‘Kamu menempati setiap hembusan nafasku.’ Gafin tersenyum manis saat memikirkan wanita itu. Ia tidak dapat menghapus banyangan wanita itu dari benak maupun hatinya.
‘Dinner,7 P.M? ketemu di lobby?’ Gafin mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Mina.
‘Ok.’ dalam hitungan detik , ia sudah mendapatkan balasan dari Mina, ia segera mandi dan menyiapkan dirinya. Ia ingin menyiapkan sesuatu untuk mendapatkan hati mataharinya itu, ia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan matahari yang seharian ini telah dihindarinya, ia tidak ingin terus menolak dan menghindar dari perasaannya lagi.
***
Gafin terpaku dan mulutnya terbuka sedikit saat melihat Mina yang baru saja keluar dari lift hotel. Wanita itu terlihat cantik, ia menggenakan dress berwarna pink salem dengan motif bunga pada bagian bawah roknya, rambutnya coklatnya dibiarkan tergerai. Mina memiliki pesona yang membuatnya tergila-gila. Saat memperhatikan wajah wanita itu, ia merasa ada yang hilang pada wajah mataharinya itu. Ia menatap Mina dengan tatapan intens.
‘Hmmnn... dia kehilangan senyumnya. Wajahnya terlihat muram saat melihatku, mungkin aku telah menyakitinya. Apakah perasaanku ini berbalas?apa Mina mencintaiku seperti aku mencintainya?aku akan mencari jawabannya malam ini.’ Gafin berkata di dalam hatinya.
“Kamu terlihat cantik malam ini, kita ke malioboro yuk… maaf yak arena aku udah ninggalin kamu seharian.” Gafin tersenyum seadanya dan menatap lembut mataharinya, Mina tersenyum tipis ke arah Gafin.
‘Begitu mudah bagiku mengucapkan kata maaf kepada Mina, aku tahu dia masih kesal kepadaku seandainya aku bisa mengembalikan senyumnya, senyum matahariku.’
***
Mereka menelusuri jalanan di Malioboro, mencari-cari tempat untuk mengisi perut mereka. Kaki Mina terhenti di depan sebuah restoran, Gafin membaca nama restoran tersebut 'Teras Javana Resto'. Restoran itu dibangun di salah satu bekas rumah Belanda lengkap dengan tangki minyak besar di kebunnya, restoran bernuansa vintage ini adalah restoran pilihan Mina. Setelah puas memperhatikan restoran itu, wanita itu melangkahkan kakinya kembali, dengan cepat Gafin menarik tangan Mina memasuki restoran tersebut, Mina mengikuti langkah kaki Gafin tanpa bersuara.
Setelah memesan makanan dan tidak lama menunggu makanan yang mereka pesan sudah tertata rapi di atas meja persegi sempat di hadapan mereka, mereka berdua makan dalam keheningan, sangat berbeda dengan nuansa pada saat mereka menyantap semangkok bakso di pinggir jalan kemarin. Baru kali ini Gafin melihat Mina dengan wajahnya yang muram, hatinya seakan sakit melihat mataharinya yang telah kehilangan sinarnya itu. Ia tidak tahu apa yang menyebabkan mataharinya itu muram.
‘Apa dia marah karena aku mengacuhkannya kemarin?apa dia berharap aku mengatakan bahwa aku tidak bisa jika sehari saja tidak bertemu dengannya?dia mencintaiku juga?jangan ge-er Gafin… jangan Ge-er.’ Gafin mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri, ia tidak ingin merasa besar kepala dan menerima kekecewaan saat perasaannya tidak terbalaskan.
“Kamu marah?” Gafin mencoba untuk mencairkan keheningan di antara mereka
“Nggak”
“Lagi puasa?”
“Puasa?” Mina menautkan kedua alisnya dan Gafin dengan kesal, “Nggak lah... ini kan lagi makan.” ia melanjutkan perkataannya dan mendengus kesal, kesal karena saat ini ia merasa sedang bersama sebuah robot yang tidak peka dengan perasaannya.
“Puasa ngomong maksudnya?” Gafin tersenyum menggoda, Mina hanya diam dan mengerucutkan bibirnya. Ia kembali menyantap makanannya tanpa menghiraukan Gafin, Mina tidak mengerti dengan Gafin yang terkadang terasa begitu hangat dan terkadang terasa begitu dingin, ia tidak tahu apakah masih ada harapan untuk cintanya itu.
Gafin mengakui, bahwa ia bukanlah seorang lelaki yang bisa membujuk seseorang yang tengah merajuk seperti saat ini. Ia bukanlah seorang lelaki romantis yang selalu bermain dengan kata-kata, ia termasuk lelaki kaku bila bersama dengan seorang wanita.
“Aku ke toilet dulu ya.” Gafin tersenyum manis dan berjalan meninggalkan Mina
***
Seorang pelayan wanita memberikan selembar kertas kepada Mina, Mina membaca tulisan yang tertulis di atas selembar kertas itu. Tulisan itu memintanya untuk pergi ke atap restoran, pelayan itu tersenyum manis dan menunggu Mina untuk mengikutinya menuju atap yang dimaksudkan itu. Mina mengerutkan keningnya, ia berpikir sejenak sebelum akhitnya ia berdiri mengikuti langkah kaki pelayan itu menuju atap restoran.
If you’re not the one then why does my soul feel glad today?
If you’re not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would I have the strength to stand at all
Alunan lembut lagu dari If you’re the one yang dinyanyikan oleh Daniel Bedingfield itu menyambut kedatangannya. Wanita itu membuka lebar kedua matanya saat melihat sebuah layar proyektor yang menampilkan wajahnya yang tengah tersenyum, tidak lama gambar wajah tersenyum itu ditampilkan sekarang layar di hadapannya sudah menampilkan wajahnya yang tampak cemberut.
If you’re not the one then why does my soul feel glad today?
If you’re not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would I have the strength to stand at all
Alunan lembut lagu itu mengiringi setiap gambar yang muncul pada layar di hadapan Mina. Gambar wajahnya yang cemberut itu telah berganti lagi, saat ini layar di hadapannya menampilkan fotonya yang tengah berlari mengejar seorang anak perempuan dan tersenyum dengan gembira, terdapat sebuah tulisan ‘You are my sunshine’ pada bagian atas foto itu, begitu banyak foto-foto Mina yang ditampilkan pada layar itu. Semua foto itu menampilkan hampir semua ekspresi wajah yang dimilikinya, tidak ada satupun ekspresi wajahnya yang terlewatkan pada layar proyektor di hadapannya. Mina menutup mulutnya yang sedikit terbuka dengan kedua tangannya. Ia merasa terkejut, terharu, bahagia, dan juga bingung. Semua perasaan itu bercampur menjadi satu, membuatnya tidak dapat mengutarakan kata hatinya.
I never know what the future brings
But I know you are here with me now
We’ll make it through
And I hope you are the one I share my life with