Ujaran-ujaran itu tidak kunjung berhenti. Furuya menyadari kalau dirinya tidak akan diizinkan keluar sampai dia memberikan apa yang para polisi itu inginkan. Para polisi itu terlihat yakin dengan apa yang sedang terjadi. Mereka sangat yakin kalau Furuya Satoru terlibat. Teman baiknya pun mengatakan kalau dia dan Stefa menjalin hubungan. Furuya mulai meragukan keyakinan dan ingatannya sendiri. Dari hasil tes poligraf itu, apa yang akan dipikirkan oleh dewan juri di pengadilan kalau tahu dirinya berdusta? Sungguh dia tidak ingin mati, tidak pada saat itu, bahkan lima atau sepuluh tahun lagi dia tidak ingin.
Pukul empat pagi, Taiga meninggalkan kantor polisi lalu berusaha tidur. Namun dia tidak bisa. Minami membuatkan kopi dan mereka dirundung kecemasan sambil menunggu matahari terbit. Mereka berharap keadaan kembali menjernih ketika itu.
Detektif Bonjamin dan Yishio istirahat sebentar di selasar pada pukul lima pagi. Dan ketika Yishio terbangun, dia segera bergegas mengecek Furuya. Yishio mengintip sejenak dari luar kemudian dia membuka pintu perlahan dan menemuka Furuya yang tersungkur di lantai sedang menangis tersedu-sedu.
Bonjamin mendengar sesenggukan itu kemudian terbangun dan menyusul ke ruang paduan suara. Mereka memberi Furuya donat dan minuman bersoda lalu melanjutkan interogasi.
Dua belas jam setelah interogasi itu dimulai, dia memandang Bonjamin dan mengatakan, “Kasih aku waktu beberapa menit, kemudian aku akan mengatakan semuanya padamu.”
Usai istirahat sebentar, Bonjamin membantu Furuya mengisi baris-baris kosong itu. Dia telah menyelinap keluar rumah usai adik perempuannya sudah tidur pulas. Dia sebenarnya sedang gusar sekali saat itu dan mencoba untuk menemui Stefa karena gadis itu sedang berusaha memutuskan hubungan asmara mereka. Furuya tahu kalau Stefa sedang pergi menonton bersama teman-teman SMA-nya. Dia menyusul ke sana sendirian menggunakan mobil van ford hijau. Kemudian dia menghadang Stefa setiba di parkiran mal. Stefa setuju untuk masuk ke dalam mobil. Mereka berkendara menyusuri jalanan Kanto lalu ke pinggiran kota. Setelah itu, dia menginginkan hubungan seks, sementara Furuya menolak. Hubungan mereka sudah kandas. Furuya memaksakan kehendaknya pada Stefa dan gadis itu melawan. Dia masih gencar untuk mengajak Stefa hubungan seks. Stefa memberontak. Gadis itu mencakar Furuya sampai berdarah. Ini bagian terburuk. Melihat reaksi Stefa yang seperti itu, Furuya menjadi berang dan mencekik gadis itu. Dia tak berhenti, tak mau berhenti, tak mampu menyadarkan pikirannya sendiri sampai semuanya sudah terlambat. Kemudian dia panik. Di harus segera membereskan gadis itu. Dia langsung tancap gas ke arah utara menuju Hateruma. Dia tidak ingat waktu, kemudian dia menyadari bahwa matahari sudah menyingsing di timur. Dia harus segera pulang ke rumah supaya tidak ada kecurigaan. Dia harus menghilangkan mayat Stefa di jembatan rute 244 di atas Sungai Merah, sekitar pukul enam pagi pada tanggal 5 Desember. Hari masih gelap dan Stefa masih tetap mati. Lalu dia melemparkan mayat Stefa begitu saja dan menunggu sejenak sampai ada suara ceburan yang mengerikan. Dalam perjalanan pulang, dia menangis sepanjang jalan.
Selama tiga jam di ruang paduan suara, Bonjamin tak henti-hentinya memberikan usulan-usulan, membenarkan, sesekali mengumpat dan mengingatkan Furuya supaya mengatakan hal yang sebenarnya. Keterangan itu harus spesifik dibuatnya, begitu katanya terus-terusan. Pukul delapan, kamera video yang ada di sudut itu akhirnya dinyalakan. Furuya Satoru, yang terlihat sangat lelah dan begitu suntuk wajahnya itu sedang duduk di belakang meja dengan sepotong donat dan minuman bersoda di hadapannya, hal itu jelas-jelas agar terlihat seperti sebuah perlakuan keramahan.
