Dua Puluh Dua

967 Kata
RUANGAN khusus pengunjung di Miyazaki adalah sebuah bangsal terbuka dan luas, tersedia deretan meja dan kursi, juga beberapa mesin penjual di sepanjang dinding-dindingnya. Di tengah-tengahnya ada sederet panjang bilik, semuanya disekat oleh kaca. Para tahanan duduk di salah satu sisi, sementara para pengunjung berada di sisi lainnya, dan semua jejak pembicaraan dilakukan melalui telepon. Sedang di belakang para tahanan, berdiri para penjaga yang sedang bertugas mengawasi. Di salah satu sisi yang lain, terdapat bilik khusus yang diperuntukkan untuk para pengacara. Sisi itu juga disekat oleh kaca. Tanpa pengecualian, semua jejak pembicaraan dilakukan hanya melalui telepon. Ketika tahun-tahun pertamanya berada di penjara, Furuya Satoru senang sekali melihat pengacaranya—Robert Eijun—duduk di sisi lain sekat kaca itu. Selain sebagai pengacaranya, sosok Robert Eijun adalah sahabat, pembelanya yang gigih, dan Eijun adalah orang yang paling dipercaya untuk memperbaiki kesalahan yang luar biasa ini. Robert Eijun benar-benar totalitas dalam kasus ini. Dia bertarung dengan sangat keras dan garang. Dia juga tanpa gentar untuk mengancam siapapun yang dia duga sedang berusaha untuk menjadi tikus dalam kasusnya. Padahal, begitu banyak para tahanan itu yang mempunyai pengacara-pengacara yang buruk di luar sana, atau bahkan lebih parah lagi, mereka tidak mempunyai pembela (Pengacara). Setiap permohonan banding mereka sudah habis diajukan, sistem pengadilan sudah tamat bagi mereka. Tidak seoang pun di luar sana yang mempunyai niat untuk membela atas nama mereka. Tapi ini lain, Furuya Satoru mempunyai Robert Eijun, dan dirinya tahu bahwa setiap hari, selama beberapa saat, pengacaranya secara otomatis akan memikirkan dirinya dan selalu mencari cara baru agar mampu membebaskannya. Tapi setelah mendekam di penjara hukuman mati selama delapan tahun, Furuya Satoru telah kehilangan harapan. Dia bukan tidak mempercayai Eijun; melainkan dia mampu menyadari kalau sistem di Kanto jauh lebih berkuasa daripada satu pengacara. Hanya satu jalan keluar di pikirannya; tanpa ada mukjizat, nasibnya akan tetap sama. Robert Eijun berkali-kali sudah memberitahunya bahwa mereka akan mengajukan mosi-mosi hingga detik-detik paling akhir, namun dia juga tetap realistis. Mereka berbincang melalui sambungan telepon. Masing-masing senang melihat pihak lainnya. Eijun mewakilkan salam dari titipan keluarga Satoru. Dia mengunjungi rumah mereka semalam, dan menceritakan banyak hal secara detail. Furuya Satoru mendengarkannya sambil setengah tersenyum, dia hanya sedikit berbicara. Entah kenapa, kemampuan dialognya juga ikut memburuk. Secara jasmani, dia adalah sosok laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun dengan bentuk tubuh yang kerempeng, bungkuk dan renta. Secara psikis, dia sungguh-sungguh kacau. Dia sudah tidak bisa mengikuti waktu, sudah tak pernah tahu pembagian antara siang dan malam, sering kali tidak makan, tidak pergi mandi, dan selalu absen dari jam rekreasinya. Dia tidak menggubris para penjaga dengan sepatah kata pun. Dan dia selalu kesulitan untuk mematuhi setiap perintah mereka. Sementara para penjaga penjara itu sendiri merasa simpatik padanya karena mereka menganggap bahwa Furuya Satoru bukanlah ancaman. Dia terkadang tidur selama delapan belas hingga dua puluh jam dalam satu hari, dan ketika dia terbangun, dia tak bisa melakukan apa pun. Dia sudah meninggalkan aktivitas hariannya. Termasuk membaca dan