waktu banyak untuk menelepon daftar pengacara itu satu per satu. Ada 131 pengacara yang pernah mendampingi kliennya di Kanto. Lagipula dia mengira kalau hal itu akan sia-sia saja. Dia beralih rencana untuk menghubungi kantor Panitera Pengadilan Negeri besok pagi.
Ivan duduk sambil mengamati cincin Stefa. Ivan hampir mengira kalau Harry memang menceritakan fakta yang sebenarnya. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa bisa jadi cincin itu didapatkan sebelum Stefa menghilang. Artinya cincin itu dicuri dan dijual ke toko pegadaian. Bagaimana? Ya, bisa jadi. Tapi, kelihatan mustahil juga kalau Harry membeli sebuah cincin dari pegadaian. Kedua pasangan itu berdebat selama berjam-jam. Berbagai asumsi mereka berkeliaran.
Sebagian besar permukaan meja itu dipenuhi oleh kertas-kertas hasil sebuah cetakan dari blog pribadi Minami: kamiadauntukstefa.com dan blog yang dibuat oleh pembela Furuya Satoru: bebaskanfuruyasatoru.com. Situs yang dikhususkan untuk Furuya Satoru tersebut dikelola di kantor pengacara Robert Eijun, dan kelebihan blog itu dibuat jauh lebih profesional.
Dari situs tersebut, Ivan mencari bagian terbawah yang terdapat kolom sejarah kasus dan menggulir ke bawah lagi dan sampai pada bagian inti kasus dan pengakuan terdakwa. Dilihat dari tulisan dalam situs itu, narasi yang disampaikan sangat berbeda dengan apa yang terjadi. Interogasi yang dilakukan selama beberapa jam nyaris tidak ada gangguan. Terdakwa diizinkan pergi ke toilet dan dikawal menyusuri selasar menuju sebuah ruangan guna melakukan tes poligraf.
Sebagian narasi yang disampaikan, versi pertama bermula dari laporan resmi kepolisian. Laporan ini adalah hasil dari interogasi yang dilakukan oleh Detektif Yoshio Edogawa. Dan para detektif—termasuk Detektif Bonjamin—juga bersumpah bahwa mereka mengatakan hal yang sebenarnya di catatan-catatan itu. Tidak tertera satu pun ancaman, kebohongan, janji, konspirasi yang ada dalam setiap catatan itu. Sesungguhnya bahwa adanya pelanggaran-pelanggaran hak konstitusional, intimidasi, dan sebagainya, sudah dibantah oleh para detektif itu selama di persidangan.
Sementara, versi yang kedua terdapat perbedaan yang sangat jelas. Ketika usai pencekalannya, Furuya Satoru yang didakwa karena telah melakukan penculikan, p*********n dan pembunuhan, dia perlahan-lahan mulai sembuh dari trauma kejiwaan yang dia dapat selama interogasi. Dan dia juga secara perlahan-lahan mulai menarik mundur sejumlah pengakuannya. Dia mulai berani menceritakan secara jujur kepada pengacaranya—Robert Eijun—dan juga menulis beberapa laporan terkait proses interogasi yang dia jalani. Usai menceritakan segala pengakuannya, ungkapan-ungkapan itu diketik secara lebih formal oleh seorang sekretasis hukum Eijun. Kira-kira menghabiskan sekitar empat puluh tiga halaman.
PENGAKUAN TERDAKWA
Pada tanggal 22 Desember 2001, delapan belas hari usai berita hilangnya Bella Stefa, Detektif Bonjamin, dan Detektif Yushio Edogawa langsung menyasar ke Minato Sport Center. Minato Sport Center merupakan tempat latihan bagi mereka yang kebanyakan berprofesi sebagai atlet. Furuya Satoru berlatih di sana hampir setiap sore, tepatnya sepulang sekolah. Dia berlatih angkat beban dan sedang dalam proses rehabilitasi karena pergelangan kakinya usai mengalami cedera. Kondisinya sudah sangat sehat dan dia berencana untuk mendaftarkan dirinya ke Universitas Kanto dan mencoba untuk mendaftar sebagai anggota tim futbol di tahun pertama.
Hari itu, Furuya Satoru meninggalkan klub sekitar pukul lima sore. Dia dihampiri oleh Detektif Bonjamin dan Yushio, keduanya memulai dengan memperkenalkan diri. Sikapnya sangat ramah. Kemudian dua orang itu mengajak Furuya Satoru berbicara mengenai Bella Stefa. Furuya berkenan dan Bonjamin menyarankan agar mereka sebaiknya berbicara di kantor polisi dengan alasan suasananya akan jauh lebih rileks. Tapi bagi Furuya Satoru, itu malah berlaku sebaliknya. Dia merasa gugup, di satu sisi dia juga ingin bekerja sama dengan mereka. Awalnya dia berpikir bahwa pertemuan mereka di kantor polisi akan berlangsung sebentar saja. Furuya mengikuti dua aparat penyelidik dari departemen kepolisian itu dengan menggunakan mobil van ford hijau kuno milik keluarganya dan memarkir mobil itu di lapangan parkir khusus pengunjung. Pada saat dia mulai memasuki kantor polisi, dia tidak menyadari bahwa dia sedang melangkahkan kakinya yang terakhir sebagai manusia bebas. Dia berumur delapan belas tahun, belum pernah terlibat dalam masalah-masalah menyangkut kriminalitas, serta belum pernah dimintai interogasi dari pihak kepolisian yang berkepanjangan.
Dia menulis identitasnya di meja resepsionis. Dan barang-barangnya diminta: ponsel, dompet, kunci mobil, semua dimasukkan ke laci khusus demi sebuah alasan keamanan. Yushio terlebih dahulu menawarkannya minum, mungkin dia tahu bahwa Furuya dalam keadaan gugup. Ada sebuah meja persegi panjang di tengah-tengah ruangan. Furuya Satoru dimintas duduk di salah satu sisi. Sementara Bonjamin dan Yushio duduk di sisi yang lain. Ruangan itu cukup terang meskipun tak berjendela. Di salah satu sudut, ada tripod yang menopang kamera. Namun sorot kamera itu tidak diarahkan ke Furuya. Dan sejauh yang diketahuinya, kamera itu tampak tidak dinyalakan.
Terlebih dahulu, ada pertanyaan kikuk dari Furuya Satoru. Dia menanyakan pada detektif itu mengenai statusnya. Apakah dia seorang saksi mata atau tersangka. Dan mereka memberitahu pada Furuya bahwa sesuai prosedur, terlebih dahulu bagi orang yang diinterogasi diberitahu tentang hak-hak mereka. Bukan suatu masalah besar. Hanya sekadar formalitas biasa saja.
Furuya merasa gusar, dan sedikit kepayahan. Di saat-saat seperti ini, mentalnya cukup lemah. Dia membaca setiap kata yang ada di sebuah kertas yang sudah disodorkan oleh Bonjamin. Sementara dia tidak mempunyai apapun untuk disembunyikan, dia langsung saja membubuhkan tanda tangan. Itu berarti dia telah setuju untuk melepaskan haknya untuk bungkam dan bersedia untuk didampingi pengacara. Momen itu adalah awal yang yang mematok takdir.
Orang-orang seperti Furuya-lah yang jauh lebih mudah untuk melepaskan hak mereka selama proses interogasi. Tepatnya, orang-orang yang merasa bahwa dirinya tidak bersalah. Mereka percaya bahwa mereka mampu membantu polisi untuk mempercayai ketidakbersalahan mereka. Sementara para tersangka yang bersalah, susah untuk dimintai keterangan atau tidak ingin bekerja sama.
Yushuo menulis sejumlah laporan dimulai sejak si “tersangka” memasuki ruangan.
Sebagian besar dialog dilakukan oleh Bonjamin. Dia memulai dengan membicarakan sejumlah riwayat panjang musim futbl: kemenangan demi kemenangan, kekelahan tragis, sampai pada kejadian yang tidak beres dalam pertandingan. Bonjamin terlihat tertarik dengan karier Furuya di futbol, dan dia berharap bahwa pergelengan kaki Furuya yang sebelumnya sempat cedera agar bisa secepatnya pulih. Dan Furuya juga meyakini bahwa hal itu akan terjadi sebentar lagi.
Bonjamin sepertinya juga tertarik dengan program angkat beban Furuya Satoru. Dia menanyakan berapa banyak push-up, sit-up, dan lain-lain yang bisa dilakukan Furuya. Ada beberapa pertanyaan krusial terkait dirinya dan keluarganya, perkembangan belajarnya, juga sampai pada pertanyaan terkait pengalaman Furuya Satoru dengan mariyuana saat dia masih berusia enam belas tahun. Barulah setelah sekitar satu jam membahas kehidupan personal Furuya, Bonjamin mulai menyebut-nyebut tentang Bella Stefa. Intonasi suara Bonjamin terdengar lebih tajam. Senyumannya lenyap. Dan pertanyaan-pertanyaannya lebih menyasar. Berapa lama Furuya mengenal Stefa? Apakah mereka teman baik? Siapa teman bermainnya? Siapa yang pernah menjadi pacarnya dan siapa yang sekarang menjadi pacarnya? Apakah Furuya pernah kencan dengannya? Tidak. Apakah ada niat untuk melakukannya? Tidak. Apakah dia ingin mengencani gadis itu? Dia ingin mengencani banyak gadis. Gadis-gadis kulit putih? Tentu saja, tapi dia tidak melakukannya. Belum pernah berkencan dengan gadis kulit putih? Sama sekali. Menurut gosip yang beredar, kau berpacaran dengan Stefa dan berusaha merahasiakannya. Namun kau juga tak pernah menyentuhnya. Tapi kau ingin berkencan dengannya? Sudah kubilang beberapa detik lalu kalau aku ingin mengencani banyak gadis. Tidak hanya gadis kulit putih atau hitam, gadis latin sekalipun. Berarti kau mencintai banyak jenis gadis. Ya, tapi tidak semua.
Bonjamin memastikan apakah Furuya Satoru juga pernah ikut dalam usaha pencarian Bella Stefa. Benar, Furuya juga ikut dalam usaha pencarian itu bersama murid SMA Kanto yang lain. Pencarian itu dilakukan selama berjam-jam.
Detektif itu juga menyinggung sosok Hiro Akada dan beberapa anak yang diduga pernah terlibat kencan dengan Stefa. Bonjamin juga masih berulang kali memastikan apakah Furuya pernah berkencan dengan Stefa atau mungkin bertemu secara diam-diam. Pertanyaan-pertanyaan sejenis yang ditanyakan berulang kali jelas-jelas seperti tuduhan.
Minami Satoru biasa menyiapkan makan malam setiap hari pada pukul tujuh, dan apabila Furuya tidak bisa hadir tepat waktu, dia biasa menelepon ke rumah. Furuya Satoru bertanya, apakah dia boleh pulang atau tidak. Detektif itu masih menahannya dengan alasan masih ada beberapa pertanyaan lagi. Furuya bertanya lagi apakah dia boleh menghubungi ibunya atau tidak. Detektif itu kembali melarang dengan alasan prosedural bahwa penggunaan ponsel tidak diperkenankan di kantor polisi.
Usai dua jam di dalam ruang interogasi, tiba-tiba Bonjamin seolah-olah menciptakan ledakan. Dia memberitahu Furuya bahwa polisi mempunyai seorang saksi mata yang bersedia memberikan keterangan bahwa Stefa sudah memberitahukan kepada teman-temannya yang lain kalau Furuya dan Stefa berpacaran dan sering melakukan hubungan seks. Tapi mereka berdua terpaksa merahasiakan itu karena mereka menduga bahwa orang tua mereka tidak akan setuju. Ayahnya yang ada di Tokyo tidak akan mengakuinya lagi sebagai anak. Gerejanya akan mengutuknya. Dan masih banyak alasan lagi.
Tidak ada saksi mata yang seperti itu. Namun terlihat polisi sengaja diizinkan untuk berdusta selama proses interogasi.
Furuya Satoru dengan sangat meyakinkan membantah dugaan bahwa dia pernah terlibat hubungan dengan Stefa. Sementara Bonjamin melanjutkan ceritanya kalau saksi mata yang dimaksud memberitahu kalau Stefa mulai panik dengan hubungan asmaranya. Stefa ingin mengakhiri hubungannya dengan Furuya, namun Furuya menolaknya. Stefa merasa bahwa dia sering dibuntuti seseorang. Dia takut kalau Furuya mulai terobsesi padanya.
Furuya Satoru mati-matian menyangkal semua keterangan itu. Dia berulang kali mengatakan bahwa saksi mata itu berdusta.
Seperti halnya dengan interogasi-interogasi yang lain. Para detektif itu tahu arah pertanyaan mereka. Sementara Furuya tidak. Bonjamin tanpa pikir panjang langsung menyerang Furuya Satoru dengan berbagai pertanyaan tajam. Terkait dengan mobil van ford hijau: seberapa sering Furuya mengendarai. Furuya menjelaskan kalau mobil tersebut sudah menjadi milik keluarga selama bertahun-tahun. Dan secara bergantian mobil tersebut dipakai oleh anak-anak keluarga Satoru.
Bonjamin mengajukan pertantayaan, seberapa sering Furuya mengendarai mobil itu: ke sekolah, ke minato sport center, dan beberapa tongkrongan yang sering dihinggapi anak-anak SMA. Dan apakah dia juga mengendarainya pada Jumat malam tanggal 4 Desember, tepat saat Stefa menghilang?
Tidak. Pada saat itu, Furuya sedang ada di rumah bersama adik perempuannya. Sementara orang tuanya sedang ada di Tokyo untuk hadir dalam konvensi gereja akhir pekan. Furuya menjaga adik perempuannya di rumah. Mereka makan pasta dan menonton televisi, dua hal yang biasanya tidak diizinkan oleh ibunya. Mobil van ford-nya sedang diparkir di halaman rumah, orangtuanya menggunakan mobil lain. Para tetangganya pun juga memberi kesaksian bahwa memang mobil van itu berada di halaman rumah sepanjang hari. Adik perempuannya pun juga memberi kesaksian bahwa dia bersama Furuya semalaman.
Bonjamin tetap dengan insting curiganya bahwa dia mempunyai seorang saksi mata yang melihat ada sebuah mobil van ford hijau diparkir di halaman sekitaran mal saat hilangnya Stefa. Sementara Furuya berdalih bahwa kemungkinan ada lebih dari satu mobil van seperti itu di Kanto. Furuya mulai gusar, dia menanyakan tentang statusnya pada para detektif itu. Apakah statusnya menjadi seorang tersangka. Menurut kalian, apakah aku menculik Stefa? Dia bertanya berulang kali dengan nada kesal. Ketika sudah jelas bahwa para detektif itu menganggap demikian, Furuya semakin gugup. Dia semakin ketakutan karena terindikasi sebagai tersangka.
Sekitar pukul sembilan malam. Minami Satoru mulai gusar. Tidak biasanya Furuya tidak ikut makan malam di rumah. Dan dia biasanya menyimpan ponselnya di saku. Sepuluh panggilan masuk berasal dari Minami, tidak ada jawaban. Dia mulai menelepon teman-teman Furuya, namun tidak seorang pun di antara mereka mengetahui keberadaannya. Bonjamin mulai menyasar dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih brutal. Dia bertanya apakah Furuya yang membunuh Stefa dan membuang jasadnya? Furuya dengan kesal menyangkal pertanyaan itu. Dia membantah keterlibatan dirinya. Di sisi lain, Bonjamin tidak percaya pada Furuya. Memang demikian, tugas seorang penyelidik yang paling utama adalah tidak mempercayai siapapun dan dia ditugaskan untuk menduga seseorang bersalah. Pembicaraan di antara mereka berdua semakin tegang dan tata bahasa keduanya semakin memburuk. Tuduhan-sangkalan, tuduhan-sangkalan, berulang-ulang. Yoshio meletakkan penanya dan mencoba memperhalus situasi dengan meminta maaf pada Furuya atas ucapan Bonjamin. Yoshio menjelaskan bahwa Bonjamin sedang berada dalam tekanan sebab dia selaku Kepala Detektif dan dia harus segera membereskan persoalan ini. Di sisi lain memang Bonjamin ini mempunyai temperamen panas yang mudah meledak-ledak.