Video itu diambil dan berlangsung selama tujuh belas menit, lalu dengan itu akan mengirimkannya ke kursi eksekusi.
Furuya Satoru didakwa dengan dakwaan penculikan, p*********n, dan pembunuhan. Dia langsung dibawa ke tahanan dan setibanya di sana langsung tertidur pulas.
Pukul sembilan pagi, kepala kepolisian dengan jaksa penuntut umum serta Murasakibara Tetsu mengadakan pertemuan resmi untuk meresmikan informasi bahwa kasus Bella Stefa sudah berhasil dipecahkan. Nahasnya, salah satu pahlawan futbol lokal, Furuya Satoru telah mengakui sebagai dalang pembunuhan itu. Di sisi lain pengakuan itu juga dipertegas dengan adanya keterangan-keterangan saksi mata. Turut berduka cita kepada keluarga yang ditinggalkan.
Sementara pengakuan yang dituturkan oleh Furuya itu langsung diserang. Furuya Satoru menarik kembali pengakuannya, dan pengacaranya—Robert Eijun—gencar berbicara di depan publik dengan melemparkan kutukan-kutukan pedas terhadap taktik yang sedang dimainkan oleh pihak kepolisian. Beberapa bulan kemudian, Robert Eijun dengan beberapa kolega pengacara yang pro terhadap Furuya Satoru, mulai mengusung mosi-mosi untuk menolak pengakuan itu dan sesi jajak pendapat untuk penolakan tersebut berlangsung selama satu minggu. Bonjamin, Yoshio, dan Sishio memberikan kesaksian panjang lebar, dan seluruh keterangan itu ditentang oleh pihak pembela. Mereka yang terlibat dalam proses interogasi dengan tersangka menyangkal menggunakan ancaman-ancaman, janji-janji, atau intimidasi. Terutama yang mereka bantah adalah penggunaan ancaman hukuman mati sebagai upaya untuk menakut-nakuti Furuya Satoru agar mau diajak bekerja sama. Mereka menyangkal telah menganiaya tersangka secara lisan dan memaksa tersangka menjalani proses interogasi sampai si tersangka kelelahan dan pingsan. Mereka membantah bahwa ada pernyataan Furuya yang pernah mengatakan terkait pendampingan oleh pengacara, dan ingin mengakhiri interogasi dan pulang ke rumah. Mereka menyangkal kalau mereka tidak tahu menahu tentang kehadiran ayah Furuya Satoru di kantor polisi dan keinginannya untuk bertemu dengan anak laki-lakinya. Mereka menyangkal tentang hasil tes poligraf yang digunakan sebagai alat untuk memperkuat drama mereka. Mereka menyangkal menggunakan tipu muslihat apa pun sehubungan dengan penyataan tanpa bukti Tatsuya Kimura. Tasuya memberikan keterangan bagi pihak Furuya Satoru dan membantah bahwa dia pernah memberitahu polisi tentang adanya hubungan antara Furuya dan Stefa.
Hakim dalam persidangan itu mengemukakan keprihatian serius mengenai pengakuan itu, namun tidak cukup serius untuk mengeluarkanna dari persidangan. Perempuan itu enggan untuk mencabutnya, lalu di kemudian hari pengakuan tersebut malah ditunjukkan pada dwan juri. Sementara Furuya memperhatikan itu seolah-olah sedang memperhatikan orang lain. Tidak satu orang pun yang pernah secara serius mempertanyakan fakta kalau pengakuan tersebut justru menjamin keputusan bersalah yang ditujukan pada dirinya.
Pengakuan tersebut untuk sekali lagi diserang di pengadilan tingkat banding, namun Mahkamah Agung Kanto secara konsisten tetap pada dakwaan awal dan hukuman mati itu.
Usai membaca, Ivan meninggalkan meja dan pergi ke toilet. Sesungguhnya dia terbawa arus. Dia merasa seperti sedang diinterogasi. Ketika itu sudah lewat tengah malam. Mustahil bagian untuk tidur.