menulis. Dia terkadang masih menulis satu sampai dua pucuk surat dalam satu minggu untuk dikirimkan kepada keluarga dan pengacaranya. Pun itu dengan tulisan yang sangat amburadul dan penuh dengan kata-kata yang salah eja. Sepucuk surat darinya bukanlah sepucuk amplop yang menyenangkan lagi untuk dibuka. Dr. Megumi telah selesai membaca dan menganalisa ratusan surat yang dikirim oleh Furuya Satoru selama delapan tahun di penjara hukuman mati. Dia lantas menyimpulkan bahwa hukuman pengucilan itu sudah memaksa dan mendesak Furuya untuk keluar dari realitas. Furuya Satoru diselimuti pelbagai hal-hal buruk; depresi, paranoid, skizofrenik, delusi yang membuatnya ingin mencapai bunuh diri. Dia sering mendengar suara-suara khas ayahnya dan suara pelatih futbolnya. Bagi bahasa orang awam, Furuya Satoru sudah tidak mawas diri. Dia sungguh-sungguh tidak waras lagi.   Usai beberapa menit menjelaskan secara gamblang di mana status mereka relevan dengan pengajuan banding terakhir, juga menjelaskan acara-acara yang dijadwalkan selama dua hari ke depan, Robert Eijun memperkenalkan Dr. Megumi. Perempuan itu duduk, melirik Furuya sekilas, dan meraih gagang telepon. Robert Eijun berdiri di belakangnya, dengan membawa buku tulis dan pena. Selama kurang lebih satu jam, dokter itu terus-menerus hanya menanyakan seputar aktivitas harian Furuya Satoru. Kebiasaan-kebiasaannya, mimpi-mimpinya, delusinya, dan perasaan-perasaan tentang kematiannya. Furuya Satoru mengejutkannya dengan mengatakan bahwasanya sejumlah 213 tahanan telah dieksekusi selama dia berada di penjara hukuman mati. Sedang Robert Eijun mengiyakan kalau jumlah itu memang benar. Namun tidak ada kejutan lain, tidak ada hal-hal khusus yang benar-benar terbilang luar biasa. Megumi mendesak Furuya selama berkepanjangan tentang alasan-alasan mengapa dia dipenjara di sana, dan kenapa dia akan dieksekusi. Furuya hanya menggeleng singkat, dia tidak mengerti kenapa mereka melakukan hal itu padanya. Ya, dia benar-benar yakin kalau dia memang akan dieksekusi. Lihat saja, seperti ke-213 para tahanan itu. Satu jam sepertinya sudah cukup bagi Dr. Megumi. Dia mengulurkan gagang telepon itu ke Robert Eijun yang kembali duduk dan mulai membicarakan detail-detail mengenai hari Kamis. Dia menginformasikan kepada Furuya kalau ibunya masih bersikeras untuk hadir dan menyaksikan eksekusi itu. Informasi itu justru membuat Furuya Satoru semakin hancur. Dia mulai menangis dan meletakkan gagang telepon untuk menyeka wajahnya. Dia menolak untuk mengangkat gagang telepon itu lagi, dan saat cucuran air matanya mulai berhenti, dia meletakkan gagang teleponnya dan melipat tangannya di depan d**a. Dia nanar menatap lantai. Pandangannya kosong. Robert Eijun tidak bisa membaca tatapan itu. Akhirnya dia berdiri dan berjalan menuju pintu di belakangnya.   *** ANGGOTA tim yang lain tengah menanti di luar ruangan, di dalam mobil van, seorang sipir penjaga sedang berjaga-jaga di dekat situ, mengawasi mereka dengan santainya. Saat Robert Eijun dan Dr. Megumi kembali ke van, Misaki melambaikan tangan kepada sipir tersebut lalu menjalankan mobilnya. Mereka berhenti di kedai piza pinggir kota dan makan siang dengan cepat. Mereka baru saja duduk kembali ke dalam van dan meninggalkan Miyazaki. Tidak lama, telepon kembali berdering. Panggilan masuk dari Kento Himura dan Hiro Akada. Mereka mengajak bertemu untuk minum-minum usai pulang kerja. Tentu saja tujuannya tidak hanya itu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN